Chapter: 18

3.2K 111 15
                                    

Akhir-akhir ini ada yang aneh dengan keadaan mansion bahkan dengan Jessi. Suasana sekitar begitu sepi serta sunyi. Dirinya kini belum melihat batang hidung seorang Ace sejak, ia bersimpuh di ruangan ini. Ia senang tidak ada lagi tekanan yang diberikan hanya saja terasa aneh, terlalu tenang. Bahkan Luna tidak melihat Bryan, Kevin, dan bahkan Dante yang hilang begitu saja.

Setiap kali Luna tanya keberadaan mereka, terutama Ace pasti Jessi selalu menjawab dengan kalimat yang sama 'Aku tidak tahu Nona'.

Membosankan

Dirinya sangat bosan, sebelah tangannya masih terborgol di ujung kasur. Bila ia mandi, Jessi akan melepaskan dan memasangkan kembali borgol tersebut bila sudah selesai. Luna merasa seperti tahanan, seperti dirinya benar-benar menjadi seorang tahanan sejati. Tetapi, disatu sisi keuntungannya tidak adanya gangguan--bagaikan obat untuk ketenangan jiwa.

Setiap ada mereka semua terutama Ace emosinya sangat tidak menentu. Entah takut yang berlebihan, marah serta sedih yang mendominasi. Terkadang Luna berpikir dirinya akan terus seperti ini hingga ia menua dan tanpa tahu alasan yang pasti kenapa ia ditahan.

Terdengar suara pintu yang diketuk hingga tidak lama menampakkan wanita yang sama. Dengan malas Luna menatap ke samping ke arah Jessi yang tengah membuka borgolnya. Lalu Luna duduk dengan santai di atas kasur dengan rasa bosan yang luar biasa. Sementara Jessi menyiapkan pakaian.

Luna benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi di mansion karena benar-benar begitu hening. Hingga bahkan Luna berpikir hanya ada dirinya serta Jessi di sini. Karena memang, ia sudah beberapa hari di kamar tanpa diizinkan ke luar ruangan. Selama Jessi asik di ruangan baju--Luna perlahan mengendap-ngendap mendekati kamar mandi. Mengambil kunci yang ada dan mengunci dari luar layaknya ia ada di dalam sembari beranjak ke luar dari kamar tersebut.

Sepanjang perjalanan yang ada ia hanya menatap sekitar dengan begitu puas karena tidak hanya tembok yang sama ataupun hiasan yang ada yang ia lihat. Walau benar-benar tidak ke luar dari mansion setidaknya ia tidak mencoba untuk kabur. Karena intuisinya berkata ia akan memiliki jawaban dalam setiap tanya di benaknya. Entahlah ke mana ia melangkah namun yang jelas ia perlahan memasuki sebuah ruangan aneh yang ditutup dengan pintu besi yang terlihat sangat berat. Memang benar dugaan Luna, bila memang selama ini tidak ada pelayan yang berkeliaran seperti biasa dan lagi ke mana mereka semua.

Dengan rasa penasaran yang tinggi Luna membuka pengait besi yang ada di sana secara perlahan lalu menarik pintu tersebut dengan sekuat tenaga hingga meninggalkan suara denyit yang nyaring. Tentu saja ia terkejut dan pintu baru saja terbuka sedikit, memperlihatkan cahaya yang mengintip.

Bau amis menguar begitu saja itu sukses membuatnya mual bukan main. Namun, rasa penasarannya lebih kuat dibanding aroma yang masuk ke indra penciumannya dan dengan modal nekat ia menariknya kembali.

Terkejutnya Luna ketika melihat darah yang berserakan di mana-mana dan yang lebih mengejutkan ialah terdapat Fanny tang tergeletak begitu saja dengan darah yang menyelimuti sekujur tubuhnya.

Rasanya, ingin sekali ia memuntahkan semua sarapan paginya sekarang. Tetapi, niat Luna tertahan ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan bergegas ia beranjak berlari ke sudut ruangan yang terdapat pot tanaman besar yang lebat. Lalu berjongkok di sana untuk bersembunyi, memastikan siapa yang datang.

Hingga tidak lama memperlihatkan batang hidungnya yang ternyata itu adalah Alex dan ia hanya memeriksa secara sekilas-sekilas. Saat Bryan membawa dirinya-Luna juga bertemu dengan sosok Alex. Bryan menjelaskan siapa saja yang tinggal di sini. Dan harus Luna ingat dengan baik semua sebelum menyesal.

Bryan bilang bila Alex adalah tangan kanan Ace, sebelum mereka. Tetapi sekarang itu bukanlah hal yang penting karena ia masih memikirkan keadaan Fanny yang tergeletak menyendihkan di sana.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang