Chapter: 19

3K 110 11
                                    

Ace menarik tangan Luna ke luar dari mansion, itu adalah keajaiban karena kini dirinya tidak lagi berada di kamar terpenjara dengan borgol yang ada. Pertama kali Ace menemukan dirinya ke luar dari kamar, ia telihat begitu santai dan damai. Tidak ada tands bila pria itu marah mengetahui dirinya tidak berada di kamar.

Kini keduanya tengah berada di mobil menjauhi area mansion. Jarak demi jarak mereka tempuh tanpa sepata kata. Bahkan Ace tidak berbicara
apa-apa sejak awal Luna melihatnya. Berakhir mereka menikmati alur jalan yang mereka tempuh dalam sebuah kebisuan. Jujur saja ia juga tidak ingin bertanya kepada Ace mengenai banyak hal untuk saat ini. Walau kini di benaknya banyak sekali pertanyaan yang ingin diajukan.

Bahkan, entah kenapa ia tidak merasa takut berdua seperti ini dengan Ace di jalan yang sepi. Hatinya merasa tenang dan nyaman. Alarm bahayanya bahkan tidak menyala yang artinya Luna cukup merasa aman dalam kondisi seperti ini.

Hingga mereka berhenti di sebuah vila yang sangat besar nan indah. Sayangnya waktu memakan vila tersebut hingga kini beberapa area tertutupi debu serta jaring laba-laba.

"Turunlah,"perintah Ace sembari ke luar dari mobil yang diikuti olehnya.

Mereka masuk bersamaan, saat Ace menggengam pegangan pintu tersebut lalu menekannya ke bawah diiring dorongan--terlihatlah isi vila tersebut. Gorgeous. Warna coklat tua pekat yang mendominasi disertai lampu hiasan besar di tengah yang terlihat sangat mewah, meninggalkan kesan-fancy. Semua barang-barang ditutupi dengan kain putih di setiap sudut ruangan terdapat banyak jaring laba-laba. Bau kayu serta barang yang ditinggalkan membuat Luna semakin menikmati pemandangan yang ada. Walau memang terlihat sedikit menyeramkan tetapi, itu tidak membuatnya takut sama sekali.

"Kala itu ialah ulang tahun ayahku dan kami semua berniat merayakan ulang tahunnya yang berumur ke-36."Ace tiba-tiba bercerita membuat Luna menoleh.

"Sayangnya aku tidak datang karena memang aku tidak ingin melihat wajahnya--sama sekali.Tanpa aku tahu bila di umur tersebut ialah terakhir kali aku akan melihat wajahnya."

Ace menarik kain yang menutupi sofa tersebut dengan sekali tarikan. Lalu melemparkannya ke sembarang arah. Sofa tersebut terlihat masih layak pakai lantas iapun duduk di sofa tersebut sembari menatap ke luar jendela. Entah dirinya sadar atau tidak tetapi Ace menceritakan semua yang terjadi kepada Luna. Semua menyangkut mengenai orang-orang terdekatnya dan itu membuat Luna terkejut, sedih serta marah bukan main. Tetapi, tidak mengejutkan bila kabar Carol sudah tiada itu diucapkan kembali. Namun, yang membuat Luna murka ketika seseorang yang ia ketahui adalah masih kerabat dekatnya, Jennie--melakukan hal yang sangat keji.

Hati Luna patah menjadi beberapa kepingan mendengar hal tersebut. Wanita yang merawatnya dengan baik seperti kakak kandungnya mati di tangan sahabat masa kecilnya. Ini semua omong kosong tetapi, dilihat dari wajah Ace yang begitu sendu seperti tidak ada kebohongan sama sekali. Hanya ada sendu yang ia coba tutupi dengan sebegitu baik.

"Aku pernah menaruh rasa kepada Fanny."

Luna bungkam. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa, tetapi kenapa hatinya tiba-tiba sakit mendengar hal tersebut ke luar dari Si bedebah Ace. Seperti ada sesuatu yang kosong di dalam hatinya, dipaksa menyerahkan segala isinya karena terlanjur diporak-porandakan tanpa diduga. Mendengar kisah yang Ace ceritakan bila Fanny pernah mengandung anak Ace saja ia kira hanya sebatas 'one night stand, belaka. Ternyata itu semua didasari rasa suka. Mengetahui kerabatnya tiada serta kerabatnya yang menghancurkan hidupnya sudah membuat hati Luna sakit bukan main. Dan sekarang mendengar Ace mengatakan rasa sukanya kepada Fanny membuat ia lebih hancur. Apa yang salah dengannya.

"Saat itu aku bertemu denganmu di taman didekat kantor dan itu tepat saat perayaan ulang tahun ayahku. Tetapi, karena tiba-tiba aksiden tersebut terjadi ibuku meminta untuk segera bertemu di taman tersebut. Sayangnya... Aku tidak sempat melihatnya karena aku terlalu lama datang dan aku melihatmu saat itu."

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang