26. Bandung Dua Sisi

9.6K 477 46
                                    

Alun-alun kota Bandung.
Nara mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, bingung menerpa membuatnya hanya membuka lalu mengunci kembali layar ponselnya.

Diturunkan emosinya, mencoba menghubungi Jasmine dan meminta maaf akan ucapannya.

"Hallo?" sapa Nara dengan suara yang terdengar cukup lirih.

"Iya, Ra," jawab Jasmine di ujung sambungan.

Nara lihat Pandu yang datang mendekat membawa minuman hangat juga kue balok yang dibelinya dari abang-abang untuk menemani mereka. Wanita ini memberi kode kepada Adiknya untuk tidak berbicara terlebih dahulu.

"Gue denger lo nangis? Gue tahu ucapan yang gue kirim bikin hati lo sakit, gue minta maaf untuk itu."

"Ra, aku ngerasa kita makin jauh."

"Enggak jauh, Min. Memang masing-masing dari kita sibuk akan dunianya. Kita tetep temenan kok, maaf kalau sifat gue bikin lo muak ataupun khawatir."

Udara Bandung di malam hari terasa dingin, Pandu hanya menatap Kakaknya yang sedang berbicara dengan mulut yang mengunyah,

Kak Nara selalu punya cara untuk menurunkan ego, dia hebat dalam hal berpura-pura, ucap Pandu dalam hati saat memandang kakaknya yang penuh senyum berbincang dengan wanita yang bisa dibilang penghancur kisahnya.

"Maafin aku yang cengeng, pasti yang lain nyalahin kamu."

"Yang lain nggak usah dibahas, bisakan, ya? Hehe, Gue denger lo mau nemenin gue di sini kan?" pertanyaan itu dijawab iya oleh Jasmine. "Gue mau minta maaf buat ini, gue mau q-time sama adik gue boleh, ya?" Nara tarik napasnya. "Lo bisa liburan, maksud gue, lo sama yang lain jadi bisa seneng-seneng jangan mikirin gue. Gue udah baikan sama Pandu maka dari itu mau ambil waktu, gue harap lo paham ya, Min?"

"Iya, Ra. Selamat bersenang-senang juga, ya?"

"Iya, pasti. Maaf untuk hari yang melelahkan."

"Maaf juga untuk kesalah pahamannya."

"Gue tutup ya?" Nara tekan tombol berwarna merah di layar ponselnya. Ia taruh ponsel itu dan memandang adiknya yang sedang asik mengunyah.

Pandu membalas senyuman sang kakak, menawarkan minuman hangat yang sudah dirinya belikan, satu suapan kue balok Pandu arahkan ke mulut Nara. "Makan, butuh tenaga buat ngadepin dunia."

Saat asik mengunyah dan berbincang dengan adiknya, notifikasi di ponsel Nara berbunyi menampilkan beberapa pesan dari teman-temannya.

"Dari Kak Faya, udah baikan sama Jasmine tanda tanya. Trus dari Kak Dean Thanks, udah jadi dewasa, Ra." Pandu terkekeh membaca pesan tersebut. "Mereka nggak paham tentang lo? Bang Dean Juga?" tanya Pandu yang diberikan anggukan kepala oleh Nara.

"Wah," ucap Pandu sembari memberikan Nara tepuk tangan.
Pesan itu Nara biarkan begitu saja.

...

Hari berganti Nara dan pandu benar menghabiskan waktu berdua, sedangkan di sisi lain Jasmine dan yang lainnya tengah bersenang-senang tanpa adanya Nara. Banyak tawa juga candaan yang menemani mereka, banyak tempat juga yang mereka kunjungi, semua diabadikan dan di sebar luaskan di akun social milik mereka tanpa terkecuali.

Mulai dari Leo yang sangat sering memposting wajah Faya yang tersenyum gembira di story Instagram, Dean yang mengupload foto mereka bersama hingga Arjuna yang memposing wajah Jasmine di akun Twitter miliknya, sudah pasti semua itu mampu membuat mood Nara menurun drastis.

"Bakar-bakar mau nggak?" usul Faya.

"Di rumah gue, gimana?" Dean dengan senyum menawarkan dirinya.

Setelah mencapai kesepakatan akhirnya mereka memulai membeli juga menyiapan barang dan bahan untuk keberluan bakar-bakar.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang