"Mundur. Kita sudah menghancurkan Jung Hyuk, kan?"
Bariel, Chalfo, dan Jovar serempak menoleh pada cicitan Kazer barusan. Mereka diam, tapi tetap memusatkan atensi pada si bungsu Yoon yang sedang mondar-mandir di ruang tunggu IGD ini.
"Setelah Selden sembuh, semuanya pulang."
Bariel mendekat, ia sempat mengulas seringai untuk Kazer, "Kau memerintah kita sekarang?"
Kazer mendengus, "Kau tidak terima aku memerintah? Kau pikir aku akan menggantikan Selden? Padahal, kau juga mulai tertarik merebut Xelaile, kan?"
Bariel mendecih, ia langsung mencengkeram kerah Kazer, "Kau tidak berhak memerintah di sini, mengerti?"
"Hei," Kazer akhirnya berhasil menjauhkan tangan Bariel dari lehernya, "Kau kenapa, sih?"
"Aku?" Bariel menunjuk dirinya sendiri, "Aku sedang mengkhawatirkan Selden dan aku tidak suka mendengar perintahmu—"
"—aku masih bingung. Aku bahkan dilarang mengatakan hal-hal yang ingin aku katakan? Itu hal wajar, itu hal lumrah, aku bisa pakai mulutku untuk mengatakan apa saja sesuai mauku—"
"—memang! Tapi, caramu memerintah membuatku membayangkan kalau—"
"—kalau apa? Kalau aku bisa menduduki posisi Selden dan menggenggam Xelaile di tanganku?"
"Hei! Kenapa bahasan kalian jadi melantur, sih?" Chalfo tiba-tiba berdiri di tengah Bariel dan Kazer, dia meletakkan tangannya di masing-masing dada mereka, berusaha memisahkan, "Kalian bisa bahas itu setelah Selden baik-baik saja. Sekarang ini ada peluru yang perlu dikeluarkan. Ingat?"
"Kalau dia tidak memancingku, aku juga tidak mau membicarakan itu," Bariel menegaskan, "Maksudku, kita semua tahu ini sudah saatnya mundur dan tanpa perintahmu pun kita semua paham."
Kazer tertawa sekilas, "Apa salahnya mengatakan itu? Hei, kau hanya takut kalau sewaktu-waktu aku bisa menggantikan Selden, kan? Kenapa tiba-tiba punya pikiran begitu? Kenapa mendadak ketakutan? Ya, Jovar. Aku tanya pendapatmu, apa salah aku bicara seperti tadi?"
Jovar berdeham, selanjutnya dia menggeleng, "Menurutku, biasa saja."
"See?" Kazer bersedekap angkuh, wajah pucatnya didominasi ejekan, "Kau tidak akan tiba-tiba marah dan mendadak tidak terima, kalau tidak ada sesuatu yang sedang kau pikirkan. C'mon, aku bicara hal sepele dan kau bilang aku memancingmu?"
Jovar jadi pura-pura batuk untuk mencairkan suasana, "Kalian berdua sensitif sekali, sih."
"Kau belum sempat pamitan dengan Hanie, ya?"
Ternyata Chalfo juga melakukan hal yang sama dengannya.
"Yah, sialan. Aku belum mengajarinya trik sulapku."
Namun, tatapan sengit Bariel dan Kazer itu resmi berakhir saat Dokter IGD keluar dari ruangan. Ketika mereka berempat mengerubunginya dengan wajah memelas dan tanda tanya di masing-masing kepala, pria beruban itu pun menjelaskan dengan intonasi tenang.
"Pelurunya berhasil dikeluarkan. Jika dalam dua hari ini dia stabil, dia bisa dipulangkan."
Kemudian, ada kesahan lega dari semua orang—Selden tidak mati, dia selamat.
***
Carlos menggeram saat berita tentang penembakan yang melibatkan Jung Hyuk dan ketiga anaknya itu muncul di TV. Ia lantas buru-buru mengganti channel Asia ke channel Barat sini. Sekarang, Carlos harus memutar otak lagi—bukan untuk mengembalikan Jung Hyuk jadi kandidat Presiden, tapi untuk merebut miliknya yang berada di tangan Selden. Ya, anggap saja dia sudah tidak ada urusan dengan Jung Hyuk, toh sentimen publik sudah membencinya sedemikian rupa; dia sudah pasti kalah, dia bisa jadi kembali miskin, dan Carlos tidak mau peduli. Karena kegagalan tersebut, Carlos hanya harus fokus untuk membawa pulang Xelaile saja, toh dari awal bisnis gelap itu memang kepunyaannya; bidang narkotika dan senjata api yang dipasarkan secara ilegal adalah idenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scheme [✓]
Mystery / ThrillerTiga bersaudara ini hidup dalam kegelapan. Meski tinggal seatap, tidak satu pun saling menaruh peduli. Masing-masing punya pesakitan dan penderitaan sendiri, yang disimpan rapat-rapat dalam kotak masa lalu. Meski begitu, tujuan mereka tetap berorien...