4. Untuk Siapa?

18.2K 736 2
                                    

Setelah mengurus Nara dan Jasmine, Faya kembali ke ruang panitia untuk mengecek kondisi di sana, Tanpa sadar seorang pria mendekatinya.

"Fay?" sapa Arjuna.

"Apa!" jawab Faya ketus tanpa melihat dari mana sumber suara tersebut.

"Kalem Fay ... gue mau nanya doang."
Saat ini Faya membalikan tubuhnya melihat sosok pria yang memberikan pertanyaan. "Nanya apa ganteng?"

"Cewe tadi udah makan? Gue liat tadi kayak kesakitan gitu?"

Faya membatin heran saat melihat Arjuna bertanya dengan nada khawatir dan tatapan yang terlihat peduli, ia menyipitkan matanya menatap Arjuna dengan lekat. "Lo kenapa deh? Mau deketin Nara?"

Arjuna yang mendengar kalimat itu lantas membela dirinya. "Nanya doang, temennya juga udah makan?" satu pertanyaan keluar kembali dari mulut pria tampan itu. Masih dengan tatapan yang tertuju ke manik milik Faya berharap jawaban yang akan diberikan wanita di hadapannya ini.

"Udah, dua-duanya udah makan." Faya berjalan meninggalkna Arjuna yang masih dengan rasa penasarannya.

Dikejarnya Faya untuk menanyakan satu peertanyaan lagi. "Mereka di mana? Mau dianterin balik nggak? Gue kosong."

Faya yang mendengar tawaran Arjuna menghentikan langkah kakinya, berbalik kembali menghadap pria itu. Ditarik napas panjangnya. "Udah dianter Dean."

Faya melihat Arjuna menganggukan kepalanya saat mendengar jawaban dari dirinya. "Lo kesurupan apaan?"

"Gue nawarin doing, nggak boleh?"

"Boleh."

"Ya udah gitu doing si, lo jangan lupa makan," ucap Arjuna saat meninggalkan Faya yang masih dengan rasa bingungnya.

Arjuna tersenyum tipis, dimples tercetak sempurna saat ia mendengar jawaban yang memuaskan dari pertanyaan yang sudah ia lontarkan kepada Faya. Dalam hatinya bersorak kecil, biarpun harus menerima tatapan sinis dari Faya namun ia merasakan adanya rasa lega di dalam hatinya.

Entah mana yang Arjuna jadikan basa-basi dalam perbincangannya dengan Faya, pertanyaan tentang Naraya yang sakit atau pertanyaan tentang Jasmine yang sudah makan atau belum.

...

Sepulang dari acara yang melelahkan tersebut, Nara diantar Dean menuju kosannya, ia rebahkan tubuhnya yang lelah, mengecek ponsel yang sedari tadi berbunyi notifikasi dari Faya yang memintanya segera meminum obat untuk meredakan sakit di lambungnya. Ditatap perut ratanya dan seakan mengajak berbicara. "Lo! Kenapa si nggak bisa diajak kerja sama?" Tangan kanannya ia taruh tepat di atas perut tersebut dan mengelusnya secara perlahan.

Ia pandangi bubur yang Dean beli tadi, bubur itu berada tepat di meja sebelah kasurnya. Saat ini perutnya sudah tidak mau menerima apapun untuk di masukan, bahkan air mineral terasa pahit di mulutnya.

Ponselnya menunjukan sebuah panggilan dari seseorang yang Nara tidak sukai, dengan malas Nara menjawab panggilan suara tersebut. "Iya, apa lagi?" sinis Nara.

"Istirahat." Terdengar suara pria di ujung sambungannya. Namun bukan hanya suara Tio yang ditangkap oleh telinga Nara tetapi dirinya juga mendengar tawa dari Arjuna. Tawa itu sangat dekat, mungkin Arjuna saat ini sedang berada di sebelah Tio.

"Nggak perlu lo kasih tau, gue juga bakal lakuin. Nggak usah sok peduli!" nada bicara Nara sedikit meninggi, ia masih ingat perbuatan semena-mena pria itu, ia juga masih ingat tatapan sinis dan senyum kemenangan yang di tampilkan pria itu.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang