NARA kaget saat keluar dari kamar,
“Good morning,” sapanya Jasmine, “Free yeaayy!”“Ucapan selamat doang nih?” ledek Nara.
“Ayo makan, aku yang bayar, mau apa?”
Nara mulai berpikir.
“Ramen di tempat biasa aja, gimana?” saran Nara.
“Okeh, tapi aku bisanya malam, nggak apa-apa kan?”
“Sip.”
Kedua wanita ini memutuskan berangkat bersama, karena selama seminggu belakangan mereka jarang sekali mengabiskan waktu bersama, salah satu penyebabnya tentu saja Tio yang tidak membiarkan Nara hilang dari jangkau pandangnya.
Tepat di depan gerbang suara klakson sebuah mobil memekakan telinga kedua sahabat ini. “Selamat Pagi.” Kepala Tio keluar dari jendela mobil untuk menyapa.
Nara mendekat dengan wajah yang bertanya-tanya, pasalnya kemarin itu hari terakhir dirinya menjadi babu dari Anantio Danuarja namun kenapa hari ini sang pria justru datang menjemputnya.
“Ngapain?” tanya Nara.
“Jemput lo,” jawab Tio singkat.
“Nggak perlu,” balas Nara dengan netranya yang beralih memandang Jasmine yang berdiri di depan gerbang.
“Gue mau jemput lo, kenapa?”
“Kak?”
“Apa, Ra?” Tio menatap Nara dengan hangat, kalimatnya terasa lebih lembut dari sebelumnya. “Kita masih bisa deket, kan? Apa jangan-jangan lo mau ngejauh dari gue?” tambahnya.
Nara tarik napasnya. “Iya bisa, tapi nggak perlu kayak gini, gue nggak mau ngerepotin lo juga.”
“Gue nggak masalah direpotin sama lo, yaudah naik,” ajak Tio. Pria itu tersenyum simpul saat Nara mulai menganggukan kepalanya.
Berjalan menemui Jasmine yang masih menunggu dengan tenang. “Bareng Kak Tio, nggak apa-apa, kan?” pertanyaan dari Nara disetujui Jasmine.
Kedua wanita ini membuka pintu belakang mobil, bersiap mengisi kursi belakang namun suara pria yang tengah duduk di kursi pengemudi mengambil fokus mereka.
“Gue bukan supir lo berdua, satu pindah ke depan!” seru Tio yang memandang Nara dengan begitu intensnya.
Mau tidak mau Nara kembali keluar dari mobil dan berpindah tempat duduk. “Hot choco?” Tangan Tio memberikan satu cup minuman hangat untuk Nara, seperti sebuah kebiasaan bagi Tio, melihat Nara selalu memesan hot choco, membuat dirinya selalu menyediakan satu cup minuman itu setiap ingin menjemput Nara. “Gue cuma beli satu, maaf ya, Min?”
Jasmine tersenyum mendengar ucapan dari Tio, dirinya merasakan bahwa pria yang saat ini sedang menyalakan mesin mobilnya tertarik kepada sahabatnya, Nara. “Iya Kak Tio, nggak apa-apa kok,” kata Jasmine di kursi belakang.
Tidak ada obrolan selama perjalanan, canggung yang menyapa, berharap waktu cepat berlalu bagi ketiganya.
Kendaran itu tepat berhenti di lahan parkir kampus, kedua wanita ini membuka pintu secara bersamaan, namun tangan Nara sempat ditahan oleh pria di sampingnya. “Pulang mau dianter?” tanya Tio yang pandangannya tidak lepas dari Nara.
“Makasih, gue ada urusan nanti pas pulang, makasih banyak buat tawarannya,” tutup Nara dengan senyum. “Makasih juga minumannya, lain kali gue yang traktir.” ucap Nara seraya meninggalkan Tio di dalam mobilnya.
Kini langkah besar Tio ambil untuk bisa berjalan tepat disamping Nara. “Nanti gue tagih ya janjinya?” bisik Tio yang langsung berlalu meninggalkan kedua wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
feel so fine [END]
Romance"Rasa kagum selama dua tahun akan berhenti di sini, gue cukup sadar diri untuk tidak mencinta lagi." Satu alasan yang membuat seorang Naraya Adisthi memutuskan untuk mengakhiri cinta sepihaknya, kini pria yang ia sukai selama dua tahun lamanya sudah...