Tumbuh besar di lingkungan penuh dengan kekerasan dan kejahatan membuat mentalku kuat tidak seperti anak pada umumnya. Membuatku menjadi orang penuh manipulatif. Aku bahkan tidak bisa memanggil Ibu pada wanita yang melahirkanku. Ia lebih memilih untuk membuangku ke panti asuhan lalu meminta temannya, Rush untuk mengambilku saat aku berusia 9 tahun untuk dijadikan anak buah Alex, ayah kandungku.
Rush menceritakan semuanya tepat setelah aku bertemu dengannya tanpa menutupi apapun. Hanya memintaku untuk tidak menceritakan kepada siapapun jika ingin nyawaku selamat karena Alex tidak akan segan-segan membunuh anak haramnya demi Billy, anak kesayangannya. Ia tidak akan membiarkan Billy merasa tidak adil atau tersaingi.
Meski mulutku terkunci tidak mungucapkan kata apapun mengenai latar belakangku, tetapi aku tidak bisa menghentikan rasa iri dan benciku pada Billy. Ia bisa hidup penuh dengan curahan kasih sayang Alex dan ibunya. Apapun yang Billy inginkan pasti akan dikabulkan Alex meski harus membunuh sekalipun jika Billy minta.
Walaupun usia Billy lebih tua setahun dariku tetapi aku bisa mengalahkannya dalam akademik. Karena itu pula Alex lebih memilihku untuk menjadi karyawan di perusahaan dibandingkan bekerja sebagai pengawalnya.
Aku pikir kehidupanku hanya ada hitam sampai aku bertemu dengan Niko. Ia sangat baik. Terlalu baik. Aku tidak pernah merasa tenang dan aman selain berada didekatnya.
"Ada apa?" tanya Niko sambil duduk di sampingku.
"Aku diundang minum di club" Niko tidak suka pergi ke club malam. Ia lebih suka di apartemen atau ke perpustakaan.
"Jangan minum terlalu banyak." ucapnya tanpa melarangku sekalipun ia benci alkohol. Ia tidak pernah bertanya latar belakangku. Ia tidak pernah ikut campur urusanku. Meski begitu, ia selalu disampingku. Selalu menolongku di saat yang tepat.
"Ada kamu yang mengurusku jika mabuk."
"Siapa yang mau mengurusmu." Aku tau ia cuma bercanda. "Aku harus mengerjakan tugas malam ini. Besok pagi paling lambat diserahkan"
"Kerjakan disini saja."
Niko menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa fokus jika disini. Kamarmu selalu berantakan setelah aku membersihkannya!"
"Akan ku bersihkan nanti."
"Nanti kapan? Ucapan nantimu bisa sampai berminggu-minggu."
Aku hanya bisa tertawa mendengar omelannya. "Aku janji kali ini setelah aku pulang nanti aku akan membersihkan apartmenku."
"Hm, kita lihat saja. Jika kamu tidak membersihkannya, aku akan buang semua barang-barangmu yang berserakan."
"Siap, bos!"
"Aku balik ke apartmentku dulu. Hubungi aku jika terjadi sesuatu."
"Oke."
Setelah menutup pintu aku kembali duduk di sofa. Menyiapkan emosiku bertemu dengan orang yang sangat aku benci. Lalu bangkit berdiri setelah aku memasang topengku.
Butuh waktu sepuluh menit sampai di club tempat biasa Billy bersenang-senang. Bahkan penjaganya pun sangat hafal dengan wajahku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam tanpa mengantri.
Suara musik yang menggelegar meredam suara orang-orang. Aku berjalan menuju private room milik Billy sambil mengangguk pada setiap orang yang ku kenal.
"Kenapa kamu terlambat datang?!" kesal Jerry begitu melihatku. "Bersiaplah. Mood bos sedang tidak bagus.."
Aku membuka pintu dan lemparan mengenai keningku. Cairan membasahi pakaian yang ku kenakan. Rasa menyengat di keningku dengan cairan merah mengalir di area yang terluka. Aku menyeka cairan merah yang mengalir. Sial! Alasan apalagi yang harus aku katakan pada Niko kali ini? Ia pasti marah besar mengira aku berkelahi jika pulang dengan keadaan terluka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romantik"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...