Chapter: 8

5.8K 153 2
                                    

↻ ◁ || ▷ ↺

Luna terbangun di kamar yang sama seperti sebelumnya, dimana ia dengan keadaan tanpa busana. Terakhir kali ia ingat bila dirinya di taman belakang, sekarang dirinya telah berada di kamar yang sama seperti saat pertama kali ia menempati mansion ini. Kejadian mengerikan kemarin terputar jelas, itu membuat hatinya terluka. Disini dirinya hanya digunakan untuk pelampiasan nafsu belaka, lebih baik ia pergi dari sini. Ia harus segera pergi dari sini dan mencari tahu apa yang terjadi dengan Carol yang hilang layaknya ditelan bumi.

Luna berjanji bila ia akan membalas perbuatan Ace dengan sepadan dengan apa yang dia lakukan padanya."Sayang, kau sudah bangun?"suara serak itu membuat lamunannya terbuyarkan, dengan refleks ia menoleh dan menyadari bila di kamar tersebut tidak hanya dirinya.

Namun, ada pria tersebut yang baru bangun dengan wajah bantal disertai senyum tipis yang dia miliki. Menyadari hal tersebut membuat Luna menjauhkan tubuhnya sembari mempererat selimut yang digunakan untuk menutupi tubuhnya, tidak lupa ia mengikis jarak yang ada. Sedangkan Ace melihat hal itu terdiam sejenak lalu beranjak dan mendekati Luna secara perlahan yang kini berada di sudut ruangan.

"Ting-tinggalkan aku sendiri, aku mohon." Lirih wanita tersebut yang membuat hati Ace entah kenapa terasa sesak. Dirinya tidak pernah bermaksud untuk membuat Luna ketakutan seperti ini atau menjadikannya tertekan. Tetapi, Luna selalu saja membuatnya kesal dan menolak Ace secara terang-terangan. Memang apa istimewanya sosok Derryl yang begitu dia cintai. Jika Luna mengetahui fakta siapa wanita selingkuhan pria it,  pasti dia akan sangat kecewa.

Hal sederhana yang membuat Ace tersiksa adalah kenapa Luna yang selalu saja yang memenuhi benaknya. Hatinya memaksa terus memiliki Luna walau sebenarnya ia tidak yakin apa yang perlu ia pertahankan dari Luna. Keduanya masih sama-sama asing tetapi setiap kali Luna memalingkan wajah di depannya itu membuat hati Ace terluka.

Kejadian sebelumnya terasa begitu kelam dan wanita yang ia cinta pergi dengan pria lain, sekarang Ace tidak akan melepaskan Luna walau mempertahankan Luna masih kelabu untuknya. Entahlah, intuisi Ace mengatakan untuk tetap mempertahankan wanita itu untuk bersamanya sedikit lebih lama hingga semua tidak lagi abu-abu.

"Luna aku tidak akan menyakitimu,"

Perlahan Ace mendekati Luna, mencoba tidak memberikan sinyal bahaya untuk wanitanya. Sedangkan Luna terlihat masih terkejut dengan apa yang terjadi dan terus saja mencoba memberi jarak."Luna aku tidak akan menyakitimu jika kau menurut. Jangan membantahku dan aku tidak akan menyakitimu." Peringatnya lagi sembari menggenggam tangan Luna dengan erat.

Sedangkan Luna terus saja mencoba agar Ace melepaskan cengkraman yang ada. Hal tersebut membuat Ace lama-lama menjadi muak. Dengan kesal ia melepaskan tangan Luna dengan kasar hingga Luna yang belum siap, terjatuh ke belakang dengan punggung terbentur keras. Terlihat wanita itu yang begitu kesakitan sedangkan ia hanya terdiam melihat hal tersebut sembari mencoba untuk membantu.

"Hentikan brengsek! Pergi dari pandanganku! Kau sama sekali tidak membantu!"teriak Luna sembari menatap Ace dengan nyalang.

Mendengar hal tersebut Ace mengepal tangannya kuat. Bagaimana bisa Luna berani meneriakinya dengan sebuah umpatan, tidak ada orang yang berani memperlakukan dirinya seperti ini. Tangan Ace sudah siap di atas udara untuk menampar wajah Luna. Sedangkan wanita itu hanya bisa menutup matanya sembari memeluk erat tubuhnya. Namun, sebelum tangan Ace menyapa pipinya seseorang menahannya. Dengan kesal Ace menoleh ke belakang dengan emosi.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang