27; berpaling

96 26 0
                                    


Bel rumah berbunyi dan begitu Kazer mengintip lewat interkom—dia menemukan Jovar bertamu sepagi ini. Jadi, dia membuka pintu, tapi Jovar hanya mengulas senyum sekilas.

"Kau mau ke ruangan Selden?"

Jovar akhirnya berhenti melangkah, ia berbalik dalam sekejap, "Yap. Dia ada, kan?"

"Kalau dia memberimu perintah untuk membunuh orang—"

"—that's why I'm here," Jovar mendadak memangkas jaraknya dengan Kazer, lalu menepuk bahu itu beberapa kali, "Jadi seseorang berotak kriminal, sebaiknya jangan setengah-setengah. Aku bukan dirimu, Kazer. Jiwaku adalah seorang psikopat, aku butuh kreatifitasku untuk mendapatkan uang. Sedangkan jiwamu serupa masokis, kau tidak keberatan dihajar dan merasa kesakitan demi mendapatkan uang. Kita sudah membicarakan ini berulang-ulang sampai aku bosan."

"Kasusku dan kasusmu itu berbeda," Kazer menekan, "Membunuh jauh lebih fatal dari membiarkan dirimu dihajar habis-habisan. Resiko pekerjaanmu merugikan banyak orang, resiko pekerjaanku hanya merugikan diriku."

Jovar mendengus sekilas, lantas mengesah berat, "Aku temui Selden dulu. Kau sarapan saja sana."

Sepeninggal Jovar, Kazer memutar otaknya. Bagaimanapun, dia harus hentikan kekacauan ini sebelum semakin menghancurkan Xelaile. Mungkin, dia perlu menggeledah ruangan Selden nanti untuk mendapatkan kesepakatan berdirinya Xelaile. Lain hal dengan Jovar, ia sudah sumringah memikirkan bagaimana dia akan mengeksekusi targetnya. Dia punya banyak senjata, dia juga punya banyak peran. Dia bisa menyamar jadi siapa saja untuk tiba-tiba muncul sebagai malaikat pencabut nyawa.

"Siapa yang membukakanmu pintu tadi?"

Sambutan Selden cukup tak diduga Jovar, tapi dia tetap menggumamkan satu nama, "Kazer."

"Dia pasti menceramahimu lagi, kan?"

Jovar mengangguk, lalu berjalan ke hadapan Selden yang terduduk di belakang meja kerjanya, "Jadi, berapa bayaranku untuk nyawa orang ini?"

Selden memandang Jovar sekilas, ia bisa temukan binar di mata berkilat itu. Kemudian, dia lemparkan selembar foto wanita muda di meja, "Namanya Sandra. Mahasiswa tingkat akhir. Kesehariannya biasa-biasa saja. Kau tidak perlu mengamatinya berhari-hari. Malam ini bisa kau eksekusi karena dia ada janji pesta ulang tahun di rumah temannya. Terserah bagaimana caramu, yang penting jangan tinggalkan jejak," Ia pun menunggu respon Jovar, tapi laki-laki tan itu malah terfokus pada gadis berambut pirang yang akan menjadi korbannya malam ini, "Kenapa dia perlu dibunuh? Klienku bilang, dia adalah selingkuhan suaminya. Bayaranmu limapuluh juta dollar, aku ambil seperempatnya saja. Tadinya tujuhpuluh lima juta dollar."

Jovar mengangguk beberapa kali, mulai paham, "Okay. Aku lakukan sendiri. Kau yakin aku tidak akan membunuh orang yang salah, kan? Maksudku, sudah kau pastikan bahwa dia benar-benar selingkuhan suami klienmu?"

Selden tertawa sejenak, mendadak ingin mengejek dedikasi Jovar, "Kalaupun salah, kenapa? Kau bilang kau seorang pembunuh, kenapa kau jadi punya hati? Kalau kau salah target atau jika kesalahan sepenuhnya ada pada si klien, tapi kau sudah terlanjur membunuhnya, ada masalah? Kau tinggal mencari yang sebenarnya, lalu bunuh orang itu. Kau ragu membunuh dua orang? Hei, tenang saja, Chalfo sudah memeriksa semuanya. Riwayat panggilan dan pesan di hp suami wanita ini, Sandra adalah identitas yang berhubungan. Jadi, kau bisa membunuhnya, Jovar," Ia tiba-tiba beranjak, lantas mengitari Jovar sebentar, "Jangan bergaul dengan Kazer. Dia itu sok malaikat. Jadilah pembunuh yang tegas. Okay?"

Setelah Jovar mengingat kembali tujuannya sampai di titik ini adalah demi uang—dia tidak akan mundur lagi.

***

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang