Chapter: 22

3.1K 112 12
                                    

Ace memperhatikan Luna dari atas hingga bawah sembari menunggu apa yang akan wanita itu laporkan mengenai dokumen tersebut. Sedangkan Luna terlihat begitu terintimidasi dengan tatapan yang Ace berikan dan itu tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

Melihat Ace yang seperti memberi dirinya waktu untuk menjelaskan yang ada iapun menarik napasnya dalam lalu membuka dokumen tersebut secara perlahan menunjukkan segala kendala yang ada ataupun sesuatu yang penting untuk diberitahukan.

Sepanjang dirinya menjelaskan, Ace tidak menanggapinya sama sekali. Ia hanya diam sembari menatap ke arah lain secara sekilas dan itu sukses membuatnya jengah.

"Tuan, apa kau sangat merindukan ruangan ini hingga kau tidak memperhatikan aku?!" beonya kesal membuat pria itu menoleh ke arahnya.

Sebelah alis Ace terangkat begitu saja. Sedangkan ia masih merasa kesal karena Ace lebih memilih memperhatikan ruangan dibanding dirinya. Memang semenarik apa ruangan yang ia tempati hingga Ace mengacuhkannya begitu saja.

Luna mengerti bila Ace sudah lama tidak ke mari. Tetapi, setidaknya hargai seseorang yang tengah berbicara, karena itu sangat tidak sopan.

"Kenapa aku harus memperhatikanmu. Kau kira aku ini amatir dalam hal seperti ini?" tanya Ace datar sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Benar-benar orang seperti Ace memanglah besar kepala. Jika bukan karena tempat ia bekerja dan bukan perusahaan milik Ace, pasti ia tidak akan patuh.

"Maksudku bukan seperti itu Tuan," koreksinya mencoba meluruskan apa yang terjadi sembari menahan emosi.

Memang ini salahnya, mengucapkan kalimat yang sangat ambigu. Dan siapa dirinya berani menilai sosok Ace yang sudah dilatih bisnis sejak dini, pasti Ace lebih mengerti dibanding Luna sendiri.
Hanya saja ia hanya berjaga-jaga karena akan sangat mengesalkan bila dirinya harus mengulang apa yang baru saja ia jelaskan.

Karena, pertama; ini sangat menakutkan dan kedua sangat menjengkelkan untuk melakukan hal tersebut. Dan Ace harus lebih menghargai orang disekitarnya, itu penting.

Ace beranjak dari kursinya lalu duduk di atas meja tepat di sebelah Luna yang tengah berdiri kaku."Baru beberapa hari aku tidak melihatmu dan aku merasa ada sesuatu yang hilang,"tutur Ace sembari menyentuh surai rambutnya secara perlahan.

Menyadari hal tersebut Luna langsung menepis tangan Ace sembari membentang jarak di antara keduanya.

"M-maaf, Tuan jangan kurang ajar." Ucap Luna refleks sembari memundurkan tubuhnya secara perlahan.

Melihat hal tersebut membuat Ace terkekeh pelan sembari mendekatinya kembali.

"You wanna play hard to get? "

"Aku tidak seperti itu! Aku hanya ingin melaporkan dokumen ini dan tugasku sudah selesai jadi aku perm--"

Baru saja ia berniat beranjak ke luar ruangan tersebut, langkahnya langsung tertahan ketika Ace terlebih dahulu mencengkal tangannya lalu mendorong tubuhnya ke tembok.

"This is what you want right? "

"No, please Ace."

Mendengar hal tersebut membuat pria itu tersenyum senang dan semakin tertantang untuk melakukan hal liar yang ada di benaknya. Dan ini bukanlah maksud Luna. Dirinya hanya ingin, Ace sedikit menghargainya untuk melewati jam makan siang serta menyelesaikan semua dokumen yang ada. Bukan berakhir seperti ini.

"Kau sekarang memangil namaku tanpa embel-embel belaka, Nona? "

Ace melepaskan cengkeraman yang ada di tangan Luna dan membiarkanya begitu saja untuk melarikan diri sembari melepaskan tuxedo yang ia gunakan hingga hanya menyisakan satu kemeja putih.

Stuck With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang