MPLS
Layla sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini, hari pertama Layla menjadi siswi SMP.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu dari luar kamar Layla
"Dek,dah siap belom?" Tanya Adit dari luar kamar Layla.
"Belom bang, bentar. Lagi pake iket pinggang," jawab Layla sambil memasang ikat pinggang nya.
"Kalo dah siap, langsung turun. Sarapan dulu," kata Adit.
"Iyaa," jawab Layla
🐹🐹🐹
"Adek kamu dah siap belom bang?" Tanya Mayang sambil memasak nasi goreng.
"Boro-boro Bun, Layla masih-"
"SELAMAT PAGI BUNDAKU SAYANG." Kalimat Adit terpotong saat Layla berteriak dari arah tangga.
"Pagi juga sayang," jawab Mayang sambil tersenyum.
...
Bunda Mayang sudah selesai memasak nasi goreng. Sekarang, semua anggota keluarga sudah duduk di tempatnya.
"Maafin bunda yaa, hari ini sarapannya cuman sama nasi goreng. Bunda kesiangan tadi bangunnya," ucapnya sambil menunduk.
"Nggak pa-pa bundaa. Sarapannya tetep enak kok," ucap ketiga anaknya bersamaan.
Mayang mengangkat kepalanya, menatap sang suami. Sementara yang ditatap hanya tersenyum sambil mengusap rambutnya.
"Ekhem. Bucin nya entaran aja yak, bunda dan ayah tercinta," ucap April pada kedua orangtua-nya.
"Iyaa kak. Silahkan dimakan, "jawab Mayang.
Saat ini, Adit, April dan Layla sudah berangkat ke sekolah.
Adit dan April hanya beda satu tahun usianya. Mereka berdua menuntut ilmu di SMA Bhayangkari, itu sebabnya Adit berangkat ke sekolah bersama April menggunakan sepeda motor nya.
Sementara Layla sekolah di SMP Bima Sakti. Ia diantar oleh ayahnya menggunakan mobil, sebab tempat kerja ayahnya satu arah dengan sekolahnya.
SMP Bima Sakti
"Baik, anak-anak hari ini adalah hari di mana kalian melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah," ucap Ketua OSIS di depan murid baru.
Layla terus memperhatikan ketua OSIS yang sedang berbicara di depan murid baru.
Ada orang yang menepuk pundak Layla. "Ini Layla kan," ucap orang itu.
Layla menoleh ke belakang, ia menatap orang itu. Lalu, ia mengangguk.
"Ihh, kita tuh tetangga tau," ucap orang itu. Oh ya! Layla ingat. Dia adalah Chlarisa, anak dari bu Vina– tetangganya yang tinggal di blok H-1.
Orang itu mengulurkan tangannya pada Layla. "Takut kamu tidak tahu, aku Chlarisa. Tinggal di blok H-1," ujar Clarisa.
Layla tersenyum, ia berjabat tangan dengan Chlarisa. "Aku tau, kok. Kamu anak bu Vina 'kan?"
Chlarisa mengangguk dengan antusias. "Iya, bener."
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah berjalan dengan lancar sampai jam istirahat. Namun, ada satu hal yang membuat Layla kesal. Itu adalah, kakak pembimbing hanya memberi waktu 10 menit untuk istirahat. Sedangkan, yang beragama muslim harus melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu.
Banyak murid di kelasnya yang tak terima, akan tetapi mereka hanya bisa pasrah menerima keadaan.
Layla memberanikan diri untuk menghampiri Ally (kakak pembimbing murid kelasnya).
"Kak, mau bicara," ujar Layla.
"Apa?"
"Kak, masa waktu istirahat nya cuman 10 menit? Nih nya, bayangin. Disini kan siswa sebagian ada yang muslim, anggap wéh lah wudhu 7 menit, karna pasti ngantri kan. Sholat dzuhur 4 menit paling ringan. Tuh kan, buat ibadah aja waktunya masih kurang. Belom makan siang itu téh. Minimal, waktu istirahat nya 20 menit. Please."
Mulut Ally menganga lebar. Ia heran mengapa adik kelasnya yang satu ini bisa bicara tanpa belibet.
"Oke," jawab Ally tanpa pikir panjang. Apa yang dikatakan Layla ada benarnya juga.
Ally mendekat ke pusat suara. Ia membawa microphone yang ada di atas meja.
"Tes! Tes! Perhatian untuk seluruh peserta MPLS. Saya ingin memberitahukan bahwa waktu istirahat kalian ditambah menjadi 20 menit. Untuk itu, dimohon pada para peserta MPLS yang beragama muslim untuk segera melaksanakan kewajibannya. Terimakasih untuk perhatiannya." Ucap Ally panjang lebar.
Layla tersenyum senang. "Kak, makasih banget ya! Aku gatau lagi mau bilang apa. But, sekali lagi thank you so much kak."
Ally menatap Layla dengan datar. "Oke, sama-sama."
Layla berlari ke ruang kelasnya untuk mengambil sendal yang ia bawa. Begitu masuk, ia sudah diberi tepuk tangan yang meriah oleh teman-temannya.
"Hebat kamu."
"Keren banget jir lah. Aku mah gak berani protes langsung kayak gitu. Gede nyali juga kamu."
Dan juga masih banyak perkataan yang dilontarkan oleh teman-teman barunya itu. Setelah mengucapkan terimakasih pada teman-temannya, Layla mengajak mereka yang beragama muslim untuk melaksanakan sholat.
Pukul 14.30 waktunya peserta MPLS untuk pulang ke rumah. Hari ini, Layla merasa bahagia sebab bertemu dengan orang-orang baik. Kakak kelas, teman-teman, guru, dan bahkan staf sekolah pun sama baiknya. Ia merasa bersyukur bisa menuntut ilmu disini.
Revisi
Minggu, 25 Februari
Pukul 11.22
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla Dan Kehidupannya
Teen FictionKata orang, cinta pertama itu takkan pernah berhasil. Lantas, Layla bertanya-tanya. "Emang iya kalo cinta pertama ga akan bisa berhasil?" tanyanya dengan wajah polos di umur 11 tahun, saat akan menduduki bangku kelas 6 SD. Di umur 14 tahun, Layla s...