07; tumbang seketika

197 28 1
                                    

Gemerlap lampu sorot seadanya menerangi panggung di tengah-tengah aula luas ini. Di sekelilingnya, terdapat beberapa kotak yang difungsikan untuk menerima tip di luar biaya tiket dari para penonton.

"Tsk. Memangnya ini sirkus?" gumam Selden sambil bersedekap, tatapannya pun nyalang mengarah ke arah depan, "Mereka benar-benar psikopat."

"Ya. Selain psikopat, mereka juga iblis. Ya. Menurutku, ini lebih parah dari pada sirkus. Dia sengaja disiksa, tapi kenapa dia mau, ya?"

Selden tidak berekspektasi akan ada yang menyahuti monolognya. Sesaat setelah ia menoleh, ia justru menemukan seorang gadis berparas elegan, dengan rambut panjang dikucir kuda, dan dengan setelan seperti mau piknik. Namun, Selden tetap bergeming, dia masih mengamati mata cerah yang tidak menengok ke arahnya sama sekali. Yah, setidaknya, Selden punya teman bicara, terlebih dia juga memiliki persepsi yang sama dengannya.

"Gilanya, semua orang di sini mau membayar mahal hanya untuk memuaskan fetish menjijikkan mereka."

Akhirnya, gadis ini spontan menoleh pada Selden, ia juga mengulurkan sebelah tangan seraya mengulas senyum tipis, "Jillien. Kim Jillien. Kau sepertinya orang Korea juga? Ah, apa kau tersesat di New York?"

Selden menggeleng, lantas buru-buru menerima jabat tangan itu sebelum membiarkannya terlalu lama, masalahnya dia lupa untuk tersenyum, "Sepertinya, kau pintar membaca manusia. Aku—Selden. Selden Shire."

Tautan tangan mereka terlepas setelah MC memanggil Kazer untuk menunjukkan dirinya.

Beberapa kali, Jillien sempat sangsi hingga ia perlu bergantian menatap wajah Selden dengan wajah laki-laki bermata sayu dan berbadan pendek itu, "Kalian mirip. Dia saudaramu?"

Selden mengangguk, tidak berniat menyembunyikan apapun pada orang asing yang baru dia kenal ini, "Mm. Adikku. Kyu—ah, Kazer, namanya. Malam ini merupakan pertama kalinya aku menonton dia bekerja,"

"Sebut saja nama Korea kalian berdua. Aku bukan intel atau seseorang yang bekerja di bidang itu, kok."

"Kalau begitu," Seusai Selden menelisik dan mulai menaruh percaya, ia pun tak ragu lagi membeberkan identitas aslinya, "Aku, Selden. Dia, Kazer. Jadi, apa pekerjaanmu?"

"Aku?" Jillien tertawa sejenak setelah menuding dirinya sendiri, "Aku bekerja di sini."

"Maksudmu?" Terang saja, Selden merasa sangsi. Tidak ada perempuan yang bekerja di lingkungan laki-laki begini harusnya, "Bagian apa?"

"Hunter. Marketing. Staff. Aku merangkap semuanya," Jillien berujar tenang, "Spesifiknya, aku mencari kandidat, aku memasarkan tiket, aku juga penanggung jawab bila ada kejadian yang tak diinginkan seperti; bintang tamunya cedera parah. Kuharap, Kazer tidak perlu mengalami itu supaya pekerjaanku tidak sulit."

Selden mengerjap, antara bingung dan kepayahan memahami penjelasan Jillien.

"Senang berkenalan denganmu. Aku tidak tahu kalau Kazer punya kakak yang suportif sepertimu," Jillien tiba-tiba berteriak di tengah sorak-sorai para penonton, "Aku harus pergi, kembali ke tempatku, di backstage sana."

Selden tidak dipersilahkan membalas sebab Jillien sudah menghilang ditelan kerumunan.

"Interesting."

***

Ini tidak ada dalam perjanjian.

Kazer bersumpah akan memaki Jillien setelah semuanya selesai.

Kenapa tiba-tiba dia dihadapkan dengan seorang laki-laki berbadan besar dan berotot atletis—jelas-jelas ukurannya berbanding terbalik dengan dirinya. Bagaimanapun, Kazer harus bisa mencerna bahwa malam ini dia tidak harus diam saat dihajar, tapi dia harus melawan semampunya. Karena ternyata ia akan diadu dengan orang itu, dia bisa saja dibanting, dia bisa saja dilempar, ini namanya pertarungan.

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang