Matahari hampir terbenam, sedangkan Jovar bersiap menjalankan misinya. Ia harus merenggut nyawa si target kurang dari setengah jam. Sepuluh menit lalu, dia sudah merusak karburator mobilnya, jadi sebentar lagi mahasiswi itu pasti akan datang ke bengkel ini. Jovar sendiri hanya perlu menunggunya datang setelah beres menyekap si montir asli.
Sesuai perkiraan, calon korban Jovar itu datang dengan wajah panik.
"Uh, excuse me."
Jovar berbalik, dia tinggalkan bagian bawah mobil dan mendorong dirinya sendiri agar bisa menemukan sosok Sandra sedang memandangnya dari atas sana. Dia buru-buru berdiri setelah memberi persepsi untuk meyakinkan gadis itu bahwa dia adalah montir di sini.
"Can I help you?"
Sandra mengangguk, lalu menunjuk kap mobilnya yang berasap, "Aku tidak tahu kenapa mobilku tiba-tiba begitu, bisa kau perbaiki?"
Jovar mengamati sekitar sebentar—cctv sudah ia matikan dan sekitaran sini pun sepi—dia yakin tidak akan ada yang memergoki aksinya. Kemudian, dia berjalan menuju kap mobil Sandra dan membiarkan dirinya diikuti. Setelah memeriksa sana sini, dia pun menunjukkan wajah bersalah.
"Sepertinya ini agak serius. Aku perlu setengah jam untuk menyelesaikkannya. Kalau kau tidak keberatan, kau bisa menunggunya di dalam. Uh, ada air putih di botol, memang disediakan untuk tamu, kau bisa meminumnya."
Sandra tampak kecewa, tapi tentu tidak ada yang bisa dia lakukan selain menuruti Jovar.
Sekian menit berlalu, Jovar sudah memprediksi Sandra akan meminum air putih di botol itu, lalu dia akan merasa pusing dan berakhir pingsan, dan ternyata ini sudah saatnya. Jovar buru-buru menutup kap mobil Sandra, lalu berjalan ke dalam bangunan, tempat di mana Sandra tergeletak di lantai. Ia perhatikan botol air putih yang tak ditutup di meja, lantas berjongkok di sebelah targetnya.
"I'm so sorry. Kau harusnya jangan jadi selingkuhan laki-laki yang sudah beristri. Aku harusnya memberimu racun saja supaya kau tidak kesakitan, tapi tidak akan seru jika kau mati tanpa kesakitan."
Setelah merogoh belakang celananya, Jovar menemukan satu meter tali tambang. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia pun menyeringai sambil melilitkan utas tersebut dan menariknya kuat-kuat—dia sengaja membuat Sandra tercekik.
Seketika itu, Sandra tersadar, dia mendelik saat mendapati Jovar sedang berusaha membunuhnya; dia meronta, memberontak sana sini, tapi hasilnya tetap nihil. Jovar masih menikmati bagaimana Sandra kesulitan menggapai udara, dia mengulur waktu demi mematri ekspresi putus asa ini, dia juga tak sabar menanti momentum di mana akhirnya nyawa itu tak menetap di raga ini lagi.
"Satu, dua, tiga."
Seusai Jovar menghitung—Sandra sudah tak melawan, tapi matanya melebar menghadap wajah pembunuhnya.
Sekarang, Jovar hanya tinggal menghapus jejak setelah mengirimkan bukti bahwa pekerjaannya selesai ke nomor Selden, tapi dia belum puas jika tidak bicara langsung.
"Kau terima gambar yang aku kirim?"
Selden di seberang sana berdeham, ["Good job. Jangan sampai tertangkap."]
"Tenang saja. Aku tidak akan jadi pelaku, tapi ada orang lain yang menggantikanku."
Selden mengernyit, ["Siapa?"]
"Montir yang asli," Jovar berujar percaya diri sambil memandangi Sandra yang sudah pergi dari dunia ini, "Aku akan buat seolah-olah seakan-akan, pria culun itu yang membunuh Sandra."
["Terserah, apapun caramu, tugasmu hanya dua; membunuh dan tidak tertangkap."]
"Aku tahu, jangan khawatir," Jovar lalu berjalan menuju gudang dan menemukan si montir asli yang mata dan mulutnya dia tutup dengan lakban sudah sadar, "Aku jamin, pekerjaan pertamaku ini akan baik-baik saja sampai akhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scheme [✓]
Mistério / SuspenseTiga bersaudara ini hidup dalam kegelapan. Meski tinggal seatap, tidak satu pun saling menaruh peduli. Masing-masing punya pesakitan dan penderitaan sendiri, yang disimpan rapat-rapat dalam kotak masa lalu. Meski begitu, tujuan mereka tetap berorien...