Menjadi sekretaris papi gue harus memakai pakaian yang sangat seksi. Rok pendek yang memperlihatkan sebagian besar kaki gue. Baju atasan yang sangat ketat mencetak dada. bersikap menggoda klien yang menguntungkan bagi perusahaan.
Gue ga peduli dengan omongan orang. Telinga gue seperti tuli dengan apa yang dikatakan semua orang yang mengomentari penampilan dan gagalnya pertunangan gue. Mata gue seakan buta akan kekecewaan mami yang sedih setiap kali melihat gue berdandan seperti sekarang dan Curt yang pasti menganggap gue menjijikan.
Gue ga peduli dengan itu semua. Yang harus gue lakuin hanya merayu bos bos besar agar mau bekerja sama dengan Narendra. Tidak peduli jika mereka dengan sengaja menyentuh bagian tubuh gue. Menahan diri agar tidak berteriak apalagi menampar bajingan yang melakukannya.
Tidak peduli dengan perasaan jijik yang gue rasakan pada diri gue sendiri. Bahkan air mata gue sudah mengering menangisi penderitaan gue. Hati gue dingin tidak peduli dengan moral yang terus merongrong jika ini salah dan menjijikan.
"Si Mak Lampir datang" bisik salah satu karyawati pada gerombolan teman-temannya terdengar saat gue lewat.
"Makin pendek aja tuh rok" cibir salah satu dari mereka dengan tatapan mengejek ke arah gue.
"Kali ini bos mana lagi diincar?"
"Pantas lah Pak Alex batalin tunangan. Kerjaannya ngerayu bos"
"Jangan-jangan dulu cepat naik jabatan juga karena itu" Sialan! Pengen menghajar cewek-cewek menyebalkan itu! Menutup mulut mereka!
Hah.. Tahan emosi. Gue ga mau bertengkar pagi-pagi. Makin senang aja mereka ada bahan gosip baru kalau gue ladeni. Gue ga mau turun level sama seperti mereka.
"Pagi, Bu Lara" sapa suara cewek yang ga pengen gue dengar apalagi ngeliat dia.
"Ah, Pagi Pak Niko" Curt? Gue menahan diri ga menoleh. Gue pikir dia sudah lebih dulu sampai.
"Pagi, Anna" balas Curt berdiri disamping gue. Kenapa dia malah berdiri di sebelah gue? Kenapa milih lift yang pengen gue masuki diantara 4 pintu lift yang ada.
"Hahaha" tawa Anna tiba-tiba. kenapa tuh cewek ketawa? Dasar aneh!
"Ada apa?" Tanya Curt pada Anna yang tertawa lalu pindah berdiri di samping Curt.
"Lucu aja. Kalian berdua kayak musuhan ga saling sapa"
Huh! Dimana lucunya? Dasar cewek rese! Bilang aja pengen basa basi dekatin Curt! Akhir-akhir ini gue sering liat mereka bersama-sama. Apa mereka pacaran?
Kesalahan fatal. Gue menoleh ke arah Curt dan Anna dengan kesal. Terkejut seakan melakukan kejahatan saat mata gue bertatapan dengan Curt. Gue membuang muka. Wajah gue terasa panas.
Semenjak kejadian itu, gue ga pernah sama sekali berbicara dengan Curt. Bahkan dekat pun ga pernah. Saat di meja makan pun gue selalu menghindari kontak mata dengannya. Lalu selebihnya hanya berdiam diri di dalam kamar.
Sial! Kenapa liftnya lama banget?! Gue memencet tombol berkali-kali.
"Berhenti. Kamu bisa merusaknya" tegur Curt yang langsung gue turuti walaupun dalam hati gue kesal. Malu ditegur di hadapan karyawan dan di hadapan cewek rese itu.
"Em, Nik. Siang ini kita jadi kan makan siang bareng?"
Makan siang bareng? Apa perlu tanya itu di hadapan orang banyak! Nih cewek pasti sengaja pengen biar orang-orang gosip hubungannya dengan Curt. Dasar cewek licik!
"Ya" jawab Curt pada Anna semakin menguatkan kalau mereka punya hubungan.
"Baguslah. Gimana kalau kita makan di restauran dekat sini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romance"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...