34. Belati

10.6K 517 14
                                    

Hari beralu dengan cepatnya.
Nara teringat saat pulang dari Bandung pikirannya terbagi menjadi dua, tentang Ina Adiyaksa ataupun Arjuna Bagaskara yang akan ditemuinya hari ini.

Belum lagi Jasmine yang selalu membagi bahagianya, seperti memamerkan beanie yang sudah ia beli, bahkan yang membuat Nara semakin sakit ialah; Jasmine mengirimkan foto selfie Arjuna yang mengenakan beanie berwarna hitam, sesuai dengan saran yang Nara berikan.

"Genre hidup gue apa si? Angst apa bangsat!" rutuknya pagi ini.

Sedari pagi Nara sudah mempersiapkan semuanya, termasuk hatinya, bagi Nara bertemu dengan Arjuna butuh keberanian yang ekstra.

Berbincang dengan Gama selagi menunggu modelnya datang. Hari ini menjadi satu hari dimana Nara bisa bertarung dengan dirinya sendiri, ia hanya berharap semua akan berjalan baik-baik saja. Jika hari ini dapat ia lewati dengan mudahnya, berarti bahagianya akan segera datang, begitu bukan?

Nara harap tidak akan ada lagi air mata, Nara harap hatinya semakin kuat, Nara harap dirinya akan semakin hebat dalam hal mengikhlaskan.

Nara pernah berdoa untuk menyerahkan semua keberuntungan yang dia miliki, saat ini keberuntungannya sudah habis, ya benar-benar habis, melihat Arjuna datang bersama wanita yang tangannya digenggam erat, wanita berparas cantik yang Nara kenal bahkan sangat Nara kenal.

Rasa perih di hatinya menyeruak, goresan itu bertambah kembali, semakin banyak dan semakin sakit, hari ini ikhlasnya diuji, hatinya juga diuji lagi.

“Itu Ra, model ceweknya, gimana?” tanya Gama.

“Pacarnya Kak Juna?”

“Nggak tau deh, emang mereka pacaran?”

“Iya, mereka pacaran.” Nara menatap pasangan itu dengan dirinya yang ingin pergi meninggalkan tempat ini, menolak segala pikiran negatifnya, berusaha berdamai dengan kondisi yang Tuhan berikan saat ini.

“Hai,” sapa Arjuna dan Jasmine beramaan.

“Hai, gue Gama.” Gama mengulurkan tangannya kepada Jasmine.

“Jasmine,” ucap Jasmine.

Saat ini pandangannya berbalik ke Nara yang berdiri di samping Gama “Hai, Ra? Kejutan hehe.” Jasmine tersenyum bahagia.

“Hai.” Senyumnya kikuk, terdapat pedih yang Nara sembunyikan dengan rapatnya.

“Langsung aja,” ucap Gama serius.

Kini Nara mulai memoles wajah cantik Jasmine, Nara baru sadar mata Jasmine sangat indah dan terlihat tulus, senyumnya yang cantik membuat Nara berpikir: Ah, pantas Kak Juna jatuh hati, bahkan tanpa make up wajahnya bisa secantik ini.

Nara akui dirinya tidak terlalu peka dengan tampilan Jasmine, Nara hanya tahu berteman dengan Jasmine membuatnya senang. “Selesai!” seru Nara, “Cantik,” puji Nara saat dirinya selesai dengan tugasnya.

Hair style-nya ke sebelah Min, semangat, ya?”

“Tapi aku grogi, Ra.” Jasmine meraih jemari kanan Nara, menggenggamnya dengan erat.

“Santai aja,” saran Nara dengan membalas genggaman tangan Jasmine.

Lagi-lagi satu senyum dari banyaknya kepalsuan.

“Ya udah aku ke sana, kamu semangat juga, ya?” ucap Jasmine dengan mengepalkan tangannya sebagai tanda dukungan terhadap Nara.

Motivasi itu tidak berlaku bagi dirinya saat ini, hatinya tidak baik-baik saja, tangisnya ia tahan sebisa mungkin.

“Hai,” sapa Juna yang kini menggantikan tempat duduk Jasmine.
Nara hanya membalas sapaan itu dengan senyuman singkat. Ia memulai tugasnya tanpa bicara, menyentuh wajah pria yang ia sukai, mulai dari alisnya yang tebal, hidung dan matanya yang menawan, namun air matanya lolos begitu saja saat jemarinya menyentuh dimples milik Arjuna Bagaskara, bagian tubuh yang sangat Nara sukai, bagian tubuh yang Nara kagumi selama dua tahun belakangan ini.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang