Chapter: 10

4.9K 129 4
                                    

↻ ◁ || ▷ ↺

Suara bising kendaraan terdengar begitu tidak asing. Klason mobil terus saja berbunyi dengan nyaring. Dengan terpaksa Luna terbangun untuk memeriksa keadaan sekitar dan mencari tahu dari mana bising tersebut.

Saat dirinya melihat ke asal sumber suara tersebut, yang bisa ia lakukan hanya membulatkan matanya dengan sempurna. Sekarang dirinya tengah berada di tengah jalan, tepat di tengah jalan. Di mana orang-orang berlalu-lalang melewatinya disertai sebuah teguran.

"Ke-kenapa aku di sini?! "

Luna menatap sekitar dengan liar, mencoba mencari tepian trotoar. Namun yang gilanya adalah tidak ada tepi untuk pejalan kaki dan semua sepenuhnya benar-benar jalan. Mungkin terdengar gila, tetapi ini benar-benar nyata dan ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.Tunggu--apa ini di neraka, kenapa semua mobil berubah menjadi sangat tidak teratur. Kini mobil yang berjalan melawan arah ataupun satu arah dengannya berjalan mendekati Luna.

Melihat hal tersebut ia berlari sekuat tenaga dengan semua mobil yang mengejar di belakangnya. "Tu-tunggu, apa yang terjadi?! Hentikan!"teriaknya histeris sembari menoleh sekilas ke belakang lalu menatap ke depan kembali.

Dengan air mata yang sudah membasahi wajah dan tanpa alas kaki ia berusaha berlari sekuat tenaga. Hingga tidak sengaja dirinya terjatuh yang menyebabkan kakinya terkilir, meninggalkan rasa nyeri.

Luna berteriak histeris sembari menutup matanya hingga terdengar suara dentuman besar yang membuat semua klakson serta suara mobil berhenti secara bersamaan. Perlahan ia menurunkan tangannya, detik kemudian ia dikejutkan kembali oleh mobil kedua orang tuanya yang hancur, mereka berada di dalam dengan keadaan tubuh berlumuran darah tengah menatap ke arahnya.

"I-ibu! Ayah! Ti-tidak!!"isak Luna sembari mencoba mendekati mereka dengan cara menyeret kakinya yang tidak bisa digunakan untuk berjalan.

Entah apa yang terjadi dengan kakinya hingga ia tidak bisa berdiri untuk mendekati keduanya. Ia hanya terkilir ini tidak separah itu tetapi, rasanya ada sesuatu yang menahan langkahnya menjadi begitu berat. Luna menatap ke kanan dan kiri dengan liar, menatap kilatan cahaya mobil yang menghalangi pandangannya.

"I-ibu! Ayah!" lagi dan lagi ia coba berdiri tetapi hasilnya nihil, tidak lama dari itu, banyak media yang datang untuk meliput serta memotret kejadian yang ada.

Hal itu membuatnya sukses terhempas, tersingkirkan ke belakang hingga kedua orang tuanya tertutupi oleh para media. Seperti jalanan yang persis saat kejadian kala itu, di mana orang tuanya kecelakaan. Hingga tatapannya teralihkan pada sebuah mobil yang datang dari arah yang berlawanan dengan mobil kedua orang tuanya yang sama-sama rusak.

Terdapat seorang pria yang terluka di sana, Luna ingat jelas bagaimana wajahnya. Pria tersebut menatap ke arahnya dengan pandangan mengerikan, seperti tengah meledeknya karena kini dirinya telah sebatang kara. Tidak peduli walau darah mengalir tidak henti-hentinya di sana.

Tempat ini persis seperti yang ia kunjungi bahkan orang-orang yang menatapnya dengan iba ialah orang-orang yang sama. Sorot mata itu adalah sorot mata pedih dan sedih yang bahkan mereka tidak akan mengerti. Percuma saja mereka menatapnya iba bila mereka saja tidak mengalami sebuah kehilangan.

"Hidupku hancur! HIDUPKU HANCUR!" tangisnya pecah sembari mengepal kuat tangannya di atas aspal mobil yang terdapat darah mengalir.

Sorot cahaya kini tertuju ke arahnya diiringi sirine ambulan yang baru datang dengan polisi yang siap menghadang. Hujan datang menolong, membuat para wartawan mulai mundur untuk menyelamatkan kamera mereka disertai para tim medis yang mulai bergerak cepat.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang