9.|Bersama Fajri

27 8 0
                                    

Fajri membuka matanya, ia mengerjap
beberapa kali dan menoleh ke samping lalu  tersenyum saat menatap wajah Layla yang terlelap.

Fajri beranjak dari ranjang Layla. Dia mengambil hp-nya yang ada di atas nakas, pukul 02.55. Fajri pergi ke kamar mandi yang ada di sebrang kamar Layla. Dia mengambil wudhu.

Fajri masuk ke dalam kamar Layla dan menggelar sajadah. Dia melaksanakan sholat tahajud,ini memang kebiasaannya sejak kelas empat SD. Setelah selesai sholat tahajud,Fajri berdoa dengan khusyuk.

Layla terbangun dari tidurnya, ia menoleh ke arah Fajri yang sedang berdoa. "Fajri" panggil Layla.

Fajri menyelesaikan doanya,"ada apa, Lay?" tanya Fajri lalu berdiri dan melipat sajadah yang tadi ia gunakan.

"Kamu mau puasa sunnat?" tanya Layla.

Fajri mengangguk dan menjawab,"iya, mau. Kamu mau?"

Layla menjawab,"mau. Sahur dulu, yuk" ajak Layla.

Fajri mengernyitkan dahinya,"aku biasanya gak sahur sih. Tapi, kalo kamu mau, aku bisa temenin" jawabnya.

Layla turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka.

"Sahur pake apa, Lay? Sekarang udah jam 03.20, takut gak sempet" ucap Fajri begitu Layla selesai dengan kegiatannya di kamar mandi.

"Gampang. Bikin roti panggang aja, sama susu. Udahh, gitu aja. Ngapain repot?" balas  Layla lalu berjalan ke arah dapur yang diikuti oleh Fajri.

Membuat roti panggang dan susu tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya butuh sepuluh menit untuk membuat menu itu. Ya iyalah, mereka membuat  susu pakai  air termos. Jelas lebih cepat.

Selesai makan sahur, mereka meminum air putih dan membaca niat puasa sunnat. Setelah 10 menit mereka membaca niat, adzan Subuh berkumandang.

"Tuhh kaann. Kata aku juga bakalan sempet. Kamu nya aja yang terlalu panik" ucap Layla.

"Lay, kamu bangunin yang lain, gih. Itu piring sama gelasnya biar aku aja yang cuci" ucap Fajri.

Layla yang tadinya akan mencuci piring dan gelas menoleh ke arah Fajri, matanya memicing tajam,"emangnya, kamu bisa cuci piring?" tanyanya terdengar seperti meremehkan Fajri.

Fajri berjalan mendekat ke arah Layla,"eits, jangan salah. Anak orang kaya juga bisa cuci piring" jawab Fajri membanggakan diri.

Layla memutar bola matanya,"iya deh, iya. Si paling serba bisa" balasnya  lalu pergi ke depan kamar orang tuanya untuk membangunkan mereka.

Layla mengetuk pintu kamar orang tuanya. Pintu kamar itu terbuka, menampakkan  Azam dan Mayang dengan wajah khas orang bangun tidur.

"Kamu udah bangun, dek?" tanya Mayang sambil mengucek matanya.

Layla tersenyum kecut mendengar pertanyaan Mayang,"kalo aku belom bangun, gak mungkin bisa bangunin kalian buat sholat berjamaah" jawab Layla.

"Wudhu-nya makmum dulu. Ayah terakhir, kan Ayah imam" ujar Azam lalu duduk di sofa menuggu gilirannya untuk berwudhu.









Selesai sholat subuh berjamaah, mereka melanjutkan aktivitas masing masing.

Hari ini, Layla berangkat ke sekolah bersama Fajri. Mereka berjalan beriringan menuju kelas lalu berpisah di tengah jalan karena berbeda kelas.

"Ihh. Sayang banget ya, kita beda kelas" ucap Layla begitu Fajri sampai di depan kelasnya.

Fajri terkekeh geli mendengar perkataan Layla,"gak pa-pa beda kelas, yang penting kita tiap hari ketemu" ucap Fajri menghibur Layla.

Layla Dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang