Chapter: 42

1.9K 60 1
                                    

"Luna aku serius, dengarkan aku lebih dulu setelah itu kau boleh mengoceh sesuka hatimu,"ucap Fanny kesal membuat yang diajak bicara hanya mendelik malas.

"Cepatlah,"ucapnya.

"Luna—Ace akan melaksanakan penyerangan malam ini, dia membuat rencana di luar kita, yang artinya Ace akan langsung menyerang tanpa persiapan yang mantap." Jelas Jennie.

Luna menatap wanita tersebut dengan bingung "Kau tahu dari siapa?" tanya Luna. Sementara Jennie memilih diam tidak ingin menjawab pertanyaannya. Karena takut dianggap tidak sopan dengan menguping pembicaraan orang lain.

Menyadari suasana sekitar menjadi berbeda, iapun mencoba menengahkan Jennie untuk mewakilkan jawaban yang akan diberi. "Kevin, Jennie tidak sengaja mendengar perbincangan mereka."

"Luna dengarkan aku, kita harus bergegas membant—"

Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru datang dari ujung sana dengan napas yang memburu. Pintu di buka secara paksa menampakkan seorang wanita yang rambutnya tidak lagi tertata dengan baik.

"Becca? Ada apa?"tanya Luna.

Sedangkan Becca hanya bisa menumpu berat badannya di lutut dengan kedua tangan sebagai penyangga untuk keseimbangan. Sebisa mungkin Becca mengambil napas sebanyak yang ia bisa. Bahkan, terlihat bila wajah Becca memerah karena oksigen terkuras akibat lari maraton yang tiba-tiba harus ia lakukan.

"Ada apa? "ulang Luna tidak sabar.

Di rasa cakupan oksigen yang Becca miliki sudah cukup, lantas Becca membenarkan posisi menjadi berdiri dengan tegak lalu menatap Luna dengan yang lain secara bergantian.

"Ace, dia mau menyerang malam ini juga. Aku mendengar perbincangan antara Jessi dan Ace tadi."

"Apa yang harus kita lakukan? Resiko rencana tersebut sangatlah besar dan kita tidak mungkin diam saja benarkan?! "

Tatapan Luna teralihkan pada Jennie serta Fanny yang melemparkan pandangan serupa. Tentu, kami semua khawatir akan itu, resiko cedera anggota lain lebih besar dari apa yang sebelumnya mereka rencanakan. Mengingat mereka terlalu tergesa-gesa. Dan itu sangatlah berbahaya.

Dirinya tidak mengerti apa sebenarnya niat Ace memajukan rencana untuk menyerang pada Derryl. Hanya saja ini sangat berbahaya dan ia tidak mau orang yang ia cintai tiada dan pergi meninggalkannya seorang diri lagi. Bukannya ia terlalu meremehkan sosok Ace dan juga anggota lain. Tapi, Luna tetaplah seorang wanita yang tidak akan membiarkan keluarga atau bahkan sosok tercintanya terluka begitu saja.

"Baiklah, kita harus melakukan sesuatu."Tutur Luna yang diberi anggukan setuju sembari mencoba mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan.

Di saat, terjadinya diskusi yang ada. Jessi tiba-tiba saja datang dengan wajah pucat dan gelisah. Menyuruh mereka semua masuk ke dalam dengan sedikit paksaan yang ada.

Mereka yang awalnya diberi perintah untuk masuk ke dalam sangatlah bingung. Tapi, melihat wajah Jessi yang khawatir membuat mereka semua mau tidak mau dan suka tidak suka masuk ke dalam ruangan.

Tidak lupa, setelah itu Jessi mengunci pintu halaman dengan benar. Belum sempat mereka mempertanyakan apa niat Jessi memaksa mereka masuk ke dalam. Terdengar sebuah suara dentuman kecil dibeberapa arah pintu. Di setiap pintu dan jendela kini ditutupi dengan sebuah besi yang kokoh menutup setiap cela.

Cahaya mentari senja sudah hilang dalam hitungan detik. Ketika besi-besi tersebut merenggut indahnya mentari. Sontak itu semua memancing perhatian semua.

"Apa yang terjadi? Kenapa semua pintu dan jendela ditutup rapat seperti ini Jessi? "tanya Luna dengan rasa panik dan gelisah yang luar biasa.

"Nona, kita tidak ada waktu untuk bertanya, sebaiknya kalian ikut aku sekarang juga nanti bila telah sampai di sana akan ku jelaskan semua. Kalian bebas bertanya setelahnya." Mendengar ucapan Jessi membuat mereka mengurungkan niat untuk memulai perdebatan yang ada.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang