Chapter: 47

1.9K 62 0
                                    

Terdengar suar yang gaduh di luar sana. Ketika suara peluru satu persatu mulai menyahut untuk menyambut. Deru napas juga detak jantung yang tidak seirama terasa jelas dan itu sukses membuat adrenalin Luna terpacu dengan sempurna.

Rasa sakit yang ada di betis Luna terasa begitu nyata. Ketika ia harus bergerak ke sana-ke mari untuk menyesuaikan langkah Ace. Ringisan rasa sakit tidak dapat Luna tutupi ketika perih terasa begitu tajam memakan sebelah kaki Luna.

Perlahan semua menjadi mati rasa yang menimbulkan dengung nyaring dengan suar memekik telinga.

"Luna,"

"Luna,"

"Luna,"

Suara tersebut membuatnya tersentak dan tersadar ketika entah sejak kapan mereka berada di salah satu ruangan yang tertutup dengan baik. Namun gaduh yang ada tidak dapat tertutup dengan sempurna layaknya ruangan yang mereka tempati kini.

"Luna kau baik-baik saja?"tanya Ace dengan keringat yang terlihat di dahinya juga tatapan khawatir juga takut yang begitu mendominasi.

Dengan lirih ia menggelengkan kepala. Dirinya tidak dapat berbohong pada Ace bila secara perlahan luka tersebut semakin membuat ia tersiksa bukan main.Tangan Ace perlahan merayap menyapa betis Luna untuk memeriksa seberapa parah luka yang ia terima.
Dan ekspresi Ace sukses menjelaskan semua, bila semua tidak baik-baik saja.

"Apa yang membuatnya seperti ini? "

"Dahan." Jawab Luna dengan lirih. Mendengar penuturannya terlihat bila wajah Ace menjadi datar dan begitu dingin.

Setelah itu Ace berbicara dengan seseorang entah siapa. Menyuruh salah satu anggota datang ke mari untuk menolong keadaannya di sini.

Entahlah, dilihat dari sebelah earphone yang Ace gunakan dapat dipastikan mereka menggunakan sebuah alat komunikasi yang tersembunyi.

"Semua akan baik-baik saja,"ucap Ace dengan kalimat ajaib yang selalu di utarakan di keadaan yang genting.

Sementara Luna yang mendengar hal tersebut hanya dapat mengangguk dan mempercayakan apa yang terjadi pada Ace seorang.Di sinilah mereka berada. Di sebuah ruangan tertutup di mana saat Ace membawanya untuk melihat catatan harian milik sang ibunda Ace tercinta.

Di mana ia mendapati foto Ace kecil sedang tersenyum dengan konyol untuk kartu perkenalan masuk sekolah, disinilah para anggota menguping percakapan mereka, dan di sinilah mereka membicarakan semua.

"Sebenarnya aku mengambil sesuatu darimu Ace," ucap Luna sembari bersandar di belakang sofa dengan mata memejam. Ace menjawab ucapan Luna hanya dengan sebuah deheman pelan.

"Aku meng—"

Brak

Sontak suara tersebut membuat Ace bersiaga, begitupun dengan Luna yang kini membuka mata. Terdengar suara pintu berdecit yang di buka secara perlahan. Rasanya ia ingin berteriak sangatlah nyata. Namun, Ace lebih dulu membekam mulut Luna dengan lengan Ace. Memberi aba-aba agar tetap sunyi dan diam di belakang sofa.

"Hei! Apa ada orang?! " teriak mereka. Sementara Ace dalam hati hanya mengumpati mereka karena datang di saat yang tidak tepat.

Bisa saja bila ia ke luar dan membunuh mereka sekarang juga. Tapi, sekarang semua berbeda.

Kini bukan hanya dirinya sendiri yang harus ia selamatkan namun, ada orang terkasih yang harus ia selamatkan.
Di tambah lagi banyak nyawa yang dipertaruhkan di sini. Merepotkan.

"Luna kau diam di sini, aku akan menggiring mereka ke luar dari ruangan ini."Ucap Ace pelan membuat Luna menggelengkan kepala dengan cepat sembari menggenggam sebelah lengan Ace dengan erat.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang