Alunan musik terdengar seperti lagu kekalahan bagiku. Aku pikir rencanaku akan berhasil menggagalkan pertunangan dua anak pembunuh. Padahal aku sangat yakin Alex akan langsung membatalkan pertunangan setelah tahu diam-diam Hardy membeli saham dari para komisaris disaat nilai saham turun sehingga ia memiliki saham 15 persen sama dengan saham yang ia miliki.
Atau Alex sudah tahu sebelumnya jika Hardy mengkhianatinya lalu dengan menjadikan mereka satu keluarga maka mereka bisa menguasai penuh perusahaan dan para komisaris semakin tunduk pada mereka.
"Kenapa kalian berdua murung? Ini kan acara bahagia. Kalau ada yang lihat mereka pikir kalian ga senang dengan acara ini" tegur Aldo yang duduk diantara aku dan Anna.
Kami memang tidak senang dengan acara ini. Amat sangat tidak senang. Harusnya acara ini gagal. Harusnya aku menyaksikan Alex dan Hardy bermusuhan. Saling menyerang satu sama lain.
"Nik, kamu sebagai kakak harus happy" Aldo menepuk bahuku.
"Jangan terlalu dekat. Aku tidak ingin ada gosip aneh lagi" aku memperingati Aldo sebelum karyawan Narendra Group yang diundang di pesta ini kembali menyebar gosip yang tidak-tidak.
"Aku kan sudah minta maaf" ucapnya tanpa menyesal.
"Ya, aku tau. Tetapi aku tidak ingin terulang lagi"
"Baiklah. Tapi aku ga janji" balasnya sambil tertawa dibawah tatapan kesalku. Ia terdiam lalu menoleh ke sebelah kirinya.
"Ayo senyum, An" bujuk Aldo pada Anna yang duduk di sebelahnya.
Aku melirik ke arah Anna yang tersenyum kecil. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan. Mungkin saja ia marah padaku yang gagal membatalkan pertunangan Lara dan Billy. Padahal aku sudah berjanji padanya untuk membalas dendamnya tanpa ia ikut serta menghancurkan musuh kami.
Hah.. Aku mengecewakan Anna. Harusnya aku berusaha lebih keras lagi sampai rencanaku berhasil membuat mereka menderita terutama cewek licik. Anna tidak akan senang melihat Lara mendapatkan segalanya.
Tatapanku beralih ke arah depan. Pada Lara yang mengandeng Billy terlalu erat. Mengamati cewek licik yang mengenakan gaun hijau membalut tubuhnya. Gaun itu membuatnya semakin terlihat cantik.
Cantik? Yang benar saja! Kenapa aku malah memujinya?! Huh! Sepertinya aku terlalu banyak minum. Aku meletakan gelas berisi cairan berwarna merah gelap ditanganku ke atas meja. Menatap ke arah yang lain selain cewek licik. Mengamati orang-orang yang diundang.
Sebagian besar tamu yang mereka undang petinggi di perusahaan Narendra dan Polar. Klien dan partner bisnis. Selain itu para pemilik saham. Mereka semua berpura-pura tidak mengenaliku. Dan itu bukan masalah bagiku. Dengan ini aku bisa tau siapa teman dan lawanku.
Hanya satu yang membuatku tidak dapat bergerak bebas. Norman. Kaki tangan Alex yang selalu melaksanakan apapun perintah tuannya. Ia bahkan dapat menyingkirkan orang selamanya.
Jika Alex sebagai saint mengurus bisnis bersihnya. Norman lah yang mengurus bisnis kotornya. Bisnis yang aku dengar kejahatan tingkat tinggi. Dan bisnis mereka selalu lolos dari polisi.
Ia sangat berbahaya. Sejak datang ke acara ini, Norman selalu mengawasi gerak gerikku. Mencari celah agar bisa menyerangku. Membunuhku.
Bukan hanya kali ini saja ia mengincarku. Jika dulu aku selalu selamat karena dilindungi Dad dari ancamannya dan tuannya, sekarang hilang ingatanlah yang dapat menyelamatkanku dari penjahat itu.
"Wah, sepertinya mereka kesini" Aldo memberi tanda pada kami Billy dan Lara menuju arah kami.
Ck! Aku tau pasti apa yang diinginkan Billy. Ia sengaja memamerkan jika aku tidak memiliki kekuasaan apapun. Sengaja tiba-tiba ingin bertunangan dengan cewek licik karena aku menyuruhnya menjauhi Lara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Roman d'amour"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...