7. | Teman Abang

34 8 3
                                    

"Halo kak," balas Fajri ramah.

Sedangkan Layla tetap fokus makan tanpa mempedulikan Gilang yang berada di sini.

Fajri menyenggol lengan Layla. Ia berbisik, "itu ada kakak kelas kita, hei. Sapa dulu lah."

Layla menghela napas. Ia tersenyum paksa dan menyapa Gilang.

"Kak Gilang ke sini sama siapa?" tanya Fajri.

"Aku ke sini bersama Jenia. Di sana, di sedang membeli banyak makanan." jawab Gilang sambil menunjuk ke arah Jenia yang membeli banyak makanan.

Fajri mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, gitu. Kalo diliat-liat nih ya. Kak Gilang sama Kak Jenia tuh emang deket ya? Kalian serasi tau, kayak orang pacaran."

Gilang tertawa kecil, dia menjawab. "Iya, kami memang dekat sebagai teman. Dekat itu punya arti yang luas. Dan, aku dekat dengan Jenia sebagai teman."

"Oh, oke deh."

"Mengapa kamu bertanya hal itu?" tanya Gilang.

Fajri tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "nggak kenapa-kenapa. Aku cuman penasaran."

Gilang mengangguk. "Aku pergi duluan ya!" Pamitnya. Fajri tersenyum sambil mengangguk.
.

.

.

"Sekarang, kita mau ke mana?" tanya Fajri sambil terus menggenggam tangan Layla. Kalian jangan berfikiran yang aneh-aneh yaa! Tangan Layla digenggam oleh Fajri karena Layla tidak tahu arah jalan.

Layla menjawab,"ke Gramedia aja, yuk. Aku pengen beli novel".

Fajri menjawil hidung Layla yang mancung,"kamu 'kan ga diizinin sama bunda buat baca novel," jelas Fajri panjang kali lebar kali tinggi.

Layla mengerucutkan bibirnya kesal, dan itu terlihat lucu dan menggemaskan di mata Fajri.

Tanpa sadar, Fajri mencubit sebelah pipi Layla yang chubby,"lucu banget sih."

Layla yang diperlakukan seperti itu hanya diam. "Ke Timezone aja deh," ucap Layla pada akhirnya setelah Fajri berhenti mencubit pipinya.

Fajri mengangguk,"let's go."

.

.

.

"Wah, Timezone nya makin bagus ya. Terakhir aku ke sini belum kayak gini deh," ucap Layla terkagum-kagum dengan Timezone yang sedang ia pijak.

Fajri tersenyum sambil memandangi wajah Layla,"main apa dulu?" tanya Fajri sambil mengusap kepala Layla.

Layla memandangi sekelilingnya,"hmm, itu tuh lempar bola basket," ucap Layla sambil menunjuk ke arah permainan basketball.

"Ayok," ajak Layla.
.

.

.

Layla benar-benar puas bermain hari ini, sekarang sudah pukul 13:25 yang artinya, waktu makan siang sudah terlewat.

Akhirnya, Layla dan Fajri memutuskan untuk makan mie bakso di pinggir jalan. Eits, jangan salah... walaupun harga baksonya murah, rasanya tidak murahan. Jangan pikir, karena Layla dan Fajri anak berkecukupan, mereka tidak bisa makan makanan di pinggir jalan. Mereka suka semua makanan, asalkan halal dan makanannya matang.

.

.

"Enak?" tanya Fajri pada Layla yang sibuk mengunyah. Mulut Layla benar-benar penuh, ia memakan baksonya dengan lahap.

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang