Akhirnya apa yang gue inginkan dapat terwujud meskipun ini hanya awalnya aja. Gue dapat dekat dengan Billy. Menjadi tunangannya. Meskipun acaranya hanya private dihadiri oleh kedua orang tua gue, Billy dan pak Alex. Tetapi tetap saja ini tunangan.
Apa yang gue lakuin, gue alami ternyata ga sia-sia. Bahkan pengorbanan papi dan mami terbayar. Hanya dalam waktu tiga bulan lagi gue akan menjadi Nyonya Billy Richardo.
Ah, gue ga boleh terlena. Tiga bulan waktu yang sangat lama bagi gue. Sekarang yang akan gue lakuin, membuat laki-laki dihadapan gue percaya dengan gue. Sangat percaya hingga ga akan pernah berpikir kalau gue melakukan kesalahan yang sangat fatal untuknya. Menikamnya dari belakang.
"Gimana perasaan lo sebentar lagi melangkah menjadi nona Billy Richardo?" goda Billy duduk di atas meja kerjanya menghadap ke arah gue.
"Biasa aja. Ga ada yang spesial"
"Ah, lo bikin gue patah hati" Ia berpura-pura memasang mimik sedih dan memegang dadanya.
"Bukan lo yang patah hati tetapi simpanan lo"
"Anna mengerti. Dia tau resiko menjadi pacar gue harus siap berbagi dengan orang lain. Begitu juga dengan lo"
Si brengsek ini ga akan pernah berubah. "Oke. Tetapi gue ga pengen berbagi harta kekayaan lo"
"Lo bikin gue patah hati dua kali"
"Hm, gue akan bikin lo patah hati berkali-kali sampai lo berada dalam genggaman gue"
Ia tertawa mendengar ucapan gue. Lalu berdiri berhadapan dengan gue. "Gue suka lo. Ga pernah ada cewek yang mengatakan kayak gitu ke gue"
"Apa itu artinya lo mulai cinta ke gue?"
"Belum, sayang. Belum" Billy menyentuh dagu gue. menunduk kearah bibir gue.
Hanya ciuman. Bukan hal yang lain. Anggap aja seperti berciuman dengan dinding atau boneka.
"Berhenti, brengsek!" suara Curt mengejutkan gue. Refleks gue mendorong Billy menjauh. Menatap kesekeliling gue. Ga ada Curt. Tapi gue jelas mendengar suaranya.
"Ada apa? Kita kan sudah bertunangan" kesal Billy dengan penolakan yang berkali-kali gue lakuin. Tetapi kali ini saat gue siap, gue bersumpah mendengar suara Curt.
"Ga" ini membingungkan. Ga mungkin Curt ada disini. Ia kan dikirim papi keluar negeri. Apa gue berhalusinasi mendengar suaranya tadi? Hah.. ini ga benar. "Apa bisa gue minta air?" Gue duduk di kursi meja kerja Billy.
"Air?" Billy terlihat kesal. "Baik. Gue ikuti permainan lo. Tetapi lo harus berhenti saat gue sudah muak" ia benar. Harusnya gue fokus melakukan tugas gue. Bukan setengah-setengah dan berhalusinasi ada Curt.
Billy berjalan ke arah lemari pendingin di sudut dekat meja kerjanya. Membuka salah satu botol anggur miliknya yang ada disana.
Ini kesempatan gue. Fokus akan tujuan gue ke sini. Gue mengambil alat perekam yang sudah gue siapkan sebelumnya di kantong tas tangan. Sangat kecil seperti ukuran koin.
Saat menyilangkan kaki gue, dengan tas tangan yang gue bawa menutupi aksi gue dari kamera yang terpasang di ruang ini. Gue merekatkan alat itu dibawah meja kerja Billy. Dengan ini gue bisa tahu apapun yang Billy lakuin. Semuanya.
Brakk! Suara pintu terbanting bikin gue terkejut dan menoleh kebelakang kearah pintu. Hampir aja ketahuan. Beruntung alat itu sudah gue rekatkan. Gue menatap kesal kearah cewek licik yang membalas gue penuh amarah.
Kalau cewek ini disini, itu berarti Curt juga sudah pulang. Ia sudah kembali dari perjalanan bisnis. Dan itu artinya dia sudah tau kalau gue sudah bertunangan dengan Billy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Dragoste"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...