Sakit! Tanganku diikat sangat erat. Mulutku disumpal dengan kain kotor. Aku hanya bisa menatap 4 orang penjahat yang menculikku setelah aku ikut kegiatan berkemah dari sekolah. Mereka mengincarku karena mereka tahu orang tuaku.
Jika tahu akan diculik, aku tidak ikut kegiatan sekolah! Lebih baik bermain dengan Ken di rumah.
"Bagaimana? Apa mereka mau bayar uang tebusannya?" Tanya salah seorang penjahat yang memiliki luka di wajahnya.
"Ya, mereka akan membayarnya sebentar lagi. "
"Hahahaha... Kita akan kaya!" teriak salah seorang penjahat Apa kalian yakin ini bukan jebakan?"
"Huh! Coba saja kalau bajingan itu menjebak kita! Akan ku bunuh anaknya!" Bos penjahat itu menatapku tajam.
"Benar. Lagipula uang yang kita minta tidak seberapa dibandingkan dengan harta kekayaannya!"
"Bagaimana kalau kita lukai anaknya. Aku masih belum puas kalau hanya mendapatkan uang!"
"Gara-gara Curt Narendra aku jadi seperti ini! Hidup dan keluargaku hancur! Istri dan anakku kabur meninggalkanku!" Teriak penjahat yang memiliki luka berjalan dengan langkah lebar ke arahku. Matanya merah ingin membunuhku.
"Tenang!" salah satu temannya menahan penjahat itu untuk melukaiku. "Kalau ia terluka, Curt tidak akan memberi kita uang. Ia malah akan membunuh kita."
Bujukan dari pria itu berhasil menggagalkan temannya untuk menyakitiku.
"Yang dikatakan Victor benar. Akan ada saatnya kita membalas Curt."
"Baik! Tapi kalau saat itu tiba, aku yang akan menghabisi mereka!"
Huh! Menghabisi papaku?! Coba saja kalau mereka berani! Papa tidak akan tinggal diam menerima pukulan tetapi ia akan mengalahkan mereka semua!
Saat malam semakin larut, aku berpura-pura tidur. Otakku terus berpikir cara agar aku bisa kabur dari tempat ini.
"Victor hanya menjadi halangan untuk kita." Ucap penjahat yang memiliki luka di wajahnya. Mereka menyuruh orang yang dipanggil Victor keluar membeli makanan.
Aku terus berpura-pura tidur agar mereka tidak mengetahuiku mendengar pembicaraan mereka yang berada di ruang sebelah.
"Iya, kamu benar. Ia hanya menjadi penghalang kita."
"Bos, kalian tidak berniat untuk menghabisi Victor, kan? Bukannya ia teman kalian?"
"Teman? Bajingan itu lebih beruntung dari kami! Ia hanya menjadi pengais sampah!"
"Kamu lihat yang terjadi dengan kami!" Teriak penjahat yang terluka pipinya meluapkan amarah.
“Wajahku rusak karena tidak dapat membayar hutangku! Setiap hari aku selalu dikejar penagih hutang! Istriku kabur dengan laki-laki lain membawa anakku! Aku bahkan tidak bisa bekerja di tempat yang baik. Hanya menjadi buruh bangunan! "
"Lalu, Wisnu, Bosmu yang dulu seorang direktur hanya menjadi seorang preman di tempat pel*curan!"
"Diam brengsek!" suara pukulan terdengar di ruang sebelah. "Kalau kamu tidak gila berjudi, kamu tidak akan seperti sekarang, brengsek!"
"Kamu juga main wanita! Jangan kira aku tidak tahu kalau kamu memiliki penyakit k*lamin!" Balas penjahat yang memiliki luka dan kembali terdengar pukulan.
"Arka! Jangan kira aku tidak akan menghabisimu!" teriak Bos yang bernama Wisnu kembali menyerang penjahat yang memiliki luka bernama Arka.
Di tengah keributan, aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Ia melepaskan ikatan di tanganku. Mataku terbuka menatap orang yang bernama Victor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romantizm"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...