Extra - Lara

247 17 2
                                    

Sidang putusan Sonny menjatuhkannya 3 tahun penjara. Ia diberikan keringanan karena membantu polisi sebagai informan.

Sonny yang duduk di seberang gue terlihat berbeda. Seakan ia melepas topengnya. "Selamat atas pertunangan lo dengan Curt." Ucapnya dengan nada datar.  Jelas ga terdengar tulus menyelamati pertunangan gue dan Curt.

"Makasih." Balas gue dengan senyum palsu.

"Gue dengar sebentar lagi lo mau menikah. Kenapa lo malah datang ke penjara? Lo ga takut sial?"

"Gue ga percaya dengan tahayul." Gue menegakkan tubuh. Fokus akan tujuan gue bertemu dengannya. "Curt biang lo kenal dengan ka Niko dan mau bertemu hanya dengan gue."

"Ya, dan waktu lo terbatas. Kalau ada yang mau lo tanyakan tentang Niko, tanyakan sekarang. Gue ga mau lama-lama lihat muka lo." ucapnya bikin gue kesal.

Tahan. Gue kesini bukan mau bertengkar dengannya.

"Gimana lo bisa kenal kakak gue?" Setelah Curt bilang kalau Sonny kenal dengan ka Niko, gue menahan diri ingin menemuinya. Ingin menanyakan semuanya. Apa ia yang memberitahu kami kalau Billy yang membunuh ka Niko?

"Gue teman sekamar Niko saat kami tahun pertama tinggal di asrama. Lalu berteman sampai kami pindah dan tinggal di gedung apartemen yang sama"

"Apa ka Niko tau lo anak buah Alex?"

"Ga. Lo pikir gue akan menunjukan diri di hadapan semua orang kalau gue anak buah Alex?" balasnya sambil tersenyum mengejek gue. Ugh! Bahkan jadi tahanan pun Sonny tetap menyebalkan!

"Kenapa Billy bunuh ka Niko?" Gue tahu Billy dan Ka Niko musuhan dari SD. Gue pikir hanya musuhan biasa sampai ka Niko sekolah di luar negeri dan Billy juga ikut bersekolah di kota yang sama dengan ka Niko.

Ka Niko sangat pintar hingga umur 15 tahun sudah masuk universitas. Sedangkan Billy yang gue tau masih SMA waktu itu.

"Niko menyelamatkan wanita yang diincar oleh Billy saat wanita itu ingin diperkosa Billy di tangga tempat apartemen kami tinggal" Cewek yang disukai Billy juga tinggal disana dan ia berani melakukan hal yang menjijikan saat kebetulan Niko lewat disana.

"Hanya karena itu?"

"Well, Niko menghajarnya tepat di milik pribadinya. Buat milik Billy tidak bisa bangun hingga waktu yang lama."

Dia memang pantas mendapatkannya!

"Lalu gimana bisa Billy di apartemen ka Niko?" Tanya gue lagi sambil menahan amarah. Pintu apartemen ka Niko akan berbunyi kalau ada yang mencoba membuka paksa dan menarik perhatian penjaga keamanan.

"Gue punya kunci cadangan apartemen Niko" jawabnya mengejutkan gue.

Punya kunci cadangan? Sebegitu dekat kah mereka sampai ka Niko memberinya kunci cadangan apartmennya? Sedangkan gue tau ka Niko ga pernah mudah percaya dengan siapapun bahkan teman dekatnya sekalipun.

"Billy tahu gue sering ke apartemen Niko, begitu pula sebaliknya. Tetapi gue ga menyangka kalau Billy tahu gue punya kunci Niko" lanjut Sonny dengan wajah kesal.

"Billy mengambil kunci apartemen Niko yang ada dengan gue saat mengundang gue minum di club. Gue baru sadar setelah ia memberikannya ke gue sehari setelah Niko meninggal"

Billy brengsek! Amarah gue tetap ga bisa mereda meski ia sudah mati. Memakinya setiap kali mengingat apa yang Billy ceritakan sebelum ia merengut nyawa orang yang gue sayangi. Memberinya k*kain dan menendangnya jatuh dari ketinggian.

Gue menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mencoba agar emosi gue stabil.

"Lalu dimana lo saat ka Niko meninggal?" Kenapa ia ga ada di dekat ka Niko saat Billy mencelakai ka Niko. Kenapa ia ga menyelamatkan ka Niko!

"Saat itu gue berada di kamar jenazah. Ibu gue meninggal di bunuh Alex dan Norman."

Jawabnya bikin gue ga bisa berkata apapun. Keluarga Curt, Sonny dan gue sama-sama menjadi korban kebiadapan Alex, Billy dan Norman di waktu yang berdekatan. Merengut nyawa orang-orang yang kami cintai.

"Jadi lo yang kasih tau ke kami kalau ka Niko dibunuh Billy?"

"Iya. Gue pikir lo dan orang tua lo harus tau siapa pembunuhnya."

Gue susah untuk menebak pikirannya. Apa ia benar-benar menyesal salah satu orang yang bikin ka Niko dibunuh atau ia hanya anggap ka Niko tugas untuk didekati

"Sebaiknya lo pergi." Ucap Sonny menyadarkan gue. "Ga baik jika lo berlama di sini. Dan gue harap ini terakhir kalinya kita bertemu" Sonny bangkit berdiri, menatap gue dengan sorot mata bersalah.

"Maaf, karena gue, Niko pergi. Tapi gue ga pernah menyesal mengenalnya." Lanjutnya lalu berbalik meninggalkan gue yang masih punya banyak pertanyaan.

"Tunggu, gue masih belum selesai!" mencoba menahannya untuk terus duduk.

"Sonny!" Ia tetap berjalan ke arah sipir tahanan dan ga peduli dengan teriakan gue.

"Jangan harap gue maafin lo!"

Gue sengaja mengucapkannya. Berusaha membuatnya menoleh ke arah gue tetapi tetap aja ia terus berjalan keluar ruangan. Ga peduli dengan apa yang ia dengar. Ga peduli gue maafin dia atau engga. Agh! Meski gue berhutang nyawa dengannya tetap aja dia menyebalkan!

Kesal! Gue keluar gedung ke arah parkir. Curt menunggu gue di luar mobil sambil bertopang dengan tongkat. Dengan langkah cepat gue berjalan ke arahnya.

"Kenapa kamu keluar?" Tanya gue pada Curt. Khawatir dengannya yang memaksa untuk berdiri dengan kondisi kakinya yang masih belum sembuh. Gue Membuka mobil dan membantunya masuk ke dalam.

"Maaf, aku buat kamu marah." Amarah gue menguap begitu menatap wajah Curt yang merasa bersalah.

"Ga, gue ga marah sama lo. Gue marah ke Sonny. Marah dengan Billy!"

Gue menceritakan semuanya ke Curt apa yang Sonny katakan. "Gue benci dengan Billy yang membunuh ka Niko hanya karena Ka Niko menolong cewek yang dilecehkan Billy!"

"Gue juga menyesalkan sikap ka Niko yang terlalu baik dengan orang lain."

"Itu bukan kesalahan Niko. Yang ia lakukan sudah benar untuk menolong orang lain."

"Ya, gue tahu. Tapi apa harus dibayar dengan nyawa?"

"Lara, Tidak ada yang menyangka kalau Billy bertindak sampai seperti itu terutama Niko. Ia mengira Billy akan berkelahi dengannya seperti biasanya."

"Lo benar, Curt"

"Sekarang Sonny ga mau ketemu dengan gue. Padahal masih banyak yang pengen gue tanyakan"

"Beri waktu dulu. Lagipula 3 tahun ia akan berada disini."

"Lo benar. Ia ga akan kemana-mana. Ia tetap disini selama 3 tahun" Gue akan bertemu dengannya 2 tahun lagi.

Papi, mami, Curt dan gue akan berangkat ke Jepang setelah kami menikah dua minggu lagi. Lalu menetap di sana selama 2 tahun.

Curt mengusap lembut kepala gue yang gue balas dengan menyadarkan kepala gue di dadanya. Gue sudah kehilangan satu sosok pelindung yang gue sayangi. Sekarang gue mendapatkan satu orang yang melindungi gue. Orang yang gue cintai dan percayai menjadi pasangan hidup. Setelah semua yang kami lalui, gue bersumpah akan menjaganya dan ga akan melepaskannya seumur hidup gue.

*******

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang