Setelah menjalani skors (yang bukan kesalahan Layla) selama 3 hari, akhirnya Layla kembali berangkat ke sekolah.
Hari ini, kejadian 3 hari lalu yang menimpa Layla masih hangat diperbincangkan. Bagaimana tidak? Hampir semua orang terkejut saat mendengar berita bahwa Layla— siswi yang dikenal baik, sopan, dan ramah diberi skors.
"Kok bisa gitu sih bejir? Gak adil banget woi."
"Ya kan, gak adil banget. Masa orang yang membela kebenaran malah di-skors? Sinting banget tuh orang yang ngasih skors."
"Ehh, kalau tidak salah sih 3 hari lalu, orang yang memberi skors pada Layla itu bu Yuli."
"Hah? Iyakah?"
"Iyaa, aku mendengar ini dari Astrid. Kebetulan, aku dan Astrid berteman baik."
"Wahh gilakkk. Parah banget sih ini."
"Ahh, tapi yaudah sii ini juga kan bukan urusan kita."
"Rill, tugas kita mah cuman belajar.
Bener gak?""Bener."
Itulah perbincangan 3 orang kakak kelas Layla yang duduk di bangku kelas IX-H. Layla bisa mendengar perbincangan itu dengan jelas karena mereka duduk bersebrangan di kantin. Namun sepertinya, 3 orang itu tak tahu bahwa Layla ada di sana— mendengarkan semuanya. Tak lama, bel masuk kelas berbunyi.
Layla langsung beranjak pergi untuk segera masuk kelas.
"Tuh, Layla." Ucap Ros sambil menunjuk Layla yang baru masuk ke dalam kelas.
"Apa Ros?"
"Nggak, tadi kan Haikal nanya kamu sekolah gak? Ya trus aku jawab sekolah. Dia nanya lagi Layla tadi ada dimana? Kok gak ada di kelas? Aku jawab, Layla lagi di kantin, biasa beli susu."
"Iih, kok udah besar masih minum susu sih? Apa cuman aku aja yaa yang ngga suka minum susu. Ewh, gak level banget." Sisi tiba-tiba angkat bicara dari arah belakang.
Ros hanya melengos malas. Ia sudah muak melihat kelakuan Sisi. Layla mengangguk menanggapi ucapan Ros, lalu ia segera duduk di tempatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Pak Hilmi– guru IPS kelas VII masuk ke dalam kelas Layla lengkap dengan tas ransel yang bertengger di pundaknya.
"Sok, anu masih sarapan, dihabiskan dulu."
[Sok, anu= silahkan, yang]
"Kalo masih kejebak sama masa lalu, gimana, pak?" Layla tiba-tiba menyahut dari tempat duduknya. Teman-teman kelasnya langsung menyorakinya.
Pak Hilmi tertawa mendengar pertanyaan Layla."Waduh Layla, pertanyaanmu kayak orang yang gamon." Pak Hilmi menjawab dengan sisa tawanya yang tak kunjung usai.
"Emang lagi gamon pak!" Sahut Haikal.
Pak Hilmi memasang wajah raut terkejut. "Wah? Aslina éta téh kal?"
"Euh, asli atuh pak. Yeuh, lamun teu percaya mah keureut ceuli aing."
[Nih, kalau tidak percaya potong telinga saya]
Pak Hilmi berdecak seraya menggelengkan kepalanya. "Gamon ka saha tah?"
"Ka Gilang atuh pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla Dan Kehidupannya
Teen FictionKata orang, cinta pertama itu takkan pernah berhasil. Lantas, Layla bertanya-tanya. "Emang iya kalo cinta pertama ga akan bisa berhasil?" tanyanya dengan wajah polos di umur 11 tahun, saat akan menduduki bangku kelas 6 SD. Di umur 14 tahun, Layla s...