Chapter: 46

1.8K 66 1
                                    

"Sialan! Dante"

Mendengar suara tersebut membuat Luna perlahan membuka matanya secara terpaksa. Memastikan bila apa yang berada di pikirannya hanyalah hayalan belaka. Mengejutkannya semua yang menjadi ketakutan hanyalah delusi. Ternyata Jessi masih hidup dan ternyata yang tertembak ialah Noah.

Terlihat dari lengan kanan pakaian yang ia gunakan memerah dengan begitu jelas. Sementara Dante langsung membantu memapah Jessi berdiri untuk pergi dari sana. Terlihat bila mereka telah berada di tikungan jalan dan mulai samar terlihat. Kini Luna memiliki harapan. Ya, harapan menyelematkan orang terkasih yang sempat diselamatkan oleh yang di atas lebih dulu dari dunia yang keji.

Noah menaikkan senapan dan memberikan titik bidik pada Dante yang terlihat kewalahan memapah Jessi dan menjaga keseimbangannya.
Senyum miring Noah terpantri jelas ketika mangsa yang ia bidik terlihat tidak menyadari itu semua. Sebelum Noah dapat menarik pelatuk tersebut dengan cepat Luna berdiri lalu mengarahkan handgun yang ia genggam kepada Noah yang asik membidik. Hingga tanpa sadar pelatuk tersebut tertarik begitu saja hingga sebuah peluru melesat dengan cepat mengenai perut Noah.

Tubuh Noah terhuyung perlahan ke belakang, menyadari sebuah peluru menyapa perutnya dengan begitu sempurna, lengan Luna kini menjadi dingin-membeku ketika menyadari apa yang baru saja ia perbuat.

Kini tatapan mereka bertemu. Di mana mulut Noah mengeluarkan darah segar begitu banyak dengan pandangan yang tidak bisa dideskripsikan. Senyum miring terpantri jelas di wajah menawan Noah.

Pria itu masih mencoba mengangkat senapan yang ia genggam dan kini bidikan tersebut tertuju padanya.
Namun, secepat kilat dengan brutal Luna menembakkan kembali sebuah peluru yang ada ke tubuh Noah dengan air mata yang masih jatuh tidak tertahankan disertai tubuh yang bergetar.

Tubuh Noah bergerak dengan brutal ketika seluruh peluru menghujani tubuhnya. Dalam hitungan detik Noah tumbang dengan senyum miring yang begitu jelas. Dengan ragu ia mendekati Noah dengan tubuh yang masih begetar bukan main. Luna membungkukkan tubuhnya menatap Noah yang kini menatap kearah Luna dengan pandangan tidak bisa diartikan.

"Luna, bajingan sekali kau."

"Ji-jika bukan karena janjiku pada Becca untuk menjagamu layaknya adikku, ak-aku akan membunuhmu,"

Luna tersentak terkejut sembari terduduk dengan kaku sembari menenggelamkan wajahnya di dada Noah yang dipenuhi dengan darah."Jaga dirimu baik-baik." Itulah yang ia dengar terakhir kali dari mulut Noah yang membuat Luna menangis sejadi-jadinya dengan rasa penyesalan yang ada.

Semua adalah pengorbanan. Entah benar ataupun tidak tapi harus ada yang mati untuk membangkitkan cerita dari si 'peran utama'. Harus ada yang mengalah atau pergi demi berjalannya cerita.

Luna tidak dapat memilih siapa yang ia pertahankan. Dan ia tidak dapat memilih siapa yang sebenarnya harus ia prioritaskan. Tapi, kepala dan hati memang tidak selalu rasional.

Kini yang selalu menjadi prioritas bagi Luna hanyalah Ace. Dan alarm yang ada dalam dirinya selalu memaksa untuk menjaga Ace dengan segala yang ia bisa.

Entah itu salah ataupun tidak. Karena pada awal mulanya semua yang ada sangatlah tidak masuk akal. Berakhir pula dengan ketidakrasionalan.

"Noah maafkan aku," lirih Luna sembari mengenggam senapan yang ada dengan kuat.

Dor

Dor

Tubuh Luna membeku begitu saja ketika mendengar suara peluru yang secara bersamaan bertubrukan satu sama lain.

Saat ia memeriksa siapa pelaku dari suara tersebut, ternyata itu adalah Ace dengan wajah menyeramkan yang terlihat dengan begitu jelas.

Di sana terdapat sebuah mayat penjaga Derryl yang tergeletak begitu saja di atas lantai keramik. Dengan darah yang mulai memenuhi sekitar. Dengan bergegas Ace mendekati Luna lalu menarik lengannya secara paksa, menjauh dari tempat tersebut dengan wajah penuh amarah yang terlihat begitu jelas.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang