25. Mie Itu Membengkak

9.6K 513 24
                                    

Pesan itu terkirim, Namun siapa sangka kalimat panjang yang Nara ketik itu mampu membuat hati Jasmine terasa sakit. Terlihat dari banyaknya panggilan 'tak terjawab dari Dean maupun Faya, juga beberapa pesan yang menyudutkan Nara.

Nara mengabsen pesan masuk di ponselnya, mulai dari Arjuna yang menanyakan ucapan apa yang Nara berikan hingga Jasmine menangis, lalu ada Tio yang menanyakan apa benar dirinya dengan Jasmine sedang bertengkar dan dua pesan dari Dean dan Faya yang begitu mengintimidasi dirinya, kalimat yang mereka gunakan seakan menyalahkan Nara.

Satu panggilan yang Nara jawab itu dari nomer Faya.

"Lo kekanak-kanakan tau nggak?" bukan sapaan melainkan nada sinis yang terdengar di telinga Nara.

"Gue kenapa?"

"Jasmine nangis gara-gara ucapan lo, gue baca pesannya, ya, Nara!" Tarikan napas Faya terdengar jelas di telinga Nara. "Lo iri? Lo iri Jasmine deket sama sirkel ini? Nara, dari ketikan lo itu ada banyak rasa iri di dalamnya."

Tanpa disadari air mata Nara menetes, kalimat maaf yang terucap terdengar lirih.

"Jangan minta maaf sama gue, sama Jasmine sana! Untung ada Juna yang nenangin, sampe seg-segan anaknya." Nara tidak menjawab kalimat yang Faya lontarkan, dirinya masih setia membisu mendengar makian yang terlintas menuju indera pendengarannya. "Lo yang bilang ke Jasmine suruh dia lebih explore tentang dirinya, sekarang giliran dia sesuai sama ucapan lo, lo malah nggak dukung, malah iri yang lo tanam, aneh lo, Ra."

"Ra?" panggil Dean di ujung sana, Nara yakin Faya muak dengan dirinya, sampai-sampai memberikan ponselnya ke Dean.

"Lo lagi kenapa si? Masalah lo apa? Dari berangkat loh, Ra? Jangan kayak anak kecil, lo udah gede."

Untuk kedua kalinya Nara mendapatkan sindiran dari orang terdekatnya.

"Maaf Kak, gue nggak tau kalau Jasmine nangis, gue cuma bilang ke dia kalau gue mau kelarin masalah gue dulu sama Pandu, dan dia bisa ngobrol sama kalian," bela Nara.

"Jasmine khawatir sama lo. Lo nggak liat dia tulus banget?"

Sambungan suara Nara putus secara sepihak, dirinya tidak kuat jika harus mendengar nama Jasmine terus menerus. Mungkin saat ini Nara sedang merajuk dan rasanya ingin sekali menyalahkan seseorang, tidak lama satu panggilan masuk kembali.

"Lo mau nyalahin gue juga?" tanya Nara sensi.

"Lo nggak apa-apa? Lo nggak nangis juga kan? Lo udah makan? Lo di mana sekarang?" pertanyaan beruntun dari seorang Anantio Danuarja.

Rasa besalah mencuat begitu saja, Nara pikir Tio akan sama dengan yang lainnya, menyalahkan tanpa mementingkan perasaan Nara.
"Maaf," ucap Nara, "Gue jahat Kak. Sampai buat sahabat gue nangis gitu."

"Lo ngerasa jahat?" tanya Tio dan dijawab deheman dari Nara. "Kok bisa lo mikir kayak gitu? Padahal lo yang buat Jasmine sampai ke sini, lo yang rombak penampilannya dan lo juga yang ngenalin dia ke kita. Jujur gue nggak mau bahas Jasmine, karena di sini udah banyak yang ngurusin dia, gue mau bahas lo aja, gimana sama Pandu?"

Respon Tio sungguh jauh berbeda dari yang Nara bayangkan, pria ini sangat hangat dan begitu perhatian. "Belum ngobrol Kak, nungguin dia nongkrong dulu," jawab Nara.

"Gue doain semoga cepet kelar masalah kalian, lo jangan lupa makan, inget kalau mau nangis datang ke gue."

"Kak Tio, makasih banyak, makasih karena udah jadi satu-satunya yang ada di pihak gue, nikmatin Bandung, ya, Kak? Maaf nggak bisa ikut."

"Iya, Ra. Gue tutup, ya? Udah dipanggil nih gue."

Terputus, sambungan suara itu diputus Tio secara sepihak, pembicaraan dengan Tio membuat Nara sedikit kuat, dirinya mengesampingkan tangisan Jasmine dan mulai menyusun kalimat maaf untuk adiknya.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang