Suara musik romantis. Meja bundar yang ditata dengan bunga, kristal dan lilin. Pemandangan gemerlap kota dari jendela kaca. Ini. Gue pikir hanya ada di film scene romantis tetapi ini nyata dihadapan gue. Sialnya ini semua untuk cewek sok cantik yang tersipu malu dengan dua cowok mengejarnya! Dan gue duduk diantara mereka yang tatapannya hanya ke cewek itu!
"Bagaimana? Kamu suka?" Tanya Billy pada Anna yang terlihat senang dengan usaha Billy mendekatinya.
"Iya" jawabnya tersipu lalu menunduk akan tatapan kesal gue yang duduk diseberangnya.
Dasar cewek palsu! Kalau ga ada Curt atau Billy, ia ga akan bersikap sok lemah. Sok takut sama gue.
Dulu, saat kami kuliah ia selalu melakukan hal yang sama saat gue mengincar salah satu cowok populer di kampus. Ia sok teraniaya sehingga gue dicap buruk bikin cowok itu menjauhi gue. Jika kami hanya berdua sikapnya berubah. Menunjukan sikap aslinya yang mengerikan.
Dan gue bukan orang bodoh yang akan menggemborkan sifat aslinya. Siapapun ga akan percaya kalau gue mengatakannya. Lebih baik diam dan biar saja orang menyadari dengan sendirinya siapa cewek palsu itu!
"Bagaimana hari pertamamu kerja?" Tanya Billy seakan gue dan Curt tidak ada. Hanya ada mereka berdua.
"Menyenangkan. Aku masih harus belajar"
"Aku suka dengan semangat kerjamu" Billy memujinya. Bahkan sengaja menyentuh lengan Anna walaupun hanya sesaat.
Menyebalkan! Lebih menyebalkan lagi Curt malah asik makan. Ia ga peduli. Apa steak sudah menggantikan Anna dihatinya!
Kayaknya memang gue harus bertindak! Gue minum dan meletakan gelas dekat dengan vas bunga yang berisi air. Bersikap biasa dengan memotong daging dan makan. Lalu mengangkat gelas sengaja menyenggol vas ke arah cewek palsu.
Air di vas tumpah ke atas meja mengalir jatuh ke pakaiannya. Ia berdiri dengan rok yang basah. Puas melihatnya panik melap roknya. Tetapi sikap Curt dan Billy benar-benar berlebihan! Dasar cowok!
"Kamu ga apa-apa?" Tanya Curt dan Billy mencodongkan tubuh ke arah cewek sok kecantikan.
"Ah, maaf. Aku ga sengaja" gue berdiri dengan wajah dibuat khawatir. Memang ia pikir cuman dia aja yang bisa akting. Gue lebih ahli dibandingkan dirinya.
"Tidak apa-apa. Aku ke restroom dulu" ia mengambil tasnya dan keluar ruangan. Pasti sekarang ia menahan kesal pakaiannya basah akibat gue.
Gue memberi tanda pada Curt yang ada di sebelah kanan gue agar mengikuti Anna. Memberi kesempatan agar gue bisa berduaan dengan Billy. Curt yang cepat tanggap keluar mengikuti Anna, meninggalkan gue dan Billy.
"Sebaiknya aku menyusul mereka" Billy beranjak dari kursinya.
Ini ga bisa gue biarin. Gue memegang tangannya. "Tunggu. Ada yang mau aku bicarakan dengan kamu" hanya ini kesempatan gue bisa bicara dengannya. Selama ini telepon dan pesan gue kadang ga dibalas. Kalaupun bertemu, ia lebih suka ngobrol ke mami atau cari masalah sama Curt.
Ia kembali duduk lalu menghadapkan tubuh ke arah gue. "Kamu sengaja?"
"Ya. Aku sengaja" gue duduk dengan memposisikan tubuh gue berhadapan dengannya.
"Kamu tau kan kita dijodohkan. Aku mau kamu menjauhi Anna" ucap gue tanpa basa basi. Gue ga suka ia selalu dekat dengan cewek sok cantik penuh palsu itu!
"Apa kamu bersikap posesif? Kita masih belum pasti menikah"
"Huh" gue tertawa. "Kita akan menikah" itu pasti. Gue ga akan nyerah sampai Billy digenggaman gue.
"Lebih bagus kalau lo keluarkan sifat asli lo. Gue malas dengan gaya sok manis lo"
Dia tau? Tentu aja dia tau. Sifatnya sama kayak gue. Tapi itu juga hal yang bagus. Gue ga perlu berpura-pura. "Baik. Gue ga akan segan-segan. Asal lo tau, lo ga akan bisa lepas dari gue. Papi dan pak Alex setuju kita menikah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets
Romance"Tinggal bersama salah satu pembunuh orang tuaku. Kehilangan identitas sebagai ahli waris Narendra. Hanya dengan rahasia ini aku dapat hidup" Curt "Berpura-pura menjadi adiknya, hanya satu-satunya agar mengawasinya. Walaupun itu semua gue lakuka...