Hah... gue menghembuskan nafas entah untuk keberapa kali. Agh! Billy pasti sangat marah sekarang karena polisi menggagalkan transaksi bisnis kotornya. Moodnya pasti sangat buruk dan gue bikin gue khawatir untuk menghadapi sifatnya yang sebenarnya.
Engga, gue harus siap menghadapi Billy. Ini demi Narendra group. Tapi, gimana kalau ia tau gue sudah menyerahkan bukti penting. Bukti kejahatannya ke polisi. Bagaimana kalau ia tau itu dari gue?
Tenang Lara. Bersikap seperti biasanya. Jangan terlalu baik. Jangan terlalu gugup. Jangan berlebihan. Lagi, gue menghembuskan nafas. Meskipun gue pengen menacapkan gas dan pergi dari tempat in, gue ga bisa melakukannya. Gue harus siap menghadapi Billy.
Gue keluar dari mobil. Melepas kacamata dan berjalan masuk ke dalam rumah kediaman Narendra yang ditinggali Billy. Kali ini banyak penjaga dengan wajah menyeramkan berjaga di depan. Gue yakin di dalam juga pasti lebih banyak penjaga. Memikirkannya aja bikin semakin gugup. Mereka pasti diperintah untuk menjaga Billy dari polisi oleh Alex.
"Apa Billy ada didalam?" tanya gue pada salah satu penjaga yang berdiri di dekat pintu. Menjaga wajah angkuh gue menutupi pikiran gue yang cemas.
"Ada. Silahkan masuk" penjaga itu membuka pintu. sekilas gue melihat tato naga berkepala tiga di lengannya. Ia mempersilahkan gue masuk dan berjalan di belakang gue. Mengawasi setiap gerak gerik gue.
"Dimana Billy?" Tanya gue pada penjaga yang mengikuti gue dibelakang.
"Bos ada di ruang kerja" jawab penjaga yang terus membayangi gue.
Dorr!!!! Suara tembakan bikin gue terkejut. jantung gue seperti balon yang meledak. Langkah gue terhenti. "Suara apa itu?" Tanya gue membalikkan badan kearah penjaga.
Bukan cuma gue, penjaga itu juga terkejut lalu terdiam. Seperti menyembunyikan sesuatu. Gue yakin Billy membunuh orang di dalam sana. "Sebaiknya anda kembali lagi nanti"
Itu bagus, sebaiknya gue kembali nanti. Baru dua langkah gue terhenti. Asisten kepercayaan Alex berjalan masuk ditemani dua penjaga di belakangnya.
"Wah, selamat siang, Nona Lara" sapa Norman bikin gue waspada. Ia ada disini ga bersama Alex? "Apa kamu sudah ingin pulang?"
"Iya. Sepertinya Billy sedang sibuk" jawab gue mencari alasan buat kabur sebelum gue menjadi saksi siapapun yang tertembak di dalam sana. Atau bisa aja gue ikut dibunuh karena tau siapa korban penembakan.
"Sibuk? Tenang saja. Tuan Billy tidak akan sibuk kalau tunangannya datang menemuinya"
Norman berjalan mendekati gue. "Silahkan duluan" Norman mempersilahkan gue berjalan lebih dulu. Perintah yang ga bisa ditawar.
Pergi malah membuatnya curiga. Lebih baik mengikuti yang ia perintahkan. Gue kembali berbalik dan berjalan di koridor menuju ke ruang dalam rumah.
"Dimana tuan Billy?" Tanya Norman pada penjaga yang gue dengar dibelakang gue.
"Di ruang kerja. Tetapi..."
"Apa?"
Suara mereka terdengar seperti berbisik dan gue ga bisa mendengarnya dengan jelas. Lebih baik gue terus berjalan seperti biasa agar mereka ga curiga. Masuk menuju ruang tengah ke ruang kerja Billy.
Benar yang dipikiran gue. Banyak penjaga di dalam rumah. Bahkan sampai di depan pintu ruang kerja ada dua penjaga yang berdiri disana. Salah seorang membuka pintu untuk gue. Sebaiknya gue mengutarakan tujuan gue datang lalu langsung pulang. Hah... Semoga aja Billy ga menyadari kalau gue pelakunya.
Plakkkkk!! Begitu gue masuk suara tamparan keras menyambut gue. Bukan untuk gue tetapi cewek disana. Billy dengan kejamnya menampar cewek yang tadinya ia cintai. Tangan kanannya memegang senjata api membuat gue ketakutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romance"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...