BAB XXII

7.1K 346 105
                                    

Semuanya berjalan seperti yang aku inginkan. Dengan memalsukan kematianku untuk kedua kalinya, aku dapat bebas sepenuhnya menghancurkan Hardy dan Alex. Aku berhasil menghancurkan kerjasama mereka dengan mengirimkan bukti percakapan mereka yang ingin membunuhku. Menggunakan rencana jahat mereka agar harta Narendra tidak jatuh ke tangan para penjahat itu.

"Bagaimana hidup menjadi orang mati?" Tanya Sena Daniswara, sepupuku berjalan disebelahku menuruni tangga.

Aku menatap tajam ke arah sepupuku yang selama 9 tahun tidak pernah bertemu bahkan saat kami sekolah di negara yang sama. Kami tidak pernah bertemu bahkan saling menghubungi sampai tadi malam ia bersama saudara sepupuku, Samuel Daniswara datang ke villa kakeknya.

"Bagaimana ditinggal menikah wanita yang kamu cintai?" balasku membuatnya kesal. Meski kami tidak bertemu tetapi kabarnya ditinggal tunangannya sampai di telingaku.

"Aku serius bertanya padamu bukan mengejekmu" Ketus Sena menatapku kesal.

"Aku pikir kamu mengejekku" siapapun yang akan ditanya seperti itu pasti akan berpikir sama denganku.

"Bagaimana bisa kamu pikir seperti itu? Kalian dua kan sama. Sama-sama serius" ejek Samuel lalu tertawa dibelakang kami.

"Diam, Sam" kesal Sena menghentikan tawa Samuel di belakang. "Apa rencanamu selanjutnya? Tidak mungkin kamu selamanya bersembunyi seperti sekarang" tanya Sena setelah kami turun dari tangga menuju ruang kerja kakek yang berada di sisi timur villa.

"Sampai Hardy dan Alex dihukum atas semua kejahatan mereka"

"Itu artinya kamu harus secepatnya menemukan bukti mereka yang telah membunuh orang tuamu"

"Mereka akan mengatakannya. Saling membuka rahasia masing-masing agar bebas dari jeratan hukum"

"Hah, hanya itu?" dengus Sena mengejekku. "Truk yang menabrak mobil kalian memakai nomor plat palsu dan ditenggelamkan ke laut 10 tahun yang lalu. Dan itu tidak cukup bukti karena tidak ada sidik jari bahkan siapa yang menyewa truk itu"

"Aku tahu. Karena itu aku meminta polisi untuk menginterogasi Hardy dengan bukti palsu. Ia bukti sesungguhnya"

"Semoga beruntung" entah ia menyindirku atau mendukungku.

"Aku tidak perlu keberuntungan"

"Tahan, Bro" Samuel "Sena kamu tidak seharusnya mengatakan hal itu ke Curt"

"Aku hanya memberikannya kemungkinan terburuk karena Alex kabur ke luar negeri. Ia tidak bisa disentuh oleh hukum"

"Tidak, kalau polisi mendapatkan bukti bisnis kotornya"

"Kenapa kamu tidak minta kakekmu yakuza itu? Koneksi dunia hitamnya kan sangat luas" aku menatap tajam Samuel. Yakuza? Huh!

"Ojiichan bukan Yakuza. Beliau pembisnis, mengerti?!"

"Siapa yang Yakuza?" Tanya pria tua yang mendengar pembicaraan kami dari arah belakang.

"Grandpa"

"Bukan apa-apa Grandpa. Aku cuma bercanda" elak Samuel pada Grandpa Philip yang mendekati kami sambil tersenyum.

"Kalian sudah ditunggu"

Kami berjalan menuju ruang tengah di Villa Kakek Lucas. Seperti yang Grandpa Philip katakan, semua berkumpul di dalam sana. Aku duduk di sebelah Obaachan dan seperti anak kecil menggenggam tangannya.

Waktu kecil aku sangat suka memegang tangan obaachan. Jika saja tidak membalas dendam dengan berpura-pura menjadi Niko, aku pasti mendapatkan kasih sayang yang penuh dari obaachan. Melihatnya mengingatkanku pada Mom.

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang