Waktu berjalan dengan cepat. Nara keluar dari kelasnya dengan ponsel yang ia genggam, berlari kecil menuju kantin hukum, kantin di mana Tio meminta Nara untuk menemuinya.
Nara buang pandangannya, menulusuri beberapa sudut kantin berharap sosok Tio tertangkap netranya, namun apa daya, Nara tidak menemukan sosok pria itu. Dibuka room chat bertuliskan nama Kak Tio, ia ketik sebuah pesan untuk memberitahukan bahwa ia sudah berada di kantin hukum, Nara juga bertanya tentang keberadaan pria itu.
Nara pejamkan kedua matanya, mengatur napasnya yang terasa sesak, ingin rasanya berteriak saat membaca pesan dari Tio.
Kak Tio.
Gue ada kelas
"Anjing! Bajingan tengik." Emosinya disulut kembali.
Pada akhirnya Nara memutuskan untuk duduk disalah satu meja, menunggu Tio yang sibuk dengan kelasnya. Memesan satu buah es teh manis untuk menemaninya.
Tidak butuh waktu lama, meja Nara didatangi oleh seseorang. Matanya membulat sempurna, napasnya memburu, debaran jantungnya juga tidak kalah cepat. Pria yang mengenakan t-shirt hitam polos yang di padu-padankan dengan denim membuat penampilan Arjuna sempurna di mata Nara.
"Nunggu Tio?" tanya Arjuna.
"I-iya Kak." Kalimat pertama yang Nara ucapkan secara langsung untuk seorang Arjuna.
"Arjuna, panggil Arjun boleh, Juna juga boleh," kata Arjuna sembari menjulurkan lengannya.
Nara sambut uluran tangan itu dengan sedikit gemetar. "Naraya, panggil Nara boleh atau Ra aja juga nggak apa-apa." Rasa bahagia menyelimuti dirinya hari ini, emosi yang awalnya dipancing oleh kelakuan Tio saat ini sudah sepenuhnya mereda akibat kedatangan Arjuna.
"Kak Juna?" panggil Nara.
"Nara?"
Kedua tertawa kecil. Arjuna dengan dimplesnya juga Nara dengan senyum manisnya. Untuk pertama kali kedua insan ini saling menyapa dan berbincang, menyebut nama satu sama laian. Beruntung Nara dan Arjuna memiliki type yang friendly, walau kadang hening menyapa keduanya lantas 'tak membuat rasa canggung menerpa.
...
Atensi yang berpindah, Nara dan Arjuna memandang Jasmine yang baru saja hadir diantara mereka.
Nara dengan senyum yang mengembang menyapa sang sahabat, penampilan Jasmine sungguh berbeda dari biasanya, rambutnya ia kuncir setengah dengan poni lurus yang sudah dicatok memberi kesan wanita polos yang cantik, make up tipis juga softlens berwana soft membuat penampilannya menjadi sangat sempurna, bahkan Faya yang baru saja hadir hampir tidak mengenali sosok Jasmine yang ada disebelah Nara.
Saat ini Nara tengah sibuk mengenalkan Jasmine kepada Arjuna dan Leo. Jabatan tangan mereka Nara saksikan, senyuman Arjuna untuk Jasmine juga Nara saksikan. Sakit menghinggapi hatinya, ia tepis sebisa mungkin, meyakinkan diri untuk tetap baik-baik saja dengan apa yang terjadi di hadapannya ini.
...
Selagi menunggu Tio, Nara berencana memesan minuman yang sudah habis, beranjak dari kursinya dan melangkah menuju tempat di mana ia harus memesan, meninggalkan Jasmine dengan yang lain.Namun saat ini ia ditemani Faya yang sedang berjalan di sampingnya, satu obrolan tercipta di antara mereka.
"Lo ngapain sama Juna di sini?" cecar Faya setelah memesan dua minuman dingin untuk dirinya juga untuk Leo. "pe-de-ka-te?" tambahnya.
"Astaga, kagak, Kak!" bela Nara atas ucapan yang ia terima dengan sinisnya dari Faya. "Nada bicara lo galak banget, anjir!" wajah Nara alihkan kembali ke arah depan.
"Ya nggak gitu, soalnya Juna kemarin nanyain lo," tutur Faya, dimana ucapannya membuat Nara langsung mengalihkan atensi miliknya.
"Hah? Gimana? Maksudnya? Lo ngomong apaan si? Kak Juna nanyain gue?" banyak pertanyaan Nara lontarkan sebagai rasa ingin tahu dan memastikan agar rasa percaya dirinya tidak melambung sempurna.
Faya lantas menatap Nara. "Nggak usah kepedean!"
Benar yang dikatakan Faya, akhirnya Nara menyadarkan kembali dirinya yang sudah dengan harap yang begitu tinggi. "Ya ... terus?" tanya Nara sekali lagi.
Saat ingin menjawab pertanyaan Nara, pesanan mereka sudah jadi, tiga buah es teh manis.
Kini Nara tenggelam akan pikirannya sendiri.
Saat Nara memutuskan menyukai sekaligus mengagumi seorang Arjuna Bagaskara, saat itu pula dirinya tidak pernah berekspetasi lebih dalam perjalan rasa ini. Namun belakangan ini, setelah kejadian salah pukul membuat semuanya terasa semakin lancar, dari memandang secara dekat seperti di event lelang kemarin sampai kejadian saat ini di mana Arjuna tepat duduk di hadapannya, walau sebuah meja persegi panjang menjadi halangan jarak mereka.
Selain mampu memandang lebih dekat, mengobrol secara langsung juga membuat bahagianya membucah, terlebih lagi informasi yang baru saja ia terima dari Faya. Kalimat-kalimat yang terlontar mampu membuat cinta diam-diam Nara merubah arahnya menjadi sebuah harap.
Yang ditunggu akhirnya datang, Tio mendekat bersama Dean dan Nathan. Satu kalimat langsung terucap dari mulut Tio kepada Nara. "Sini lo!" perintah Tio. Nara bangun dari duduknya dengan rasa malas, berpindah tepat di sebelah Tio.
"Bisa nggak si? Nggak usah pake urat ngomongnya?" tawar wanita manis ini.
"Heh cewek sinting, nanti balik ikut gue!" lagi-lagi ucapannya seperti perintah bagi Nara.
"Gue mau ke Mall, nemenin dia." Telunjuk Nara mengarah tepat pada Jasmine yang duduk di samping Faya.
"Gue anter, pokoknya lo harus ikut gue," titah Tio,"inget lo babu gue. Babu harus nurut sama majikan."
"Babu, babu, babu terus yang disebut." Nara putar bola matanya malas, ia muak mendengar Tio selalu mengingatkan bahwa dirinya adalah seorang babu bagi pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
feel so fine [END]
Romance"Rasa kagum selama dua tahun akan berhenti di sini, gue cukup sadar diri untuk tidak mencinta lagi." Satu alasan yang membuat seorang Naraya Adisthi memutuskan untuk mengakhiri cinta sepihaknya, kini pria yang ia sukai selama dua tahun lamanya sudah...