Chapter: 32

2.3K 83 0
                                    

Pintu terbuka dengan lebar memperlihatkan seorang pria gagah tengah menatap langit dalam diam.

Tengah duduk di kursi taman dengan pandangan sendu yang tidak bisa dideskripsikan.

"Kau lama sekali." Ucap Ace sembari menoleh ke arah Luna dengan wajah datar.

Tanpa menanggapi ucapan tersebut, ia beranjak dari sana dan duduk di sebelah Ace sembari menyandarkan kepalanya di bahu milik Ace. Setitik air mata perlahan jatuh disusul dengan yang lain. Bersamaan dengan tubuh Luna yang perlahan bergetar menahan isakan.

Sedangkan Ace yang melihat Luna seperti ini hanya dapat terdiam sembari menarik tubuh Luna untuk bersandar di dadanya. Dalam hitungan detik tangis Luna pecah sejadi-jadinya. Bahkan, isakan yang ia pendam kini terurai mendeskripsikan luka yang ia miliki.

Ace mengerti kenapa Luna bisa menjadi seperti ini. Dan ia tahu apa yang mereka bicarakan saat tadi. Lewat kamera yang di taruh, Ace dapat melihat dan mendengar semua yang mereka bicarakan dan juga lakukan.

Derryl memang berengsek

Derryl memanfaatkan kabar duka keluarganya untuk memajukan bisnis yang ia miliki serta menjatuhkan semua dengan semaunya. Derryl melukai hati wanita yang membuatnya khawatir setiap detik juga Derryl menarik kebahagiaan milik Jacob lewat Jennie untuk menghancurkan semua dalam satu hari.

"Bajingan, akan ku buat dia hancur dan  mengerti-arti dari sebuah pengkhianatan."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Ace membawaku ke dalam hutan belakang mansion yang biasanya ditutup oleh pagar tinggi. Entahlah, aku tidak ingin banyak bertanya pada Ace karena suasana serta apa yang baru saja terjadi tidak membuat ia bersemangat untuk bertanya ataupun menolak. Semakin dalam Ace membawaku maka semakin redupnya cahaya yang ada. Mengingat banyak sekali pohon rindang yang menutupi sinar matahari yang ada.

Daun terlihat mulai berguguran mengingat sebentar lagi memasuki musim dingin. Dan musim semi sebentar lagi akan segera berlalu.

"Ace, "

Seketika tubuh Ace berhenti membawaku semakin jauh. Kini ia menoleh ke belakang dan sekarang posisiku saling berhadapan satu sama lain.

"Ini adalah tempat kesukaan almarhum ibuku dan ia suka menulis jurnal miliknya di sini. Duduk di atas daun yang gugur dan menikmati setiap kicauan burung, aku selalu menemaninya di sini dan dia menceritakan banyak hal—"

"Mengenai Jacob, ayah, dan bagaimana realita menamparnya. Hingga sebelum ia pergi, tempat ini menjadi tempat kesukaan terakhir miliknya. Di mana ia mengakhiri hidupnya di sini dengan gantung diri."

Perlahan Ace mendekati salah satu pohon dan bersandar di sana sembari memejamkan mata dan melepaskan genggaman yang ada.

"Aku akan membalaskan dendamku pada Derryl untuk segala apa yang ia perbuat. Mau tidak mau dan suka tidak suka. Berani-beraninya dia mengusik Ferno. Juga menyakitimu."Ucap Ace kokoh akan pendirian sembari membuka matanya secara perlahan dan mendekati tubuhku.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Dengan refleks perlahan tubuh Luna memundurkan tubuhnya ke belakang dan berakhir menabrak pohon dan terhenti begitu saja. Jarak mereka semakin terkikis dan dapat Luna rasakan napas Ace berhembus dengan begitu jelas. Tangan Ace perlahan menopang di pinggang Luna dengan tatapan terkunci padanya. "Aku akan membantumu mengembalikan semua padamu kembali dan kau bisa memanfaatkan dendam yang kumiliki pada bajingan itu."

Ace mendekati wajahnya dan membisikkan sesuatu kepada Luna, tepat di telinganya.

"Jangan munafik. Jangan bilang bila kau tidak membenci pria tersebut. Di khianati dan ditinggalkan. Kita ini kombinasi yang sempurna dan tinggal kau mengiyakan semua aku akan melakukan semua dalam sekejap untukmu."

Perlahan Ace memundurkan tubuhnya sembari mengusap wajah Luna secara perlahan dan menyelipkan anak rambut tersebut.

"Tapi.... Kalaupun kau tidak mau aku tetap akan melakukannya."

"Jad—"

Belum sempat Ace menyelesaikan ucapannya, sebuah benda kenyal menyapa bibir Ace lebih dulu. Luna mendorong Ace secara perlahan kesalah satu pohon dan menahan segala pegerakan yang ada. Memperdalam ciuman tersebut dan menikmati setiap sengatan listrik yang ada.

Ace yang diperlakukan seperti itu oleh Luna tentu saja tidak tinggal diam. Ia menekan tengkuk Luna untuk memperdalam ciuman tersebut. Hingga perlahan ciuman yang ada turun ke bawah leher jenjang milik Luna dan mengecup secara perlahan setiap jengkalnya. Meninggalkan sebuah kemerahan yang terlihat begitu indah di mata Ace. Sementara Luna hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu Ace sembari mencengkeram pakaian Ace dengan erat.

Suasana sekitar begitu panas dan jantung mereka berpacu dengan cepat. Menikmati setiap rasa yang tersalur tanpa sebuah kata dan menikmati kelu yang ada. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama ketika suara seseorang mengganggu aktivitas yang ada. Membuat mereka sontak terdiam dengan canggung—bukan mereka, lebih tepatnya hanya Luna yang merasakan kecanggungan yang ada.

"Hei, ayolah jangan making love di sini kalian itu merusak pemandangan saja."Jacob berujar sembari menggelengkan kepala tidak habis pikir.

Ace menatap Jacob dengan sinis sembari berdecak dengan malas."Sedang apa kau di sini?! Kau mengganggu saja, pergilah!" sentak Ace tidak suka.

Sementara Luna hanya bisa terdiam dan menundukkan sedikit wajah dengan rasa malu luar biasa. Jacob menggelengkan kepala sembari menaikkan bahu dengan acuh."Ayolah, lakukan saja di kamar dan aku tidak akan mengganggu kalian di sana."Ucap Jacob lagi sembari menatap ke atas langit.

Ace menatap Jacob dengan datar sembari mengepal tangannya dengan kuat dan berniat mendekati Jacob. Tetapi, Luna menahan tangan Ace lebih dulu dan menggenggam kepalan tangan Ace dengan erat.

"Biarlah, dia tidak salah." Ujar Luna pelan sembari tersenyum tipis.

"Lalu kau kira aku mau melanjutkan ketertundaan tadi hanya untuk ke kamar? Menyebalkan sekali, aku menginginkannya sekarang." Sentak Ace kesal membuat Luna terkekeh dalam diam.

"Kau mesum."

"Kau yang menuntunku kejalan mesum, niatku hanya mengajakmu ke sini menunjukkan apa yang perlu ditunjukkan."

Luna terkekeh mendengar hal tersebut sembari menggelengkan kepala tidak habis pikir. Sembari melirik Jacob yang masih asik menatap sekitar dengan tatapan sendu.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Tatatapan Dante tertuju pada sebuah rumah besar yang terlihat begitu mewah luar biasa. Sebuah pintu masuk menjadi salah satu perhatian yang ada di pandangannya kali ini. Hingga entah pikiran gila darimana ia perlahan beranjak mendekati pagar yang menghalangi salah satu penghalang awal dari pintu masuknya.

"Derryl! Buka pintunya! Ini aku Dante!"

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
To be continued
31/07/23

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang