Chapter: 12

4.2K 127 9
                                    

↻ ◁ || ▷ ↺

Luna hanya dapat mendengarkan apa yang Becca katakan dalam diam, ia tidak menyangka bila wanita yang telah membuat hubungannya berakhir dengan mengenaskan ialah Fanny, adik dari sahabatnya. Semua perlahan mulai terungkap, layaknya sebuah kepingan puzzle yang kini mulai memperlihatkan polanya. Mereka sempat termenung dengan apa yang telah mereka ketahui, dari sekian masalah yang ada tak pernah terlintas bila kejadian seperti ini akan terjadi.

"Kurir itu mengirimkan bunga yang sama dengan inisial yang sama namun kepada Derryl, dia memberikan inisial yang berbeda."

Helaan napas terdengar kering di kerongkongan."Tetapi yang jelas mereka mengincar Jennie serta Fanny, sepertinya ini masih menyangkut soal Carol." Becca menatapnya bingung.

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa ini menyangkut dengannya, dia sudah lama tidak memberi kabar. Bagaikan hilang entah ke mana."

"Aku tahu, tapi aku yakin ini masih ada sangkut pautnya dengan Carol. Karena yang aku tahu seseorang bernama Jacob memiliki hubungan dengan Carol."

"Mungkin saja mereka sam--"

Terdengar sebuah benturan hebat di depan pintu apartemen Becca, membuat keduanya membulatkan mata dengan sempurna. Tanpa sadar tubuhnya terasa kaku, bayang-bayang mansion yang pernah ia tinggali terputar kembali. Di mana dirinya dilecehkan juga diperlakukan semena-mena. Kenangan buruk yang tidak ingin ia ingat.

Namun seseorang menyadarkan dirinya dari kenangan tersebut, ketika tangannya ditarik secara paksa oleh Becca."Aku yakin itu mereka, kita harus segera pergi dari sini." Pungkas Becca sembari mengambil ponsel dan kunci mobil.

Becca menarik Luna ke halaman belakang secara diam-diam, di mana itu adalah jalan satu-satunya untuk mereka dapat ke luar tanpa ketahuan. Dengan memanjat pagar kayu tentunya. Mereka harus saling bahu-membahu untuk itu. Karena kursi halaman belakang sangatlah tidak memadai untuk itu. Sebelum itu, tidak lupa Becca mengunci pintu menuju ke halaman belakang supaya mereka tidak bisa masuk dengan mudah.

"Kau terlebih dahulu Luna." Sedangkan Luna menggelengkan kepalanya tidak setuju mengingat tinggi badan Becca yang lebih pendek darinya. "Itu akan sulit, sebaiknya kau terlebih dahulu, setelahnya gunakan tempat sampah di luar sebagai tumpuan."

Dentum tersebut membuat mereka tersadar akan waktu mereka yang semakin menipis. Lantas Becca mengangguk setuju. Luna menyatukan kepalan tangannya dan menahan kakinya sekuat mungkin di tanah. Sedangkan Becca menatap dirinya yang diberi anggukan yakin oleh Luna.

Perlahan Becca menaruh kakinya di telapak tangan Luna lalu meraih ujung pagar dengan sekuat tenaga--ia pun berhasil memanjat dan turun dari sana meninggalkan suara benda jatuh yang terdengar menyakitkan.

"Kau baik-baik saja?!"

"I'm coming, I'm fine."

Di atas pagar ia dapat melihat Becca yang menjulurkan sebelah tangannya sedangkan pintu apartemen sudah berhasil dibuka paksa, terdengar dari barang-barang yang mulai berjatuhan dengan nyaring.

"Luna! Aku tahu kau di sini!"

Teriakan tersebut sukses membuat tubuhnya bereaksi dengan melepaskan hormon adrenalin disertai dengan jantungnya yang berdetak dengan cepat. Dengan tergesa-gesa Luna langsung mengambil kursi yang ada dan menaikinya supaya dapat meraih tangan Becca. Kalian tidak tahu seberapa tinggi pagar yang ada di sini. Sangat tinggi untuk ukuran seorang wanita sepertinya. 

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang