02; pertunjukan

288 29 1
                                    


Selden menyetir agak terlalu tenang, mumpung kemacetan belum terurai dia hanya akan menikmati perjalanannya sekarang. Klien pengguna jasa Xelaile kali ini adalah seorang petinggi Negara dan Selden menerima pesanan kokain pria beruban itu—konsumsi pribadi katanya.

Bertahun-tahun menggeluti bidang ini, Selden patut bersyukur jejak dia dan adik-adiknya belum terendus polisi.

Entah itu karena kemahiran mereka atau karena oknum-oknum hukum yang memang bobrok saja.

Selden memarkir Gallardo-nya di antara mobil-mobil mahal lain di pelataran ini. Setelah melepas sabuk pengaman, ia membuka laci dashboard. Kemudian, Selden segera meraih kotak hitam berisi serbuk-serbuk mematikan itu sebelum menuruni mobilnya.

Gedung tersembunyi di pinggiran New York; tidak terjamah, tidak terdeteksi, tidak akan ada yang mengira bangunan terbengkalai ini menjadi spot terbaik untuk bertransaksi barang-barang ilegal.

Begitu melangkah masuk, Selden sudah disambut dengan dua pengawal pria berbadan besar yang menunjukkan jalan padanya agar sampai di hadapan si bos alias si pemesan kokain ini.

"Selden Shire atau Yoon Selden?"

Selden tersenyum tipis sebelum mendudukkan diri di atas tumpukan kardus, lalu menyahut sarkas, "Kita sepakat untuk tidak perlu tahu identitas masing-masing, jadi kurasa kau tidak perlu dengan sengaja menggali lebih jauh tentangku."

"Ouch, you've got it wrong. Aku hanya mau kita akrab saja."

Selden memperhatikan pria ini; yang berdiri angkuh sambil mengisap cerutu, tidak peduli bahwa wajahnya sudah keriput dan gurat lelah tampak jelas di tulang pipinya. Selden pun hanya sebatas tahu namanya—Tom Santrock, Menteri Perekonomian Amerika Serikat.

Interesting, Selden sengaja menyeringai sambil membatin keras-keras.

"Aku harus segera pergi," Selden lantas berdiri, baru menyodorkan kotak hitam kepada sang pembeli, "Sesuai pesanan."

Tom mengangkat kedua alisnya, baru menerima sodoran Selden dan mulai memeriksa isinya, "Okay. Aku juga sudah mengirim bayaranmu dan wait, sebelum kau pergi—" Jeda, Tom sepertinya sengaja menggantung untuk mengoreksi ucapannya setelah ini, "—aku ingin menggunakan jasa kalian yang lainnya."

Selden urung berbalik, ia pun tersenyum miring, "Mm, yang mana?"

Tom berpikir sejenak, lalu melirih serupa bisikan di telinga Selden, "Aku ingin kalian mencuri sesuatu—ah, ralat, maksudku adalah seseorang. Tidak harus barang, kan?"

Selden membasahi bibir sekilas, ia bimbang sejenak, "Belum pernah. Tapi, bisa kita coba."

"My daughter," Tom memulai, "Kalian hanya harus membawakan Thea, putriku."

"Umur?"

"8 Tahun."

"Ciri-ciri?"

"Nanti aku kirim fotonya."

Selden mengangguk kecil, "Memang di mana dia sekarang—wait, wait, Thea? Bagaimana bisa dia putrimu? Bukannya dia putri Presiden?" Ia terperanjat seketika setelah berhasil mencerna semuanya satu persatu, "Kita harus menolaknya, ini terlalu serius, ini terlalu berat. Kita tidak bisa."

"Kau menolak biarpun aku menawarkan seratus juta dollar—"

"—okay, we're in!"

***

"Kau terus batuk."

Memang benar kata Jovar bahwa Kazer belum bisa menghentikan batuknya sejak semenit lalu—dia batuk nonstop, sampai kerongkongannya mengering, sampai tenggorokannya perih.

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang