29; menghasut

133 25 1
                                    


"Aku perlu bicara denganmu."

Selden menyesap espresso-nya sebelum mempersilahkan Kazer masuk ke ruang kerjanya. Begitu mereka berhadapan, Selden beranjak dari kursi dan memulai, "Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini, saat di mana kau mencariku demi kepentinganmu sendiri. Kenapa? Kau sudah menemukan cara untuk melengserkanku? Yakin bisa? Aku punya Chalfo dan Jovar, kau punya siapa?"

Kazer mendengus, sengaja meremehkan. Lalu, dia duduk di sofa, membiarkan Selden terus memandanginya dari arah belakang, "Aku baru tahu kau bisa baca pikiran atau karena kau khawatir aku benar-benar bisa melengserkanmu? Tidak peduli kau punya Chalfo dan Jovar, tapi aku punya salinan surat kesepakatan berdirinya Xelaile. Kau terang-terangan melanggar beberapa poin di sana dan seharusnya kau sudah tidak pantas jadi pemimpin organisasi ini."

Selden membasahi bibirnya sekilas, baru mendudukkan diri di hadapan Kazer. Ia bersedekap sambil menyilangkan kaki, dengan percaya diri menunjukkan bahwa dia tidak terpengaruh, "Aku yakin kau tidak menemukan surat kesepakatan itu di sini, jadi kau mendapatkannya dari Jung Hyuk? Ah, bahkan hubungan ayah dan anak kalian sudah membaik sebegini cepat jika menyangkut urusan uang, ya?"

Sindiran telak Selden lagi-lagi dibalas dengusan remeh Kazer.

"Kazer."

Selden memanggil, tapi Kazer melengos enggan memenuhi.

"Menurutmu, kalau aku menyuruh Chalfo dan Jovar menembakmu tepat di kepala, siapa yang akan membelamu?"

Kazer lantas berdiri, ia tatap mata Selden lamat-lamat, "I have no one. Tapi, aku ragu mereka akan menuruti titahmu. Jovar adalah temanku—"

"—Jovar punya mimpi untuk jadi psikopat sesungguhnya dan tidak ada psikopat yang punya rasa kasihan terhadap korbannya, terlepas apa hubungan mereka."

Kazer pun mengangguk setuju, baru menaikkan sudut bibirnya, "Okay, you win this race. Tapi, Chalfo bukan psikopat seperti Jovar—"

"—memang, tapi aku menyuplai semua kebutuhan anak-anak di gangsternya. Tanpaku, mereka tidak bisa hidup dan hidup mereka bergantung pada kepatuhan Chalfo."

Kemudian, Kazer merogoh sakunya, ia lempar salinan surat kesepakatan yang dikirim Jung Hyuk melalui faks ke meja.

"Tanpa mereka berdua, aku masih punya Bariel."

Selden melirik sekilas selembar kertas itu, lalu mendongak, "Apa yang akan kau lakukan dengan surat kesepakatan ini dan—" Ia menjeda sebentar sebab dia perlu menyalakan rokoknya, "—Bariel?"

"Aku dan Bariel bisa mencari pemilik asli Xelaile."

Kali ini, Selden reflek berdiri, "Maksudmu? Kau cari orang itu dan mengembalikan miliknya? Hei! Xelaile ini bukan milik siapa-siapa selain aku! Lagi pula, itu hanya sebuah gertakan bodoh supaya kita panik sesaat, mereka membohongimu!"

Kazer tergelak sebentar, "Jadi, kau benar-benar takut Xelaile akan direbut darimu? Kita lihat saja, kita tunggu saja—siapa yang akan menodongkan pistol."

Selanjutnya, Kazer merampas kembali surat kesepakatan itu dan berlalu keluar dari ruangan Selden.

***

Demi apa pun, Bariel masih dilemma—apakah dia harus memberitahu Selden atau menuruti mau Kazer? Tentang HIV itu. Dia saja masih belum berpendirian untuk menentukan pilihan, mana mungkin dia berat sebelah dengan mendukung salah satu dari dua saudaranya?

Layar TV di depan sana sama sekali tak menyedot atensinya, tapi saat si pembawa berita menyebut satu insiden, dia mulai teralih.

"Seorang mahasiswi ditemukan tewas dengan luka bekas lilitan tali di sepanjang lehernya. Korban merupakan satu-satunya pelanggan yang mendatangi bengkel ini, sehingga terdapat dugaan bila montir di sini adalah tersangka kuat. Motif pembunuhan masih diselidiki, sementara sidik jari pelaku di tubuh korban sudah dikonfirmasi."

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang