Chapter: 9

4.7K 136 4
                                    

↻ ◁ || ▷ ↺

Luna menatap sekitar dengan ragu membuat yang lain menatap ke arahnya dengan pandangan beragam. Sedangkan Ace sedari tadi mengacuhkan hal tersebut sembari mendekati Romeo.

"Lokasinya sudah ditemukan?"

"Tentu, lihat ini."

Dengan bangga Romeo memencet sebuah tombol yang langsung menunjukkan dimana lokasi keduanya berada. Layar tersebut kini berubah memperlihatkan 2 orang wanita yang terlihat tidak asing baginya. Untuk memastikan hal tersebut Luna mendekati Ace sembari menatap layar monitor itu dengan seksama. Detik kemudian ia membulatkan matanya sempurna, sembari menutup mulutnya tidak percaya.

Menyadari hal tersebut Ace tersenyum miring sembari menunjuk layar tersebut."Jennie dan Fanny, tentunya kau mengenal mereka bukan."

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka? Jangan ganggu mereka!" ucapnya dingin sembari mengepal kuat tangannya..

Sedangkan Ace hanya menyilangkan kedua tangan di depan dada sembari duduk di meja monitor milik Romeo."Memang apa masalahnya? Mereka bukan siapa-siapamu, kau itu sendirian, sebatang kara yang tidak memiliki keluarga." Luna menatap Ace dengan penuh amarah, pria itu benar-benar keterlaluan. Ia tak mempersalahkan bila pria itu mengusiknya, setidaknya tidak dengan kerabatnya. Mereka tidak tahu apa-apa.

"Aku tidak peduli ucapanmu tetapi, bila sesuatu terjadi pada mereka--aku tidak akan tinggal diam." Ancam Luna, sedangkan yang diberi ancaman langsung tersulut dengan emosinya kembali terpancing. Wanita bila diberikan kesempatan sedikit saja menjadi sangat besar kepala. Beranggapan bila semua akan tunduk di bawah kakinya.

Dengan kasar Ace mendorong Luna ke tembok lalu mencekiknya, tepat di hadapan yang lain. Dirinya sudah berbaik hati untuk membiarkan wanita itu hidup sampai kini, sekarang dia menjadi besar kepala dan bertindak semaunya. Siapapun yang menentangnya atau mendeklarasikan ketidakpatuhannya pantas mendapatkan pelajaran yang setimpal. Tanpa mengeluarkan banyak tenaga ia dapat mengendalikan wanita itu di bawah kuasanya sembari menatap Luna dengan datar yang pasokan napasnya perlahan terus menipis.

"Behave yourself, you littel minx."

Dante dan Kevin terkejut melihatnya, mereka berusaha untuk memisahkan keduanya. Namun, tenaga Ace beribu-ribu kali lebih kuat ketika dia marah. Hingga mereka berakhir terjatuh ke bawah dengan posisi yang memalukan. Sekuat tenaga Luna berusaha untuk mendorong tubuh Ace supaya melepaskan cekikan tersebut. Namun cekikan itu semakin menguat membuat ia tak bisa apa-apa selain mencengkram kuat lengan Ace. Pandangannya mulai memburam dengan napasnya yang perlahan tersenggal. Kakinya terasa lemas dengan cengkraman tangan yang mulai melonggar, jika hari ini adalah hari terakhirnya bernapas, ia rasa ini adalah mati dengan cara yang paling tak terduga baginya. 

Sementara itu, John dan Jacob yang menyaksikan hal tersebut terlihat begitu santai dan tidak peduli. Seperti sudah biasa menonton pemandangan yang ada.

"Ace, hentikan. Jika dia mati disini akan sangat merepotkan."Romeo berujar.

Sedangkan Bryan yang satu-satunya memiliki akal sehat mendengus kesal sembari menatap sinis secara sekilas ke arah Romeo. Dengan terpaksa Bryan meninju wajah Ace dengan sekuat tenaga hingga tersungkur ke bawah.Bertepatan saat itu Luna terjatuh dengan lemas sembari terbatuk-batuk, mencoba menghirup udara sebanyak yang ia bisa.

"You son of a bitch!"

Ace mengusap sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan Bryan, lalumengambil sebuah pisau yang berada di nakas sembari mendekati Bryan yang perlahan memundurkan tubuhnya. Baiklah, sekarang keadaan tidak kondusif, Jacob dengan John harus angkat tangan akan masalah ini. Pasalnya Ace tidak bisa membedakan mana teman dan lawan saat amaranya tersulut seperti ini. Yang terpenting bagi Ace adalah amarahnya tersalurkan pada seseorang yang telah membuatnya kesal.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang