26; memihak

113 27 1
                                    

Setelah bertemu dengan Carlos kemarin, Kazer jadi melayangkan pikiran ke mana-mana. Ia jadi semakin yakin kalau Carlos memang bosnya dan postur familiar itu sempat ia temui saat dia memenuhi undangan uang tunai seratus juta dollar yang mengakibatkannya tak bisa beraktivitas berhari-hari—ya, apakah bosnya dan orang itu merupakan satu sosok yang sama?

Tapi, sebelum mengemukakan spekulasinya pada Wyltha, dia harus mendatangi Jouseff untuk sesi kontrol rutinnya.

"Hai, Kazer?"

Kazer seketika berhenti melangkah saat Rein menghadangnya dengan satu lambaian sekilas.

"Selama liburan, kalian semua mematikan ponsel masing-masing, ya?"

Kazer mengernyit, tapi ia menurut saat Rein mengajaknya mampir dulu ke salah satu teras kafe ini. Begitu Kazer duduk sehadap dengan Rein, seorang pelayan menawarkan menu sehingga gadis muda ini bisa segera mencatat pesanan mereka.

"Iced americano dua, ya," kata Rein dengan senyum terkembang pada si pelayan, "Mm, yang satu less sugar."

Setelah hanya ada mereka berdua di sini, Kazer pun menunggu Rein untuk mengatakan maksudnya.

"Kau mau ke mana pagi-pagi begini?" ujar Rein, akhirnya membuka obrolan, "Yah, aku tahu kau benci basa-basi."

Kazer terkekeh, "Kenapa? Kau mau menanyakan Bariel, kan? Dia itu jarang bawa ponsel karena misinya selalu melompat ke sana ke sini. Selain dia takut ponselnya hilang, dia juga tidak mau ketahuan gara-gara ponsel itu tiba-tiba berbunyi."

Rein mengesah kecewa, kentara sekali bagi Kazer hingga ia bisa menertawakannya.

"Kalau kau tidak buru-buru, habiskan ini dulu," titah Rein mutlak saat akhirnya pesanan mereka diantarkan, "Tidak ada larangan bagimu untuk mengonsumsi kafein, kan?"

Tanpa perlu menimpali omongan Rein, Kazer segera menyeruput es kopi hitamnya ini.

"Sepertinya ada yang salah dengan mataku, tapi demi Tuhan, kau pucat sekali," beber Rein, terang-terangan, "Kau sakit, ya?"

Kazer kelimpungan sejenak, tapi dia selalu bisa mengatasi kegugupannya dan segera mengubah ekspresinya, ia menggeleng, "Mana ada? Ini karna kau mengajakku berjemur di bawah sinar matahari seterik ini," Jadi, ini saatnya dia mengalihkan obrolan, "Uh, kau ini kan kerja di dunia hukum. Aku mau tahu sesuatu tentang—perpindahan kekuasaan?"

Rein spontan memiringkan kepalanya, "Kau terdengar ragu. Kekuasaan siapa kepada siapa yang mau dipindah? Tentang apa dulu?"

"Mm," Kazer malah bergumam, ia tak sengaja asal bicara, maksudnya hanya untuk selingan, tapi dia malah terpusat pada Xelaile, "Bisnis ilegal."

"Nama si pemilik sudah resmi tertulis di dokumen kepemilikan usaha?"

Kazer mengedik, dia memang tidak tahu, "Sepertinya. Harusnya. Iya."

"Ada keterangan perusahaan akan diwariskan jika si pemilik ini kenapa-kenapa?"

Kali ini, Kazer diam, benar-benar nihil atas hal itu. Tapi, Rein paham ke arah mana maksud adik Bariel ini, sehingga dia berdeham untuk memecah keheningan.

"Kalau tebakanku benar, apa ini soal Xelaile?"

Kazer terkesiap, ternyata memang sekentara itu, "Aku hanya tidak suka Selden mengabaikan pernjanjian di awal saat Xelaile resmi beroperasi dulu," Ia melirih, merasa malu telah menyangsikan saudaranya sendiri, "Tidak ada pembunuhan, tapi dia merekrut pembunuh bayaran. Masalahnya, karyawan baru ini temanku juga. Aku tidak peduli bahwa kau berpotensi melaporkan semua yang aku ceritakan ini, tapi aku mohon—jangan lakukan itu, ya?"

Scheme [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang