Tik tik tik... Suara detik jam ditangan seperti musik rock membuat kaki gue menghentak dengan cepat. Kenapa Curt lama banget?! Gue sudah menunggu lama dan dia ga keluar!
Apa ia sengaja lama didalam karena ia tau gue sangat benci perpustakaan? Dengan bau buku yang apek. Aturan yang ketat. Bahkan bernafas aja ga boleh keras. Siapa yang mau berlama disana?
"Jangan-jangan dia pacaran lagi sama anak supir" ia kan dekat banget sama si cewek sok kecantikan itu! Bukan hanya dekat, tetapi suka sama cewek itu!
Hah! Coba aja kalau ga hilang ingatan, mana mau dia sama tuh cewek yang statusnya aja lebih rendah dibandingkan gue! Ah! Stop! Kenapa gue mikirin itu lagi!
"Apa gue masuk aja?" Gue berdiri mendekati pintu yang tertutup. "Ah, engga. Gue bisa diplototin penjaganya" gue kan masuk daftar hitam karena sering bikin keributan didalam.
"Tapi mau sampe kapan gue disini?" Sudah 3 jam gue nunggu diluar. Ga makan, ga minum bahkan ga ke kamar kecil. Mau sampe kapan gue nunggu? Gue lapar, haus, pengen buang air.
Cukup! Gue akan masuk ke dalam. Ga peduli dengan bau apek, aturan sialan dan penjaga yang galak! Gue udah ga tahan!
Dengan pelan gue membuka pintu. Decitan pintu terbuka menggema. Ini yang paling gue benci. Semakin gue pelan, semakin keras bunyi yang dihasilkan. Tatapan semua tertuju ke gue.
Kali ini dengan cepat gue menutup kembali pintu. Cuek dengan tatapan orang-orang terutama penjaga yang mengawasi gue.
Ga lihat. Gue ga lihat apa-apa. Gumam gue dalam hati melewati orang-orang yang sebagian masih ngeliatin gue. Gue cuma sebentar disini. Hanya menjemput tuan besar.
Gue menyusuri rak-rak buku. Kalau ia ga ada di meja baca, berarti ia ada di pojok ruangan ini. Gue berjalan cepat ke pojok ruangan dimana meja dan kursi disusun dekat jendela.
Benar dugaan gue. Ia ada disana dikelilingi cewek-cewek yang berpura-pura membaca duduk jauh darinya. Tumben si Curt ga sama si Anna? Tapi baguslah gue juga ga mau pengen liat tuh cewek.
Gue mendekatinya. Seperti sadar dengan kehadiran gue, ia menutup laptopnya lalu membaca dan menulis angka dibukunya.
"Sttt" gue duduk disampingnya. "Ka, kita pulang, yuk" ajak gue dengan berbisik di dekatnya.
Bukannya menjawab, Curt malah asik mengerjakan tugasnya. Baca buku lalu menulis. Seakan gue ga ada.
"Ka" bisik gue lagi dengan menyenggol tangannya. "Kita pulang, yuk"
"Kamu aja duluan. Aku masih mengerjakan tugas" jawabnya dengan suara rendah. Matanya ga lepas dari buku.
"Ga bisa. Lo tau gue ga boleh pulang kalo ga sama-sama lo"
"Aku sudah besar. Ga perlu kamu tungguin. Nanti juga mami papi mengerti kalau aku bukan anak kecil"
Bukan kayak anak kecil tetapi lo berbahaya! Siapa tau aja lo ditemuin orang yang kenal sama lo. Semua orang kan mengira lo sudah mati.
Bisa kacau semuanya kalau itu terjadi. Semua gempar kalau tau lo masih hidup. Belum lagi kalau memberitahu lo yang sebenarnya. Lalu bawa lo kabur dari papi.
"Papi mami kan khawatir sejak lo kecelakaan. Mereka takut lo mengalaminya lagi" bohong gue berpura-pura demi kebaikannya.
"Hentikan. Kita sudah semester 5. Aku bukan orang bodoh yang mengalami kecelakaan untuk kedua kalinya." Kesalnya dengan mengentakan pulpen. Kali ini ia menoleh ke gue.
"Lebih baik kamu nikmati masa muda kamu. Bersenang-senang seperti yang lainnya. Aku tidak akan memberitahu mami papi. Nanti saat waktunya aku pulang, kita pulang sama-sama"

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romance"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...