BAB IV

2.2K 227 29
                                    

Aura gelap bikin gue menunduk. Gue ga berani mengangkat kepala gue. Tangan gue berkeringat dan mulut gue terasa kering. Kaki gue serasa tertancap di lantai. Menunggu amukan yang sebentar lagi akan meledak.

"Mami kecewa sama kamu!" Marah mami setelah mendiamkan gue begitu lama. "Bisa-bisanya kamu mabuk, asik diluar sana ninggalin kakak kamu!"

"Mi, sudah. Aku ga apa-apa. Lagipula Lara perlu bersenang-senang" belanya yang gue tau itu palsu.

Sial! Kayak gue ga tau aja! Dia pasti sengaja kasih tau mami! Ga mungkin kan mami tiba-tiba datang jemput ke kampus.

"Ga bisa! Lara itu harus jaga kamu. Dan kamu juga harusnya jaga Lara! Gimana kalau di club dia diganggu sama laki-laki hidung belang?!" Omel mami bikin gue semakin menunduk.

"Maafin Lara, mi. Lara ga ngelakuin ini lagi" gue benar-benar bersalah karena gagal menjalankan tugas yang diberi mami papi. Gue nyesal sudah senang-senang.

"Mami terima permintaan maaf kamu. Tapi kamu tetap mami hukum ga dapat uang jajan selama sebulan. Kartu kredit kamu mami blokir!"

"Mi, jangan. Paling engga kartu kredit Lara jangan di blokir. Nanti kalau Lara lapar, haus gimana?" Gue bisa malu ga bisa shopping sama teman-teman gue.

"Kamu bisa minta Bi Sukma siapin bekal buat kamu" emang gue anak TK pake bekal?! Mami tega banget sama gue.

"Mi" rengek gue. Siapa tau cara ini berhasil.

"Kamu mau mami kasih tau papi kamu soal ini" Ancam mami bikin gue mematung.

Papi? Bisa habis gue kalau papi tau! Bisa ga cuma 1 bulan gue menderita. Papi pasti ngehukum gue selama 3 bulan. "Ga, mi. Lara terima hukuman dari mami"

"Lara, mami ga mau ini sampe terjadi lagi" ucap mami ke gue lalu ke arah Curt yang dari tadi cuma diam. "Kamu juga, Nik. Kamu harus jaga Lara"

"Iya mi" jawab Curt dengan tenang memasukan kedua tangannya dalam kantong celana. jelas ia ga sungguh-sungguh pengen jagain gue.

Mami membuka pintu dan keluar dari kamar gue. Hah... Gue selamat. Ga apa-apa menderita sebulan dibanding 3 bulan.

"Aku tidak akan menjaga kamu" ucapnya dengan nada dingin. Kenapa malah dia yang marah? Harusnya gue yang marah! Pagi-pagi bangun dimarahin mami! mana kepala dan perut gue masih sakit.

"Lo pikir gue mau jagain lo? Semua pasti gara-gara lo!"

"Aku? Bukannya kamu yang mabuk sampai tidak bisa menyetir"

"Lo nyalahin gue? Biasanya gue mabuk bisa aja kok nyetir sampe rumah. Lo pasti yang nahan gue biar ga nyetir, kan?"

Ia terdiam lama kayak mikir harus bohong apa engga, kan? Percuma aja! Apapun itu gue ga akan memaafkannya begitu aja!

"Ya" jawabnya mengakui kejahatannya. "Aku tidak mau mengalami kecelakaan untuk kedua kalinya. Lagipula aku tidak bisa menyetir mobil"

Ucapannya sukses membungkam gue. Benar juga. Agh! Kenapa gue mau minum banyak yang ditawarin Dista?!

"Sayang ya hukuman dari mami kurang" tambahnya dengan nada sinis.

Gue Menatap matanya yang sinis. Bibirnya yang tersenyum mengejek gue. Persis seperti Curt yang dulu! Apa ingatannya kembali?!

Ia berjalan mendekati gue. Menunduk. Tangannya terangkat menyentuh bibir atas dan bawah gue. Mencubitnya dengan keras. "Adik kakak yang menyebalkan jangan bikin masalah lagi. Aku tidak mau ikut kena getahnya"

"Awwww! Sakit!" Gue memukul tangannya yang sudah puas menciptakan bengkak dibibir gue.

"Jangan bikin masalah lagi!" ia berjalan keluar kamar gue.

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang