"Ini mengenai Gita Advertising. Bapak lihat. Setiap 6 bulan harga yang mereka tawarkan semakin meningkat" gue memberikan file ke papi yang dari tadi hanya diam duduk di kursinya yang suatu hari gue akan duduk disana.
Papi membaca file hanya sebentar lalu meletakannya ke meja. "Kenapa kamu tidak membahas ini dengan Pak Alan?"
"Sudah. Pak Alan malah menyetujuinya dan ingin menandatanganinya. Saya yakin Pak Alan ikut bermain dengan Gita Advertising"
"Hati-hati berbicara jika tidak ada bukti" tegur papi menatap tajam kearah gue. Bikin gue malu ditegur dihadapan Curt. Ah, papi memang kayak polisi. Harus ada bukti padahal jelas-jelas ini buktinya.
"Baik. Kalau begitu itu kesalahan saya sudah mengatakannya" lebih baik gue mundur ketimbang berdebat malah gue diusir. " Tetapi Bapak tidak bisa menutup mata kalau design iklan yang mereka buat hampir sama."
"Lalu pendapatan kita melalui promosi itu tidak berubah dari tahun ke tahun. Malah 6 bulan terakhir justru pendapatan kita turun. Selama ini hanya promosi iklan dari televisi saja yang meningkat" Lanjut gue berharap papi mendengar gue dan mengambil tindakan.
"Apa yang ingin kamu minta dari saya?" Tanya papi dengan gayanya yang dingin dihadapan semua karyawan. Ia selalu tau apa maksud tujuan gue.
"Ganti perusahaan. Saya tertarik pada design iklan MN advertising. Designnya sangat bagus dan menarik konsumen. Bahkan banyak perusahaan yang bekerja sama dengan MN Advertising meraup untung sangat besar"
"Kamu tau Perusahaan MN Advertising dibawah perusahaan MN Cooperation. Perusahaan itu mengganggap kita saingan. Mereka selalu menolak bekerja sama dengan perusahaan Narendra Group"
Ini kesempatan emas buat naik jabatan. Semakin sulit pekerjaannya semakin gue dihargai. "Bagaimana kalau saya berhasil membuat MN Adv bekerja sama dengan perusahaan kita?"
"Itu tidak mungkin. Sudah beberapa kali kan divisimu mencoba. Bahkan anak perusahaan Narendra juga mencoba selalu gagal"
Itu karena bawahan gue ga becus! Sekarang gue punya amunisi yang bisa bikin MN Advertising mau kerja sama. Curt. Keahlian diplomasinya dari dulu ga bisa hilang. Ia bisa membujuk orang sesulit apapun itu. Bahkan dosen yang galak sekalipun tunduk padanya.
"Saya yakin bisa. Dan jika berhasil, Bapak harus menaikan jabatan saya menjadi Direktur Pemasaran dan penjualan, bagaimana?"
"Kita lihat setelah kamu berhasil" yes! Itu artinya papi setuju.
"Baik, pak. Lalu masalah Gita Advertising?"
"Akan saya bicarakan dengan pak Alan"
"Terima kasih, pak. Kalau begitu kami permisi" gue memberi tanda pada Curt agar mengikuti gue keluar ruangan papi.
Dari tadi dia hanya diam. Entah apa yang dia pikirkan gue ga peduli. Ini area papi. Sedikit gerakan mencurigakan, papi akan tau. Walupun kemungkinan itu ga ada. Dia kan hilang ingatan permanen. Ia ga akan ingat kalau dulu ia tau seluk beluk perusahaan ini.
"Lo ingat ya. Kita disini ga boleh bersikap seperti keluarga. Harus profesional. Bicara sama papi juga harus sopan" ucap gue saat kami di lift. Gue bebas bicara padanya saat kami hanya berdua.
"Lebih baik kamu ingat kata-kata itu. Yang aku lihat kamu malah bersikap semaunya karena jabatan papi. Kamu juga bersikap tidak sopan dengan papi" balasnya mengkritik gue.
"Gue beda. Gue atasan lo. Lagian orang-orang sudah tau lebih dulu kalau gue anak papi. Dan lo jangan seklaipun manggil gue adik di kawasan tempat kerja" elak gue menutupi malu udah memperingati dia malah gue kena sindir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romance"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...