Chapter: 38

1.9K 73 1
                                    

"Apa urusanmu? "

Kalimat tersebut terlontar begitu mudah dari mulut Luna. Sementara Becca hanya menatap Luna dalam diam sembari menuntut penjelasan akan balasan yang Luna berikan.

"Ada apa denganmu? Apa kau sehat? "tanya Becca tidak habis pikir.

"Kalau iya kenapa dan kalau tidak kenapa? " bukannya menjawab pertanyaan Becca—Luna malah memberikan pertanyaan balik kepada Becca.

Mendengar apa yang Luna lontarkan membuat Becca jengah. Bila seperti ini berarti ini akan menjadi tepi yang tidak akan ada henti. Luna tidak akan menjawab pertanyaan yang ia lontarkan dan itu akan membuang waktu dengan sia-sia.

"Yasudah, terserah kau."Ucap Becca malas sembari beranjak dari sana. Namun, langkahnya tertahan ketika jawaban yang ia ingin dengar kini ke luar.

"Iya, aku menyukai Ace dan aku tidak suka bila Ace masih memiliki rasa pada Fanny."

Astaga, ketakutan Becca sekarang terjadi. Seorang Luna memiliki rasa pada seorang Ace. Mantan bosnya yang sangat arogan dan menyebalkan. Ini benar-benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Dan semua ini tidak boleh terjadi. Bila Luna memiliki rasa maka setelah rencana gila yang mereka buat pasti Luna tidak akan mau meninggalkan sosok Ace.

"Luna apa kau bercanda?! Kau tidak bisa seperti ini."

Luna menatap Becca tidak mengerti juga memberikan pandangan tidak suka.

"Becca kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak bisa berkata seperti itu dan lagi ini hidupku bukan dirimu jadi jangan ganggu aku." Ucap Luna dingin sembari beranjak meninggalkan Becca yang tengah mendengus.

"Sial."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Tatapan Dante menelusuri sekitar dengan liar. Kerlap-kerlip lampu terlihat indah dilihat dari atas balkon gedung pencakar. Angin malam berhembus menerpa wajahnya secara perlahan. Gemerlap lampu serta deru angin terdengar begitu menjanjikan untuk terlelap. Hanya saja, tidur terlalu dini hanya untuk seorang pecundang yang tidak mengerti sebuah perjuangan.

Ya, kini ia tengah menunggu seseorang untuk membahas sesuatu. Dan sudah hampir tiga jam ia menunggu sosok tersebut yang tidak kunjung datang."Di mana dia."Keluh Dante sembari mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu memeriksa ada notifikasi masuk atau tidak.

Menyadari tidak ada notifikasi yang masuk, Dante hanya bisa mengumpat sembari mengusap kedua tangan berusaha memberi kehangatan. Tidak lama terdengar suara derap langkah dari belakang yang refleks membuat Dante menoleh ke belakang.

"Apa aku terlalu lama? "

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Luna tengah memperhatikan rembulan dari balkon kamar dalam diam. Sebenarnya yang menjadi perhatian Luna kali ini bukan rembulan yang tengah berdiri dengan gagah hanya saja dua insan yang tengah berada di halaman belakang tengah berbicara dengan santai.

Mereka tengah berbicara dengan sangat mesra, berdua tanpa menghiraukan sekitar.

Genggaman tangan Luna di pagar balkon secara perlahan semakin erat. Ketika Ace tengah menyentuh lengan Fanny dengan pandangan yang begitu memuakkan.

"Bajingan. Kau benar-benar masih menyukainya? Kau membuatku jatuh hati tanpa tepi dan membuatku patah hati tanpa henti."

Cengkeraman Luna perlahan melonggar seiring Ace memundurkan tubuhnya beberapa langkah meninggalkan Fanny seorang diri. Melihat hal tersebut Luna senang dan ia tidak suka bila melihat Ace serta Fanny harus berdua dan bersama. Senyum tipis terangkat dari wajah menawan Luna. Secara perlahan ia meninggalkan balkon dan menutup pintu balkon dengan erat.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang