20; tertembak

143 32 4
                                    


Jung Hyuk membanting ponsel di meja setelah Carlos memberinya kabar bahwa ia gagal menghentikan Selden, Bariel, dan Kazer yang sebentar lagi sampai di Seoul. Ia tak habis pikir, mengapa mereka tiba-tiba bersikeras balas dendam dan menghancurkan semua pencapaiannya—kenapa baru sekarang?

"Tentu karena mereka sudah bukan anak kecil lagi," Jung Hyuk menyimpulkan, lantas ia teguk bir di gelasnya, "Sebenarnya, apa rencana kalian?"

Johny, yang sejak tadi memang berdiri di depan meja kerja Jung Hyuk, mendadak menyiapkan diri saat majikan yang ia abdi bertahun-tahun lamanya itu memindah tatapan menuju dirinya.

"Biarpun, dulu kau begitu dekat dengan mereka bertiga. Biarpun, dulu kau melayani mereka bertiga. Sekarang, mereka bukan siapa-siapa. Anggap mereka serupa musuh. Jangan bocorkan informasi apapun tentangku. Jika iya, maka kau berkhianat, Johny."

Johny tidak perlu berpikir dua kali sebelum mengangguk, "Baik, Tuan."

"Karena itu, aku minta kau untuk mengawasi pergerakan mereka. Cari tahu rencana mereka. Halangi semua yang akan mereka lakukan di sini. Kalau perlu, lukai mereka—"

"—tapi, mereka tetap anak-anak Tuan."

Jung Hyuk mendengus, seketika beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Johny. Ia di sana untuk beberapa saat sebelum mengusap debu di jas bawahannya ini, "Kau setia padaku, bukan mereka. Terlepas dari status itu, aku tidak akan membiarkan siapapun merampas apa yang aku miliki sekarang. Jadi, tunduk padaku, lupakan mereka. Semuanya sudah berbeda, Johny. Kalau kubilang lukai, maka lukai. Kalau kusuruh bunuh, maka bunuh. Mengerti?"

Johny sempat tercekat, tapi ia tak punya pilihan lain selain patuh. Mana mungkin dia menolak titah bosnya?

Jung Hyuk tersenyum, baru kemudian memegangi kedua bahu Johny. Ia mengguncangnya sebentar, "Ingat lagi, siapa yang menggajimu? Aku. Sebelum perusahaanku bangkrut, kau sudah ada di sisiku. Saat aku bangkrut, aku memintamu pergi. Setelah masa kejayaanku datang lagi, aku memintamu kembali. Hubungan kita sudah sedekat itu, jadi jangan kecewakan aku, jangan berpaling dariku. Seo Woo, Bae Won, dan Kyu Jun bukan lagi anak-anak kecil yang harus kau hormati sedemikian rupa."

Kini, Jung Hyuk berpikir bahwa hanya ada dua hal yang harus dia lindungi sekarang—karirnya dan keluarganya.

Meskipun agak lucu, karena ia melindungi semua itu dari sentuhan anak-anak kandungnya sendiri.

***

"Harusnya kita tidak usah ikut, kan?"

Chalfo melirik ke tempat Jovar duduk, tapi ia tetap memegangi setir, baru membalas sekadarnya, "Yah, kan kita ada di posisi jaga-jaga."

"Aku bosan menunggu, tidak seru sama sekali."

Chalfo melengos, lalu memindah tatapannya menuju mobil depan—mobil anak-anak Yoon berada, ia juga turut mengamati gerbang TK—yang menurut info dalam lima menit akan dipenuhi murid-murid kecil.

"Kita tidak beraksi. Kita hanya mengawasi sekitar."

Jovar mengesah, ia pun memejamkan mata, bersiap untuk tidur dari pada harus mengerahkan seluruh konsentrasinya, "Menurutku, anak itu tidak akan lewat gerbang ini."

"Jangan sok tahu, ini satu-satunya jalan keluar."

Jovar akhirnya membuka mata lagi, lalu ia temukan raut bingung Chalfo di sana. Entah mengapa, dia menyangsikan Selden sebagai otak Xelaile, sebab hal seremeh ini saja dia tidak memberi perhatian khusus.

"Pakai logikamu. Jung Hyuk pasti sudah tahu kita ke sini dengan tujuan membahayakan dia dan keluarganya. Maka, sudah pasti dia juga melakukan apapun untuk melindungi mereka, kan?"

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang