BANYAK insan yang mengenal kehilangan karena dirinya terlambat mengetahui tentang perasaannya. Arjuna menjadi salah satu dari banyak insan itu, namun saat ini dirinya mengantongi kesempatan kedua yang Tuhan berikan kepadanya.
Banyak tahun ia lalui dengan perjuangan, sedikit kebohongan hingga kata melawan ia sematkan di dirinya.
Pertemuan singkat yang begitu melekat, kata hai yang mampu meleburkan rindu, senyum manis yang ia tunggu sebegitu lamanya sudah ia terima dengan banyaknya syukur.
Kala egois yang menutupi, ia buang semua ingatan tentang menyakiti wanita itu, kini hanya ingin yang sedang ia perjuangkan.
Arjuna ambil sibuknya di Jakarta, rangakaian kalimat perpisahan sudah ia siapkan dengan begitu matang walau terselip kata mohon yang membabi buta.
Besar penolakan yang diterima dari kata mohon itu kini ia abaikan, pesan perpisahan yang tidak tersampaikan dengan benar menemani langkahnya menjauhi Ibu Kota yang penuh sesak ini.
Sambutan yang sederhana dari teman lama menuntun Arjuna kepada tempat tinggal barunya, bahagia yang menyeruak melupakan beban dan masa depan yang menunggu.
Kini paginya cerah ia berjalan memandang punggung wanita yang selalu mengisi hatinya hingga saat ini, tersenyum dengan dua dimples dan manik yang seperti bulan sabit, bersinar juga indah.
Naraya Adisthi membuatnya jatuh cinta sekali lagi.
Saat sampai di Cafe, Arjuna berjalan dengan langkah yang besar dan berdiri tepat di samping Nara yang sedang memesan.
“Latte-nya satu,” ucap Arjuna sembari memandang Nara yang nampak dengan kebingungannya. “Hot choco?” tanyanya.
Nara menelan salivanya, jantungnya berdebar tidak karuan karena melihat seseorang yang bertanya dengan alis yang terangkat. “L-latte juga,” jawabnya.
“Latte-nya dua.” Jemari Arjuna terangkat memberi isyarat kepada seorang pelayan. “Cake yang ini satu, semua take away.” Arjuna menunjuk sebuah cake coklat dengan taburan gula halus diatasnya.
Pelayan itu mengulang kembali pesanan yang Arjuna sebutkan di awal dan meminta mereka berdua bergeser ke arah sebelah.
“Hai,” sapa Arjuna dengan senyum canggung dan jemari yang diangkat, mata indah yang membentuk sabit juga dimples yang tidak lupa ditampilkannya berharap wanita di hadapannya membalas dengan sama manisnya.
Namun berbeda dengan harapan Arjuna, Nara yang saat ini dikagetkan dengan kehadiran masa lalunya hanya mampu termenung, mengatur debaran jantung miliknya.
Ditengah diam mereka, suara Barista mengambil atensi keduanya. “Ini Kak, pesanannya.”
Arjuna memberikan satu latte kepunyaan Nara. “Thanks,” ucap Nara. “Sebentar uangnya.”
Saat ini, Nara sibuk mencari uang tunai di dalam tasnya, sedangkan pria di hadapannya memandang dengan lekat; Nara dengan kegiatannya mampu membuat seorang Arjuna Bagaskara tersenyum simpul.
“Ini.” Arjuna menerima lembaran uang yang Nara berikan tetapi dirinya tidak melepaskan jemari milik wanita manis di hadapannya. “Kak, lepas!” tambah Nara dengan manik keduanya yang saling menatap.
Tuhan mempertemukan mereka kembali, ahh sesungguhnya ini kerjasama mahluk dengan pencipta-Nya.
--------
Yg minta epilog sudah kuberikan, klo masih penasaran tungguin next story-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
feel so fine [END]
Romance"Rasa kagum selama dua tahun akan berhenti di sini, gue cukup sadar diri untuk tidak mencinta lagi." Satu alasan yang membuat seorang Naraya Adisthi memutuskan untuk mengakhiri cinta sepihaknya, kini pria yang ia sukai selama dua tahun lamanya sudah...