09; kabar buruk

159 21 1
                                    

"Paket!"

Bariel tidak jadi menuang kopi ke cangkir saat teriakan si kurir muncul di depan pintu. Jadi, ia terburu meninggalkan dapur untuk menghampiri pemuda yang sudah langganan mengantar pesanan online mereka bertiga ke rumah ini—Mark, namanya. Setelah Bariel membuka pintu, dia selalu mendapati cengiran khas Mark, lantas dia menerima sodoran kotak kecil itu.

"Atas nama—"

"—Kazer."

"Yap. Kazer sering sekali belanja."

Bariel mengedik sekilas, tapi dia juga penasaran dengan isi paket tersebut, makanya dia sengaja mengocok kotak kecil ini, "Kau bisa tebak?"

Mark menggeleng, "Kenapa tidak kau tanya saja padanya—"

"—kau kira dia mau bilang?"

Mark tersenyum, "Benar juga. Kalian ini memang aneh—"

"—sudah sana, kirim paket-paket lainnya."

Ketika Bariel mendorong Mark, Kazer ternyata sudah memasuki pelataran rumah dan memicing saat menemukan kedua laki-laki ini tampak cukup akrab. Namun, jika di sini ada Mark, berarti paketnya sudah sampai. Setelah mengamati beberapa saat, ternyata paket itu sedang dipegang Bariel.

Kazer mendadak panik, jadi dia merebutnya paksa.

"Hei, apa-apaan?"

Kazer mengerjap beberapa saat, "Ini paketku, kan? Jadi, aku ambil darimu."

"Yah, memang punyamu, sih."

Kemudian, Kazer begitu saja melenggang pergi, meninggalkan Bariel dan Mark berada dalam atmosfer canggung ini.

"Kalau kau mau tahu, lacak saja—"

"—buat apa? Kita tidak pernah melewati batas privasi dan mana mungkin aku peduli? Sama sekali bukan urusanku," Meskipun, tak dipungkiri, Bariel yakin Kazer sedang menyembunyikan sesuatu, "Ah, mungkin dia beli—you know, semacam kondom?"

"Kalian memang bukan saudara kandung sepertinya—"

"—mungkin saja, kan, Mark? Jaman sekarang, ada banyak orang yang merasa malu—"

Mark menyetop cerocosan Bariel dengan satu dengusan, "Kau yakin that guy tipe playboy yang suka main perempuan?"

That's right. Bariel juga tidak yakin kalau Kazer semaniak itu.

***

Seusai memastikan kamarnya terkunci, Kazer buru-buru membongkar paketnya di atas meja sana, lantas mengeluarkan beberapa suntikan bekas tersebut dari dalam kotak kecil yang diantar Mike tadi. Ia bergegas menyingkap lengan jaketnya, baru mengubek isi laci demi menemukan botol kaca berisi cairan heroine. Tanpa pikir panjang, Kazer segera memasukkan narkotika itu ke suntikan dan setelah ia menyentil jarumnya sesaat—Kazer pun menekan ujung tajam sekaligus mendorong bagian belakang injeksi tersebut. Terakhir, Kazer benar-benar melesakkan obat terlarang itu ke pembuluh darahnya.

Di sela proses perpindahan heroine ke seluruh tubuhnya, Kazer tidak tahan untuk tidak mengerang, ia berulang kali membuka dan menutup mata, dia sungguh terbuai hanya dalam beberapa saat; melayang, mengambang, beban-bebannya menguap seketika, rasa sakitnya mengudara seketika—Kazer bahkan melupakan bagaimana traumanya dulu dan bagaimana keadaannya sekarang.

Ia selalu menyebut ini ajaib sebab ada euforia yang tidak main-main.

"Akh," Kazer memekik saat ia mencabut jarum suntik itu dari pembuluh darah di batas sikunya, "You should stop, Kazer. Ja—jangan jadi pecandu. Ja—jangan ke panti rehabilitasi. Ja—jangan ke penjara. Ja—jangan mati."

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang