Di sinilah Nara berakhir, duduk di sofa ruang tamu milik anak tunggal kaya raya. Menunggu sang pemilik rumah yang sedang asik membersihkan diri sebelum mengantar dirinya pulang.
Satu notifikasi masuk di ponselnya, Nara tidak mengenal nomer tersebut. Pesannya singkat hanya memanggil namanya, lebih tepatnya bertanya benar atau tidak bahwa pemilik nomer ini adalah Nara.Nara menjawab pesan itu sedingin mungkin, ia tidak pernah mengizinkan orang lain untuk meyebar nomernya tanpa sepengetahuan dirinya, mengetik satu kata pertanyaan dan mengirimnya, selang beberapa detik Nara langsung menerima jawaban dari momer tersebut.
Saat satu nama terbaca oleh indranya lantas ia lempar ponsel tersebut ke arah samping. Kedipan mata dan cubitan di lengan kiri ia ulang-ulang untuk meyakinkan bahwa yang saat ini ia rasakan adalah benar, bahagianya mengudara, melihat nama Arjuna pada balasan pesan tersebut.
Berbagi pesan singkat, Arjuna hanya bertanya tentang Tio, karena saat ini Tio tidak membalas pesan sama sekali, Nara sedikit menjelaskan bahwa Tio saat ini sedang membersihkan dirinya dan ia juga berucap akan memberitahukan kepada Tio untuk segera membalas pesan dari para temannya itu.
Dilihatnya Tio yang baru saja keluar dari kamarnya, terlihat segar dengan rambut yang sedikit basah. Reaksi tubuh Tio menyapa indra penciuman milik Nara, aroma green Aquatic yang segar membuat Nara ingin bertanya, perfume apa yang Tio gunakan saat ini. Alih-alih bertanya tentang perfume, Nara hanya mengatakan pesan dari Arjuna. "Disuruh baca chat," ucap Nara.
Anggukan diberikan Tio. "Ra, follback twitter gue dong?"
"Username?"
"Anantio27." ucapnya.
Nara pencet kata follow. "Sejak kapan follow gue?" tanya Nara serius.
"Pas pertama kali lo chat gue." Tio menampilkan senyumannya membuat bulu kuduk Nara merinding.
"Jangan senyum gitu, serem!" Satu jitakan tepat mendarat di kepala Nara. "KDP, anjir!"
"Apaan KDP?"
"KEKERASAN DALAM PERBABUAN! Lo dari tadi teyang-teyang kepala gue, hari ini udah lebih dari dua, kalau seminggu begini bisa geger otak gue," murka Nara.
"Haha, gemes abisan," tutur Tio. Pria ini sibuk dengan ponselnya dan membuat satu tweet yang mampu memancing emosi Nara. "Kok lo unfoll lagi? si dongo!" protes pria ini.
"Hapus dulu tweet lo. Pengikut lo banyak banget. Nanti kalau semua manggil gue babu juga gimana?" rengek Nara.
"Iya deh maaf, maafin, ya?" kalimat itu terdengar lembut. "Udah gue hapus, sekarang follback ya, Nara."
Nara tidak dapat menebak kepribadian Tio, kadang pria ini mampu memancing emosinya dengan mudah, kadang pula bertutur kata dengan lembutnya.
Jarum kecil jam menunjukan angka delapan. Hari pertama Nara menjadi babu Tio telah selesai, mungkin. Wanita manis ini diantar oleh Tio pulang, ucapan terima kasih Nara lontarkan untuk pria yang masih berada di dalam mobil tersebut. Nara juga ingat sebelum Tio meninggalkanya, ia berpesan bahwa esok pagi Nara akan dijemput olehnya, jawaban iya yang diberikan Nara mampu membuat pria itu tersenyum puas.
...
Di kamar kos dengan tembok berwarna biru muda, seorang wanita berkutat dengan ponselnya. Mengetik lalu menghapusnya. Mengetik lagi lalu menghapusnya kembali. Kegiatan ini berulang kali.
Ketikan pertama bertuliskan: "Nara, aku senang dapat teman baru. Aku senang kenal Kak Faya, aku juga senang ketemu temannya Kak Faya. aku senang jadi sahabat kamu. Makasih banyak ya, Ra."
Ketikan kedua masih di room chat yang sama: "Ra, sepertinya aku suka sama Kak Juna, boleh nggak si?"
Ketikan yang terus dihapus tidak berhenti sampai di situ, terdapat beberapa pesan lagi seperti ini."Perlakuan Kak Juna baik banget, Ra. Dia selalu merhatiin saat aku bicara, dia juga suka curi-curi pandang. Ini aku terlalu terbawa perasaan sampai aku jadi kepedean. Gimana ya, Ra?"
Jasmine masih dengan bimbangnya, ia bingung bagaimana cara memberitahukan Nara tentang rasa tertariknya kepada Arjuna. Pesan terakhir yang Jasmine ketik di layar ponselnya bertulisan seperti ini. "Aku malu cerita sama kamu tentang perasaan aku ke Kak Juna, nanti kamu ledekin, soalnya aku baru sehari berubah sudah berani menyukai seseorang. Ra, aku yang cupu ini apa berhak ngerasain cinta?"
Jasmine gagalkan semua pesannya, saat ini dirinya memutuskan untuk tidak memberitahukan kepada Nara tentang perasaannya kepada Arjuna. Mungkin nanti jika waktunya sudah tepat Jasmine berjanji akan jujur kepada sahabatnya itu, Jasmine juga akan memastikan terlebih dahulu perasaan Arjuna kepada dirinya.
Wanita itu rebahkan tubuhnya, ingatannya mengulang kembali potongan-potongan kecil yang terjadi hari ini. Notifikasi di ponselnya berbunyi. Ia buka direct message pada akun twitternya, melihat satu akun yang menyapanya dengan manis. Akun seorang pria yang sedari tadi berlalu-lalang di pikirannya.
Arjuna mengirim pesan untuk Jasmine.Bahagia tercipta di raut wajah wanita ini, Jasmine dengan teriakan kecilnya, senyumnya mengembang membuat matanya seperti hilang. Ia balas pesan itu dengan penuh rasa gembira, Jasmine benar-benar jatuh kepada pesona Arjuna.
Nara dan Jasmine. Kedua sahabat ini menyukai orang yang sama, menyukai seorang bernama Arjuna Bagaskara. Bedanya, Nara sudah memulai perasaaan itu dua tahun yang lalu. Sedangkan Jasmine baru memulainya hari ini. Kesamaan dari keduanya adalah, mereka memulai interaksinya di hari yang sama.
Cinta dan persahabat bukanlah sebuah pilihan, karena keduanya adalah sumber kebahagiaan. Jika memang mereka disandingkan sebagai pilihan, pilihlah satu, tanpa harus menyakiti yang lainnya. Tapi pada kenyataannya, pilihan apapun akan selalu ada hati yang tersakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
feel so fine [END]
Romance"Rasa kagum selama dua tahun akan berhenti di sini, gue cukup sadar diri untuk tidak mencinta lagi." Satu alasan yang membuat seorang Naraya Adisthi memutuskan untuk mengakhiri cinta sepihaknya, kini pria yang ia sukai selama dua tahun lamanya sudah...