Chapter: 49

2.1K 63 1
                                    

"Apa kau gila?! Apa yang kau lakukan, di luar ada polisi mengepung sekitar! Sebaiknya kita semua pergi, ini perintah!"sentak Bryan sembari menatap semuanya dengan tajam.

Sementara Luna kini tengah menatap Fanny dengan nyalang. Kemudian tatapan Luna tertuju pada sosok Derryl. Kenapa bisa ada polisi? Dan kenapa mereka tahu mansion ini? Tempat tinggal Ace berada di tengah hutan yang jauh akan tempat penduduk. Di tambah lagi lokasinya tidak akan mungkin terekspos ke media. Mengingat Ace menjaganya dengan begitu sempurna, ini semua terdengar tidak masuk akal.

"Ayo! Cepat pergi dari sini! Kita tidak ada waktu lagi!" Bryan menyadarkannya dari lamunan.

"Ap-apa maksudmu? Kita pergi begitu saja tanpa menghabisi bajingan ini? "tanya Luna tidak sudi sembari menunjuk Derryl serta menatap Fanny.

Bryan mendengus kesal sembari menoleh pada Luna sekilas. "Kita tidak ada waktu, ikuti aku dan semua akanku jelaskan nanti."

Saat mereka akan pergi Jennie hanya diam di tempat. Hal tersebut membuat Bryan mengurungkan niatnya sembari menatap wajah Jennie dengan lekat. Memberikan tatapan tanya tanpa sebuah kata.

"Jen!"tegur Becca.

Jennie menggelengkan kepala sembari mengepalkan tangan dengan kuat. "Kalian pergilah, aku akan mengalihkan para polisi dan memeriksa sekitar."

Luna menggelengkan kepala dengan cepat. Tidak setuju dengan ucapan yang Jennie utarakan. Walaupun dirinya membenci Jennie sepenuh hati tetapi, pada dasarnya ini semua karena keluarga bajingan Derryl.

"Kita semua pergi bersama!" tekan Luna yang diberi anggukan setuju oleh Becca.

"Aku benci mengatakannya, tapi aku bersalah. Anggap saja ini sebagai penebus dosaku padamu." Jennie tersenyum sembari menggelengkan kepala dengan air mata yang mulai menetes.

"Atas nama hukum, serahkan diri kalian! Atau kami akan menyeret kalian dengan paksa! "

Mendengar hal tersebut mereka saling bertatapan dan Jennie mulai menggiring mereka dengan paksa ke luar dari ruangan tersebut. Tatapan Jennie kini terarahkan pada sekitar. Mencoba mencari jalan yang paling aman untuk di lewati. Hingga ia melihat peluang di salah satu lorong sembari menatap yang lain.

"Pergilah! Aku mohon! Aku akan berjaga." Ucap Jennie sembari menatap sekitar dengan waspada.

Setelah dirasa sekitar aman Jennie memberi aba-aba pada yang lain untuk segera pergi.

"Sekarang!"

"Jennie benar, kita harus bergegas." Bryan menatap Jennie sekilas lalu langsung pergi beranjak dari sana sembari memangku tubuh Luna ala bridal style. Mau tidak mau dan suka tidak suka mereka beranjak mengikuti perintah Bryan yang menyuruh berlari pergi ke belakang.

Sedari tadi tatapan Luna hanya tertuju pada Derryl yang tengah tersenyum ke arahnya sembari mengucapkan sesuatu tanpa bersuara.

Sampai bertemu lagi

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Dengan perasaan campur aduk Luna hanya dapat terdiam menatap ke depan dengan pandangan kosong. Kini ia tengah berada di pangkuan Bryan dengan kedua tangan bertengger dileher milik Bryan.

Sirine polisi serta ambulans terdengar begitu jelas. Gaduh peluru digantikan dengan para polisi yang menyuruh mereka untuk menyerahkan diri. Tidak henti-hetinya cahaya yang mereka miliki di arahkan kesembarang arah dengan brutal. Mencoba mencari batang hidung dari sang pemilik rumah.

Mereka berlari ke belakang hutan dengan bergegas. Dapat Luna rasakan bila napas Bryan terdengar berat. Begitupun dengan yang lain. Tidak ada yang bertanya sedikitpun. Terlihat mobil berjajar dengan rapih dan dapat Luna lihat bila terdapat anggota lain. Ada Kevin, Jacob, John, Romeo dan bahkan Dante.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang