Chapter: 13

4.1K 119 10
                                    

↻ ◁ || ▷ ↺

Terdengar suara gemericik air yang terlihat menghilang begitu saja ketika mengenai lantai kamar mandi. Pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca buram-mengembun karena air hangat yang sedang digunakan.

Perlahan Derryl mengarahkan shower tersebut ke punggungnya hingga menciptakan rasa hangat yang begitu memabukkan. Setelah dirasa cukup, ia pun mematikan shower lalu mengambil handuk putih yang tergantung di gagang besi-panjang di pintu, menggunakan handuk tersebut untuk menutupi area pribadinya.

Tidak lama dari itu Derryl mengenakan baju yang telah disiapkan lalu, bergegas ke luar untuk memeriksa berkas-berkas yang ada. Kertas-kertas berisikan tinta hitam yang dicetak, terlihat begitu menyebalkan, ia benar-benar muak dengan semua kertas tersebut. Kekesalannya tidak berhenti disitu ketika seseorang yang tidak ingin ia lihat masuk dan membawa dokumen yang terlihat lebih banyak dari tumpukan berkas-berkas yang ada di mejanya.

"Tuan, ini berkas-berkasnya." Hans menaruh dokumen tersebut di atas meja.

"Aku hanya menyuruhmu untuk mengulik sedikit informasi." Ujar Derryl dingin sembari menjatuhkan dirinya di kursi kebanggan.

"Ini jauh lebih baik, Tuan."

Derryl mendengus kesal mendengar hal tersebut sembari melirik sinis pada tangan kanannya yang sangat menjengkelkan, pria yang hanya tahu aturan, kesempurnaan dan kerapihan. Perlahan ia membuka dokumen tersebut memperhatikan setiap lembar kertas-kertas yang ada. Di mana terdapat sebuah gambar korban yang terkapar dengan banyak sekali darah yang bercucuran serta beberapa biografi yang ia dapatkan mengenai mereka.

"Itu adalah kedua orang tua Luna yang meninggal akibat tabrakan."

Derryl menatap lekat gambar tersebut sembari memperhatikan nomor mobil milik orang tua Luna. Lalu ia pun membandingkan dengan nomor mobil milik Si Pelaku. Ada suatu kejanggalan entah kenapa ia merasa begitu aneh melihat mobil tersebut.

"Ada berapa juta mobil yang seperti ini, kenapa aku merasa tidak asing? " tanya Derryl sembari menunjuk mobil Si pelaku.

Hans hanya bisa tersenyum dalam diam ke arah Derryl yang disambut tanya olehnya. Detik kemudian ucapan Hans membuat dirinya mati kutu.
"Itu adalah mobil ayah Tuan saat, dia tengah memiliki urusan di luar kota,"

"Dan ini," Hans membalikkan lembaran lain yang memperjelas siapa korban dari kecelakaan tersebut.

"Tuan Irfan yang tengah menuju pulang ke hotelnya."

Terlihat di mana wajah Irfan dipenuhi dengan banyak sekali darah dan juga di mobil tersebut terdapat botol minuman keras yang berserakan.

"Jadi maksudmu, saat ayah bekerja ke luar kota dia menabrak kedua orangtua Luna? Lalu dia meninggal karena itu? "

Lagi-lagi Hans hanya tersenyum dengan manis diikuti anggukan yang ada, menandakan bila apa yang terjadi adalah seperti yang dirinya pikirkan.

"Dan orang yang mengirim bunga padamu adalah Dante, bukan Jacob rekan kerjamu ataupun mantan sahabat rekan kerjamu Ace. Alasan mereka mengejarmu, Jennie serta Fanny bukan karena pengkhianatan yang kalian lakukan di belakang Ace."

"Lalu?"

"Sebenarnya Nona Fanny dengan Nona Jennie melakukan sebuah kejahatan yang besar membuat anggota kelompok bahkan Ace sendiri begitu murka."

"Cepatlah beritahu aku jangan bertele-tele." Ujarnya kesal, sementara Hans hanya bisa tersenyum manis mendengar hal tersebut.

"Sebenarnya mer--"

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang