Bab II

3.7K 293 20
                                    

Hah.. Entah berapa kali gue menghela nafas. Berdua dengan orang yang paling ga gue inginkan disamping gue. Huh! Apa papi mami ga bisa kasih gue privasi jauh dari nih cowok?!

Yang parah, gue malah jadi supirnya yang mengantar kemanapun ia pergi dikota ini. Kemana-mana selalu mengawasinya. Bahkan di sekolah baru ini. Gue bahkan diberi julukan 'si murid baru brother complex'!

"Hari ini ada klub Fisika. Kamu pulang lebih dulu aja"

Seandainya aja gue bisa! "Hari ini kan ga ada klub fisika" gue hafal semua jadwalnya. Bahkan melebihi jadwal gue sendiri!

"Pindah jadwal" jawabnya dengan singkat.

"Gue tungguin lo"

"Ga perlu. Aku ga mau jadi omongan ditungguin. Orang-orang nanti mengira kamu brother complex"

Sialan! Kayak gue mau aja nungguin lo! Pake nyindir julukan yanh dikasih orang lagi! "Ga apa-apa. Gue ga peduli omongan orang dan sebaiknya lo pun sama"

"Terserah kamu" ia berjalan menjauh dari parkiran. Bahkan ga peduli gue ngikutin dia apa engga.

"Hah! Lo pikir gue mau ikutin lo yang kumpul sama cupunya kayak lo!" Maki gue ga peduli orang-orang liatin gue.

Gara-gara dia masa muda gue sia-sia. Satu sekolah dengannya padahal dia kan udah lulus! Papi juga pakai alasan karena Kak Niko belum selesai menamatkan sekolahnya akibat kecelakaan jadi harus satu kelas dengan gue! Bahkan gue ga ikut satupun klub eskul di sekolah!

Hah.. Mikiran tuh cowok, otak dan hati gue makin panas tiap harinya! Gue bahkan ga punya teman selain cewek-cewek yang sengaja dekatin gue buat dekat dengan Curt!

"Fabian" panggil cewek-cewek menarik perhatian gue ke arah lapangan. Cowok yang dikelilingi cewek-cewek berjalan dengan senyumannya yang memikat.

Fabian. Cowok cakep dan populer disekolah ini. Gue ga boleh kalah dari cewek-cewek itu. Fabian cuma buat gue. Ia bisa ningkatin kepopuleran gue kalau kami pacaran.

Gue berjalan cepat ke arah tempat yang akan Fabian lewati. Berdiri dengan kaki menyilang dan bersandar di dinding begitu sampai. Dia ke arah gue! Pasti ia terpesona sama gue.

"Anna" panggilnya bikin gue speechless. Anna?!

Gue menoleh ke belakang. Menatap kesal Ke arah cewek yang Fabian panggil. Cewek sok kecantikan yang memeluk buku didadanya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Fabian bahkan melewati gue dan membuntuti cewek sok cantik!

"Aku mau ke ruang kelas"

"Aku barengan ya"

"Tapi..."

"Ayo" paksa Fabian bahkan sambil mempersilahkan cewek itu berjalan lebih dulu. Seperti pria gentle mengikutinya belakangan.

"Ya, ampun mereka cocok banget" ucap salah satu cewek bikin gue makin kesal.

"Kalau sama Anna sih sudah pasti kalah saing" bisik yang lain pasrah. Emang apa hebatnya Anna? Huh! Dimana-mana gue lebih cantik dan kaya!

"Sttt! Kalian ga tau, Ayahnya Anna kan meninggal sama-sama majikannya" bisik Nadia, cewek yang berdiri ga jauh dari gue.

"Masa sih?" Tanya teman satu gengnya, Michelle salah satu saingan gue mendapatkan hati Fabian.

"Iya. Kalian ga baca berita apa. Itu kecelakaan yang menewaskan sekeluarga pengusaha terkenal, Thomas Narendra"

Thomas Narendra? Pendengaran gue makin menajam.

"Ayah Anna kan supir itu yang ngantuk saat mengemudi mobil yang mereka tumpangi" kali ini dia ga berbisik.

"Jadi ayah Anna yang menyebabkan kecelakaannya?" Tanya Michelle lagi.

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang