23; tidak dianggap

127 26 1
                                    

"Aku sudah menolong kalian," Yoora berdesis saat mengantar Jovar dan Kazer ke pagar belakang rumahnya yang jauh dari jangkauan siapapun, "Tapi, kembalikan anakku."

Jovar membenahi posisi Kazer di belakang punggungnya sebelum bergumam, "Aku tidak yakin, tapi aku bisa pastikan dia baik-baik saja."

"Aku hanya mau Hanie pulang," Yoora tampak putus asa, air matanya mulai bercucuran sehingga ia kesulitan meneruskan, "Kumohon, Hanie tidak salah apa-apa, kan?"

Jovar mengangguk, baru saja dia bersiap untuk membalas ucapan Yoora, tapi Kazer bergerak sambil melenguh—ia sadar. Sekian detik Kazer gunakan untuk memulihkan diri, lantas ia meminta Jovar untuk menurunkannya hingga kini berpijak di tanah, meski agak limbung.

"Kau baik-baik saja?"

Kazer menggeleng, "Aku tidak baik-baik saja, Jovar," Karena dia berkata sejujurnya, ia masih demam, ada pusing, dan sisa lemas, "Kenapa kita tiba-tiba di sini?"

"Dia membantu kita sampai sini."

Ketika Kazer akhirnya menyadari ada Yoora di antara mereka, dia jadi teringat bagaimana terakhir kali wanita ini memperlakukannya. Namun, kelicikan kala itu sudah berganti dengan wajah memelas sekarang. Demi apapun, Kazer tidak tahu harus percaya atau berjaga-jaga menaruh curiga padanya.

"Chalfo tidak mengangkat panggilanku, Selden dan Bariel juga," Jovar memulai sambil mengecek ponselnya, "Mereka pasti diserang."

Kazer memejam sebentar, dia sedang berpikir apakah dirinya masih bisa melanjutkan misi ini jika keadaannya setidakmemungkinkan ini?

"Sepertinya, kau tidak bisa memaksakan diri," Jovar seubah cenayang, dia bisa membaca pikiran sekarang, "Aku carikan tempat aman untukmu, biar aku jemput yang lain."

Kazer pun membuka matanya lagi, kali ini dia temukan Yoora siap memohon padanya.

"Tolong," lirih Yoora, "Bawa kembali anakku. Aku hanya mau Hanie. Selepas itu, kalian bisa membalas dendam ke Jung Hyuk sesuka kalian."

Masalahnya, mendapati Yoora seperti ini, justru mengingatkan Kazer dengan Yoo Hui.

"Tolong," bisik Yoora, "Mengertilah bagaimana perasaan seorang ibu. Tidak satupun ibu di dunia ini, mampu kehilangan anaknya, sanggup menyakiti anaknya, tidak ada."

Kazer seketika mendengus, "Ada."

Jovar jadi terkesiap, dia paham maksud Kazer merujuk pada siapa.

"Aku berani sumpah, semua ibu pasti merasakan apa yang aku rasakan. Ketika anak mereka tidak baik-baik saja, pasti seluruh nyawa mereka rasanya seperti dilolosi—"

"—ibuku tidak," Kazer menajamkan suaranya, "Ibuku hanya peduli pada satu anak di antara tiga anaknya. Ibuku hanya diam menyaksikan kedua anaknya dilukai sedemikian rupa tanpa melakukan apa-apa. Ibuku terang-terangan menunjukkan seberapa tidak pedulinya dia terhadap kedua anak ini. Ibuku—"

"—Kazer, stop," Jovar harus menghentikan cerocosan Kazer sebelum keberadaan mereka berhasil ditemukan, "Terima kasih sudah menolong kami. Aku janji, Hanie tidak akan kenapa-kenapa dan dalam waktu dekat ini dia akan kembali ke pelukanmu."

Kemudian, Kazer menurut saat Jovar menyeretnya keluar dari rumah ini, sementara Yoora tak bisa mencegah kepergian mereka.

***

"Ahjussi, kita mau ke mana?"

Chalfo hanya bisa menengok ke belakang sambil memamerkan deretan giginya, sementara Bariel fokus menyetir secepat mungkin untuk menghilangkan jejak. Namun, Hanie mulai bosan, dia ingin bermain dengan Jovar lagi.

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang