Chapter: 36

1.8K 74 0
                                    

Perlahan aku mencoba mengerjapkan mata beberapa kali. Mencoba menepis semua suar gaduh yang membuat kepala berdenyut tanpa henti. Sekuat tenaga aku mencoba untuk mengembalikan kesadaran yang ada. Hingga saat aku mencoba meraba sekitar, hanya terdapat rumput ilalang mengitari.

Jantungku berdetak dengan cepat ketika menyadari hanya terdapat rumput ilalang di sekitar. Apakah Ace membuangku ke antah-berantah? Di mana aku sekarang dan aapa yang terjadi?

Aku benar-benar takut, terik mentari terasa begitu menyebalkan. Sangat terang hingga rasanya aku akan mati terbakar saat itu juga. Walau memang tidak terasa panas—hanya saja ini terlalu terang, bahkan sangat.

"Luna,"

"Luna,"

"Luna,"

Suara tersebut adalah suara yang sama dan aku benar-benar merindukan suara tersebut.

"Carol? Itukah kau?" teriakku sembari menatap sekitar dengan liar.

Berharap menemukan sumber suara tersebut saat ini juga.

"Luna,"

"Luna,"

"Aku di sini Luna! Kau mau ikut denganku?"

Aku menatap ke belakang dan ke depan secara bergantian dengan brutal. Aku benar-benar bingung di mana suara tersebut berada. Kepalaku kembali berdenyut dengan tempo gila-gilaan hingga terdengar sebuah dengung yang memekik telinga.

"LUNA!!!!!! TOLONG AKU LUNA! "

"Carol! Di mana kau?! Ak-aku mohon jangan bercanda." Teriakku frustrasi sembari berlari tanpa henti untuk mencari sumber suara tersebut.

"LUNA! "

Dengan cepat aku menoleh ke samping di mana suara tersebut berada. Hingga terlihat Carol dengan gaun merah panjang tengah ditarik sebelah kakinya oleh seorang pria berpakaian hitam gelap.

"LUNA! TOLONG!!!" teriak Carol dengan wajah memerah kesakitan juga beberapa darah yang menetes dari dahinya.

"Carol! Tu-tunggu aku! Hei! Lepaskan dia!" teriakku, berbelok ke arah orang-orang tersebut sembari berlari sekuat tenaga untuk mengejar Carol yang semakin cepat ditarik.

Hingga semakin aku berlari maka semakin cepat tarikan pada tubuh Carol dan semakin sulit juga aku menggapai lengan Carol yang terulur.

"Carol! Tung—"

Sebuah tangan besar mendekapnya dengan erat, terakhir yang aku lihat adalah wajah Carol yang dipenuhi darah disertai teriakan meminta pertolongan sembari mengulurkan tangan.

Saat aku mencoba untuk memberontak dan melihat siapa yang mendekapku dengan erat, tiba-tiba saja hujan datang dengan begitu deras membasahi sekujur tubuhku hingga perlahan dekapan tersebut melonggar lalu menghilang. Di gantikan sebuah badai besar yang siap melahapnya kapanpun.

"Tu-tunggu, apa yang terjadi?!tolong!!" teriakku lagi sembari berlari kembali.

Terdapat sebuah angin puting beliung berada di belakangku dan perlahan rumput ilalang tersebut digantikan dengan air yang lama-lama menjadi tinggi. Air mataku tidak dapat berhenti keluar.

Aku ingin segera ke luar dari kegilaan yang ada. Tidak ada tempat untuk menepi dan bahhkan aku harus berlari tanpa henti.

"Aku mohon! Hentik—"

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Luna tersentak terkejut ketika tiba-tiba saja sebuah mobil melesat dengan cepat di samping kanan dan juga kiri secara bersamaan. Hingga membuat ia terjatuh karena terkejut. Lebih mengejutkannya lagi adalah angin puting beliung tersebut hilang bersamaan dengan genangan air yang ada.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang